Bab 18. Berkorban

Dewi masih setia memapah tubuh wanita berusia senja yang dibuang oleh entah siapa di permukiman kumuh bawah jembatan. Jika sebelumnya dengan susah payah ia memapah tubuh sang nenek sendirian, kini ia dibantu oleh sopir bajaj yang mendadak menjelma seperti malaikat tidak bersayap yang begitu care terhadap orang lain yang tengah mengalami kesusahan. Ia seakan memasang badan demi bisa membantu Dewi agar terlepas dari segala beban yang saat ini ia rasakan.

"Suster, tolong nenek saya ini. Tolong selamatkan dia Suster!"

Dewi sedikit berteriak kala langkah kakinya sudah tiba di lobby rumah sakit Sayap Rajawali seperti yang diinginkan oleh wanita berusia senja ini. Teriakan Dewi itulah yang seketika menarik perhatian orang-orang yang sedang berada di tempat ini. Tanpa diberi aba-aba, mereka menoleh ke arah Dewi yang membuat wanita itu merasa kikuk sendiri.

Dua orang suster dengan langkah kaki lebar mendekat ke arah Dewi. Keduanya juga nampak begitu khawatir dengan kondisi wanita berusia senja di hadapan mereka ini. Tak lama, nampak perawat laki-laki juga turut menghampiri dengan mendorong brankar untuk dapat memberikan pertolongan terhadap pasien yang baru tiba ini.

"Biarkan Nenek ini ditangani oleh dokter ya Kak. Sekarang Kakak langsung ke bagian administratif saja untuk menyelesaikan segala kewajiban yang harus diselesaikan."

Mendengar kata administrasi, tiba-tiba saja membuat tubuh Dewi terperangah tiada percaya. Siluet total biaya yang harus ia tanggung untuk nenek yang baru saja ia temukan ini seketika memenuhi isi kepala. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Dewi pun hanya bisa tersenyum kikuk sembari menggaruk ujung hidung miliknya.

"Baik Sus, akan segera saya selesaikan semua admininstrasinya."

Seakan tidak perduli dengan keterbatasan materi, namun Dewi tetap memberikan sebuah jawaban penuh percaya diri. Meski ia tidak tahu bagaimana caranya untuk dapat keluar dari jeratan biaya administrasi wanita berusia senja ini. Namun ia selalu percaya bahwa setiap ada kesulitan pastilah ada jalan keluar yang mengiringi.

"Pak, saya boleh minta tolong."

Beranggapan bahwa sopir bajaj ini bisa menolong, Dewi bermaksud untuk meminta bantuan. Sang sopir terhenyak, gegas ia menjawab pertanyaan Dewi dengan berkali-kali gelengan. Seakan menegaskan bahwa ia tidak bisa ikut memberikan pertolongan.

"Tidak bisa Mbak, lebih baik sekarang kamu membayar ongkos bajaj saya saja. Karena setelah ini saya harus mengantar pelanggan saya yang lain."

Dewi membuang napas sedikit kasar. Padahal, ia bermaksud untuk meminta tolong sopir bajaj ini untuk menjual kalung yang ia miliki ke pasar. Dan jawaban yang dilontarkan sopir bajaj ini semakin membuat dirinya bertambah gusar.

Dewi mengulurkan lembaran seratus ribuan ke arah sopir bajaj. Dengan gerak cepat, lelaki itu berlalu, melenggang pergi meninggalkan Dewi. Sedangkan Dewi, kembali menatap lekat kalung berliontin hati ini.

Ibu, maafkan Dewi .... Dewi harus menggadaikan kalung ini. Melihat Nenek itu kesusahan, rasanya tidak sampai hati jika Dewi biarkan begitu saja.

***

"Jadi kalian masih belum bisa menemukan keberadaan Ibuku?"

Laki-laki paruh baya yang masih nampak begitu gagah dengan jas yang membalut tubuhnya, melayangkan sebuah tanya kepada lima orang dengan perawakan tinggi dan tegap yang berdiri di hadapannya. Mereka pun hanya bisa menggelengkan kepala.

"Maaf Tuan, kami sama sekali belum bisa menemukan keberadaan Nyonya sepuh. Karena semua CCTV di rumah besar mendadak mati total pada saat kejadian hilangnya Nyonya sepuh."

Salah seorang yang mirip dengan bodyguard itu memberikan penjelasan kepada sang Tuan. Kepalanya menunduk dalam dan suaranya terdengar pelan. Mungkin ia takut jika sampai Tuannya ini menyalahkan.

Brak!!!!

"Sebenarnya kalian itu bisa bekerja atau tidak, hah? Sudah dua hari aku memberikan instruksi namun belum ada hasil yang kalian dapatkan. Kalian ingin mempermainkan aku, hah?!"

Suara gebrakan meja menggema memenuhi langit-langit ruangan. Rahang lelaki itu mengeras seakan menampakkan luapan amarah yang tertahan. Sorot matanya tajam seperti seekor singa yang membidik mangsa di saat kelaparan.

"Maafkan kami Tuan, kami berjanji akan segera menemukan Nyonya sepuh. Saya pastikan tidak akan lama lagi, kami akan berhasil menemukan."

