Langit yang bermandikan cahaya bulan masih memayungi kota Jakarta di jam empat dini hari. Taburan bintang yang bersinar terang bak kilau mutiara di dasar lautan, terlihat cantik sekali.
Gedung-gedung pencakar langit nampak berdiri gagah. Siluet cahaya penerangan yang terpantul di kaca jendela seakan menambah pemandangan malam semakin indah. Bunyi klakson dari kuda-kuda besi yang bersahutan seakan menjadi isyarat mencari celah untuk dapat segera berpindah.
Sepuluh jam Dewi berada di dalam armada bus yang ia tumpangi. Kelopak mata yang beberapa saat lalu terpejam untuk menyelami lautan mimpi kini terbuka untuk melihat keindahan kota Jakarta di malam hari.
Dari balik kaca, kedua netra Dewi menatap lekat suasana kota yang masyhur dengan sebutan kota metropolitan ini. Kota dengan segala kemolekan dan kemewahan yang dimiliki. Kota besar yang tidak pernah tertidur sepanjang hari. Selalu ramai dan padat dengan aktivitas penduduk yang tinggal di sini.
Binar wajah Dewi semakin kentara kala manik matanya terhenti pada billboard besar yang terpampang di sisi jalanan. Menampilkan wajah penyanyi pendatang baru yang karirnya tengah meroket dan dielu-elukan. Segala sisi hidup penyanyi itu kini hangat menjadi bahan perbincangan.
"Aku yakin di kota ini, aku bisa mengawali mimpiku, mengikuti jejak penyanyi itu. Tuhan, beri aku kesempatan untuk bisa membuat keluargaku terlebih ibuku bangga memiliki anak sepertiku yang dikenal hingga ke seluruh penjuru."
Monolog lirih yang terlisan dari bibir seakan menjadi pemantik api semangat yang berkobar dalam dada. Ketika semua yang bisa menguatkan telah hilang, hanya tersisa keyakinan akan kasih sayang Tuhan kepada hambaNya. Keyakinan itulah yang semakin memantik semangat Dewi untuk dapat mewujudkan mimpi yang ia punya.
"Kampung Rambutan, Kampung Rambutan. Para penumpang harap bersiap-siap untuk tiba di akhir pemberhentian. Jangan sampai ada barang yang tertinggal. Karena barang yang tertinggal di dalam bus jauh lebih menyakitkan dari rasa yang tertinggal di hati mantan. Dan jangan sampai meninggalkan jejak-jejak kotoran seperti jejak kenangan yang ditinggalkan oleh mantan. Terima kasih sudah mempercayakan perjalanan Anda semua dengan armada bus Arjuna Wiwaha. Semoga hari-hari Anda menyenangkan."
Sebuah informasi yang diselingi dengan jokes lucu dari asisten driver (kernet) mulai terdengar memenuhi penjuru area dalam bus. Dewi dan juga penumpang lainnya mulai bersiap-siap dengan barang bawaan yang mereka bawa. Seperti yang disampaikan oleh kernet driver ini, jangan sampai ada barang yang tertinggal, dengan seksama mereka mengecek kembali barang-barang mereka.
Bus telah berhenti sempurna. Bergabung dengan bus-bus lainnya yang sudah lebih dulu tiba. Berjajar rapi seperti barisan siswa yang mengikuti paskibraka. Perlahan, Dewi mengayunkan kakinya untuk turun dari armada. Sejenak, ia edarkan pandangan mata untuk melihat ke sekelilingnya.
Dewi mengambil langkah kaki lebar saat rasa ingin membuang sisa-sisa metabolisme di dalam tubuh kian menuntut untuk segera dikeluarkan. Gegas, ia mencari toilet untuk membebaskan rasa mulas yang tidak sudah tidak dapat lagi ia tahan.
Setengah jam lebih Dewi berada di dalam bilik kamar mandi. Bukan karena terlalu banyak sisa metabolisme yang dikeluarkan, namun karena sambil memutar otak perihal tempat mana yang akan ia tuju setelah ini. Pada akhirnya, Dewi memilih untuk bangkit dari posisinya dan bersegera keluar dari bilik kamar mandi.