Pemimpin bodyguard itu mencoba untuk menenangkan sang Tuan dengan janji yang terlisan. Meskipun ia tidak tahu seberapa besar tingkat keberhasilan yang akan ia dapatkan.

"Aaarrggghhh ... sudahlah, lebih baik kalian kembali bekerja. Ingat, jangan sampai kalian menemuiku sebelum kalian berhasil menemukan Ibuku. Ingat baik-baik itu!"

"Siap Tuan!"

Sembari membungkuk bersamaan, kelima bodyguard itu meniggalkan ruangan. Lelaki itu kemudian menjatuhkan bobot tubuhnya di atas kursi kebesaran.

"Sudahlah Pa, jangan bebani pikiranmu dengan hilangnya Ibu. Serahkan semuanya kepada bodyguard kita. Mama yakin semua bisa kembali ke keadaan sedia kala."

Seorang wanita yang sedari tadi duduk terdiam di atas sofa, kini mulai membuka suara. Ia dekati suaminya ini sembari mengusap-usap bahu untuk sedikit mentransfer ketenangan jiwa.

"Bagaimana mungkin aku bisa tenang ketika ibuku belum ditemukan. Aku sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan beliau saat ini. Apakah ia baik-baik saja atau malah sebaliknya. Dan kamu memintaku untuk tenang? Aku tidak bisa."

"Tapi Pa, kita sudah mengerahkan bodyguard-bodyguard yang yang sudah tidak bisa diragukan lagi kemampuannya. Jadi Papa tenang saja."

Wanita yang tak lain tak bukan adalah sang istri lagi-lagi mencoba untuk menenangkan hati suaminya. Namun, lelaki itu hanya acuh dan memilih tenggelam dalam pikiran dan lamunannya. Rasa bersalah itu seakan akan terus membelenggu jiwa sebelum ia dapati sang ibunda tercinta dalam keadaan baik-baik saja.

***

Dewi berdiri terpaku sembari menatap lekat amplop berwarna putih di depan bagian kasir rumah sakit Sayap Rajawali. Bayang-bayang dua puluh lembar uang seratus ribuan di dalam amplop itu seakan kian menari-nari. Mengusik hati dan pikirannya untuk mengurungkan niat baiknya ini.

Dewi, lebih baik kamu urungkan saja niat baikmu ini. Bukankah kamu juga sedang dalam keadaan susah? Dengan uang hasil menggadai kalungmu ini bisa untuk biaya hidup kamu selama hidup di Jakarta. Ayo, kamu lekas pergi saja dari tempat ini sehingga hidupmu tidak dibebani dengan keberadaan nenek renta itu.

Ingat Dewi, kamu sudah berniat membantu nenek itu. Jadi kamu harus ikhlas melepas uang ini. Jika kamu berbuat baik, percayalah bahwa kebaikan-kebaikan akan turut meliputimu.

Malaikat dan setan seakan berlomba-lomba untuk menguasai hati. Keduanya seakan sama-sama berteriak lantang agar dapat mempengaruhi Dewi.

"Kak, jadi Kakak ingin mengurus administrasi dari pasien yang bernama siapa?"

Pertanyaan dari sang kasir rumah sakit membuat Dewi tersadar dari pikirannya. Ia pun memilih untuk mengikuti apa yang dibisikkan oleh sosok malaikat dalam hatinya.

"Maaf Kak saya tidak tahu nama pasiennya. Namun pasien merupakan seorang nenek yang saya bawa ke sini kurang lebih satu jam yang lalu."

Kasir itu menganggukkan kepala. "Jadi siapa yang akan menjadi penjamin pasien tadi Kak?"

"Saya sendiri Kak. Saya sendiri yang akan menjadi penjaminnya. Jadi harus berapa yang harus saya bayarkan?"

"Untuk biaya awal, paling tidak Kakak harus membayar dua juta rupiah."

Tanpa berpikir panjang Dewi menganggukkan kepala dan tanpa basa-basi pula ia menyerahkan amplop putih yang ia bawa.

"Ini uangnya Kak. Saya harap Nenek tadi bisa segera mendapatkan penanganan."

Terpopuler

Comments

I.S.DINIa

I.S.DINIa

novel kak rasti selalu kerennnn

2022-03-15

0

Nofi Kahza

Nofi Kahza

jangan ibu yang dtolong Dewi itu, ibunya orang kaya yang hilang itu..?
kok istrinya si orang kaya itu kayak terkesan gk begitu cemas gitu ya? jangan2 dia dalangnya?

sungguh, kebaikan Dewi membuat hatiku terenyuh🥰🥰

2022-03-12

0

noviaryani5

noviaryani5

mdh²n penorbananmu kelak akan menuai hasil yg ya wi krn km udh menolong dgn ikhlas tanpa anu