Dewi menjejakkan telapak kakinya untuk keluar dari area terminal sembari terpaku pada layar ponsel yang ada di dalam genggaman. Bermaksud memberi kabar kepada dua orang yang menjadi kesayangan. Siapa lagi jika bukan ibu dan juga sang adik tersayang.
Namun baru saja Dewi mengetik kalimat pembuka, ada sebuah motor yang mendekati dirinya. Dewi mencoba untuk mengacuhkan keberadaan motor itu. Ia tetap fokus pada layar ponsel dalam genggaman tangan sambil mempercepat langkah kakinya. Namun tiba-tiba...
Bughhhh!!!
"Aaaaahhhh....!!!!"
Tubuh Dewi terhuyung dan terjatuh di atas aspal setelah salah seorang laki-laki yang berada di atas motor itu mendorong tubuhnya. Wanita itu terkesiap saat menyadari bahwa tas kecil dan ponsel yang ia bawa raib dari genggaman tangannya. Ia edarkan pandangan matanya, dan terlihat dua orang pria berbadan tegap dan berambut gondrong berhasil membawa kabur barang berharga miliknya.
"Jambreeeeetttt!!!"
Tanpa membuang banyak waktu, Dewi mencoba untuk bangkit dari posisi jatuhnya. Wanita itu berlari ke arah sepeda motor yang berhasil membawa kabur ponsel dan juga tas kecil yang ia bawa.
"Mbak, ada apa?"
Salah seorang pria paruh baya terlihat mendekati Dewi. Nampaknya ia juga begitu ingin tahu apa yang menimpa Dewi ini.
"Pak, tas dan ponsel saya dijambret orang itu. Tolong saya Pak, tolong saya!"
"Astaga .... tapi kalau sudah dijam...."
Bapak paruh baya itu terperangah karena belum sempat ia memberikan jawaban, Dewi justru semakin kencang berlari meninggalkannya. Bapak paruh baya itu hanya bisa tepol jidat sendiri saking tidak habis pikirnya.
Sementara itu, Dewi terus berlari kencang untuk dapat menjangkau komplotan jambret tidak berperikemanusiaan itu. Namun postur tubuhnya yang tambun benar-benar menghambat laju pergerakannya. Pada akhirnya, wanita itu menyerah. Tubuhnya membungkuk seraya ia pegangi kedua lutut kakinya. Rasa pegal benar-benar telah menguasai tubuh tambunnya. Nafasnya juga nampak terengah-engah dan kesulitan meraup oksigen di sekitarnya. Tanpa malu-malu ia meluruhkan tubuhnya untuk terduduk di atas aspal.
Peluh yang bercucuran semakin menambah kesan menyedihkan yang terpancar di wajah Dewi. Perlahan, wanita itu menyeka peluhnya dan menatap ke sekeliling dengan tatapan menerawang.
Ya Tuhan, ternyata seperti ini sambutan yang diberikan oleh kota metropolitan kepadaku? Sungguh sambutan yang sangat mengesankan. Setelah ini, aku harus bagaimana??
Mohon maaf pendek ya Kak... Ini sedang ada di perjalanan ke Madura🤗🤗🤗
Jangan lupa Vote, gift, like, dan komentarnya ya... Biar karya saya ini semakin bersinar layaknya mentari di pagi hari.. ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Maliqa Effendy
ga heran daerah Kampung Rambutan dan sekitarnya...harus extra hati2. kalo ga penting bngt jngn keluarin HP atau dompet.siapin uang secukupnya dikantong celana ..
2022-10-15
0
noviaryani5
ya Allah wi apes bener nasibmu 😭😭😭
2022-03-11
0
Nofi Kahza
Ya Allah.. sambutan yang sungguh ramah. Memang kalau di kota besar itu tidak seindah profil. Tapi jika untuk mencari peruntungan, peluang sukses di kota lebih besar dari pada di desa..😩
sabar ya Dewi..
2022-03-11
1