2022-03-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hinaan
2 Bab 2. Beban Diri
3 Bab 3. Hengkang
4 Bab 4. Rencana Licik
5 Bab 5. Bergabung Kembali
6 Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7 Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8 Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9 Bab 9. Tak Terduga
10 Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11 Bab 11. Kembali Diuji
12 Bab 12. Mulut Tetangga
13 Bab 13. Meminta Izin
14 Bab 14. Kedatangan Langit
15 Bab 15. Berangkat
16 Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17 Bab 17. Wanita Berusia Senja
18 Bab 18. Berkorban
19 Bab 19. Menentukan Arah
20 Bab 20. Potret Ibu Kota
21 Bab 21. Bhumi
22 Bab 22. Memberi Kabar
23 Bab 23. Nyonya Kartika
24 Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25 Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26 Bab 26. Semuanya Untukmu!
27 Bab 27. Job Baru
28 Bab 28. Istana
29 Bab 29. Svarga Bhumi
30 Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31 Bab 31. Sebuah Rencana
32 Bab 32. Terkesima
33 Bab 33. Kafe
34 Bab 34. Untuk Pertama Kali
35 Bab 35. Kalah Cepat
36 Bab 36. Memulai
37 Bab 37. Se-Simpel Ini?
38 Bab 38. Manis
39 Bab 39. Viral
40 Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41 Bab 41. Menyusul?
42 Bab 42. Undangan
43 Bab 43. Persiapan
44 Bab 44. Show
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab 46. Akhirnya
47 Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48 Bab 48. Kecelakaan?
49 Bab 49. Pindah
50 Bab 50. Singa Betina
51 Bab 51. Rekaman
52 Bab 52. Rencana Melamar
53 Bab 53. Di Ruang Keluarga
54 Bab 54. Diary
55 Bab 55. Pingsan
56 Bab 56. Diundur
57 Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58 Bab 58. Mereka?
59 Bab 59. Murka
60 Bab 60
61 Bab 61. Pembalasan
62 Bab 62. Dipermalukan
63 Bab 63. Tersadar
64 Bab 64. Masa Lalu
65 Bab 65. Rencana Jahat
66 Bab 66. Berdamai
67 Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68 Bab 68. Menjalankan Rencana
69 Bab 69. Tragedi
70 Bab 70. Kabar
71 Bab 71. Terbongkar
72 Bab 72. Dijemput ke Penjara
73 Bab 73. Segera Menikah
74 Bab 74. Yang Sebenarnya
75 Bab 75. Bercerai
76 Bab 76. Terima Kasih
77 Bab 77. Sadar
78 Bab 78. Pulang
79 Bab 79. Menikah
80 Bab 80. Sang Dewi -End-
81 Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82 Rilis novel baru
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Hinaan
2
Bab 2. Beban Diri
3
Bab 3. Hengkang
4
Bab 4. Rencana Licik
5
Bab 5. Bergabung Kembali
6
Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7
Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8
Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9
Bab 9. Tak Terduga
10
Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11
Bab 11. Kembali Diuji
12
Bab 12. Mulut Tetangga
13
Bab 13. Meminta Izin
14
Bab 14. Kedatangan Langit
15
Bab 15. Berangkat
16
Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17
Bab 17. Wanita Berusia Senja
18
Bab 18. Berkorban
19
Bab 19. Menentukan Arah
20
Bab 20. Potret Ibu Kota
21
Bab 21. Bhumi
22
Bab 22. Memberi Kabar
23
Bab 23. Nyonya Kartika
24
Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25
Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26
Bab 26. Semuanya Untukmu!
27
Bab 27. Job Baru
28
Bab 28. Istana
29
Bab 29. Svarga Bhumi
30
Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31
Bab 31. Sebuah Rencana
32
Bab 32. Terkesima
33
Bab 33. Kafe
34
Bab 34. Untuk Pertama Kali
35
Bab 35. Kalah Cepat
36
Bab 36. Memulai
37
Bab 37. Se-Simpel Ini?
38
Bab 38. Manis
39
Bab 39. Viral
40
Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41
Bab 41. Menyusul?
42
Bab 42. Undangan
43
Bab 43. Persiapan
44
Bab 44. Show
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab 46. Akhirnya
47
Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48
Bab 48. Kecelakaan?
49
Bab 49. Pindah
50
Bab 50. Singa Betina
51
Bab 51. Rekaman
52
Bab 52. Rencana Melamar
53
Bab 53. Di Ruang Keluarga
54
Bab 54. Diary
55
Bab 55. Pingsan
56
Bab 56. Diundur
57
Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58
Bab 58. Mereka?
59
Bab 59. Murka
60
Bab 60
61
Bab 61. Pembalasan
62
Bab 62. Dipermalukan
63
Bab 63. Tersadar
64
Bab 64. Masa Lalu
65
Bab 65. Rencana Jahat
66
Bab 66. Berdamai
67
Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68
Bab 68. Menjalankan Rencana
69
Bab 69. Tragedi
70
Bab 70. Kabar
71
Bab 71. Terbongkar
72
Bab 72. Dijemput ke Penjara
73
Bab 73. Segera Menikah
74
Bab 74. Yang Sebenarnya
75
Bab 75. Bercerai
76
Bab 76. Terima Kasih
77
Bab 77. Sadar
78
Bab 78. Pulang
79
Bab 79. Menikah
80
Bab 80. Sang Dewi -End-
81
Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82
Rilis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!