Bab 2. Beban Diri

Wajah rembulan membulat penuh di dalam kanvas langit menjelang subuh. Suasana gaduh yang sebelumnya terdengar begitu riuh kini perlahan meluruh. Tergantikan oleh lantunan suara ayat-ayat cinta dari balik surau yang terdengar begitu menyentuh.

Melalui jendela, Dewi menikmati segala pesona malam yang tercipta dengan segenap jiwa yang dipenuhi oleh keikhlasan, layaknya rembulan. Sang rembulan nampak ikhlas meski ditakdirkan memiliki beberapa bentuk dalam fase hidupnya. Kadang menyabit, kadang membulat utuh menampilkan keindahan purnamanya dan kadang menghilang, sedikitpun tidak terlihat layaknya ditelan oleh Batara Kala.

Begitu pula dengan dirinya. Sebagai pemeran dalam sebuah panggung sandiwara dunia, ia menerima akan segala ketetapan yang telah dituliskan untuknya. Menerima dengan segenap hati yang lapang meski terkadang terasa begitu menyesakkan dada. Di cemooh, di hina, di pandang rendah seakan menjadi makanan sehari-hari yang harus ia telan mentah-mentah. Namun, ia tetap mencoba untuk kuat dan bertahan sampai Tuhan mengatakan waktunya pulang.

Dihirupnya udara menjelang pagi yang terasa menyejukkan ini. Mengalirkan kesejukan, kesegaran dan kenyamanan hingga menembus ulu hati. Menjadikan suplai energi baru untuk mengawali hari yang ia yakini akan mempertemukannya dengan kebahagiaan yang selama ini ia cari.

Diedarkannya manik matanya untuk meyapu barisan tanaman padi yang nampak menghijau di sebrang sana. Berpadu dengan kabut putih tebal yang membuat suasana dramatis kian terasa. Dengan iringan suara rintik gerimis kecil yang mengundang ketentraman dalam jiwa.

"Dew, mengapa kamu sudah bangun? Apakah semalam kamu tidak tertidur?"

Suara lembut wanita paruh baya yang masih terlihat begitu cantik mengalun pelan masuk ke dalam indera pendengaran. Di dekatinya tubuh sang anak yang masih saja berdiri terpaku di balik jendela kayu dengan warna pelitur yang sudah nampak usang.

"Dewi tidur, Bu. Namun hanya beberapa jam saja. Rasa-rasanya Dewi tidak nyenyak dalam tidur sehingga membuat Dewi terbangun di waktu menjelang subuh seperti ini."

Seakan memiliki beban pikiran, wanita berusia dua puluh tujuh tahun yang masih melajang itu selalu saja tidak pernah merasakan apa itu tidur berkualitas. Tiga bulan terakhir, tidurnya tiada pernah nyenyak seakan dihimpit oleh beban yang terlalu banyak sehingga menjadikan batinnya sedikit terkoyak dan merasakan kecemasan tiada berbatas.

Tidak memiliki pekerjaan tetap. Kondisi fisik yang nampak berbeda dari wanita-wanita sempurna di luar sana. Dan sampai pada saat ini belum ada seorang pun laki-laki yang mengajaknya untuk menjalani biduk rumah tangga seakan membuat hidupnya kian merana. Namun apa hendak dikata, jika semua sudah merupakan takdir Yang Maha Kuasa.

"Ibu tahu akan apa yang menjadi keresahan hatimu Dew. Namun Ibu hanya berpesan, jangan terlalu cemas akan apa yang terjadi di depan nanti. Tuhan telah menakar kebahagiaan yang akan kita dapatkan sesuai dengan takaran kita. Jadi, kamu jangan terlalu tenggelam dalam ketakutan dan kecemasan itu."

Sama-sama sebagai seorang wanita, Ambarwati yang merupakan sang ibu begitu memahami apa yang dirasa membelenggu hati sang putri. Di saat teman-teman seusia Dewi sudah banyak yang berkeluarga, putrinya ini masih tetap sendiri. Ia tidak menampik bahwa di zaman sekarang ini, para lelaki yang mencari seorang istri lebih mengutamakan penampilan fisik. Postur tubuh tambun, wajah yang tidak terlalu cantik, kulit yang tidak pernah mencium body lotion sehingga terkesan bersisik, itulah yang membuat keberadaan Dewi sama sekali tidak dilirik. Dan sudah dapat dipastikan bahwa tidak ada lelaki yang tertarik.

"Apakah Ibu tidak malu, setiap hari menjadi bahan gunjingan tetangga? Memiliki anak perawan tua yang sampai saat ini belum juga berkeluarga? Dewi seakan menjadi anak durhaka karena hanya bisa membuat Ibu merasakan duka dan sama sekali tidak bisa membuat Ibu bahagia."

Jatuh sudah bulir bening yang sebelumnya menggenang di pelupuk mata. Menetes perlahan, menghantarkan luka tak kasat mata terasa menyiksa hingga ke dasar jiwa. Dewi mencoba untuk mengabaikan, namun sedikitpun ia tidak dapat menyembunyikan keadaan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

Tubuh bagaikan dihujam oleh beban hidup yang menyesakkan, itulah yang Dewi rasakan. Sebuah beban yang seiring berjalannya waktu tidak terkikis habis, namun justru membuat jiwa rapuhnya semakin teriris dan menangis. Ingin rasanya ia menyerah dan mengaku kalah. Namun sosok ibunda dan adik tercinta lah yang membuat tubuhnya tetap berdiri tegak dan gagah. Memantik kobaran api semangat untuk tidak menyerah akan keadaan yang sudah seperti penjajah. Yang terus bertubi-tubi menggerus hatinya yang kian melemah.

Direngkuhnya tubuh putri sulungnya ini ke dalam dekapan. Dengan lembut, Ambarwati mengusap punggung sang putri untuk sedikit membuatnya jauh lebih tenang.

"Ibu sama sekali tidak malu mendapatkan anugerah sepertimu, Dew. Menikah bukanlah ajang lomba lari yang mana siapa cepat, ia adalah pemenangnya. Menikah adalah suatu keputusan besar yang harus dipikirkan secara matang karena kehidupan pernikahan bukan untuk satu ataupun dua tahun saja namun untuk selamanya."

Raga yang dipaksa untuk tegar, pada kenyataannya tetap bergetar di kala luka di hati yang ia rasakan semakin melebar. Menyisakan sayatan dalam yang mungkin tidak akan pernah bisa tertukar dengan kebahagiaan yang membebatnya hingga ke akar. Namun, satu hal yang ia yakini bahwa sisa kekuatan dalam diri yang masih ia miliki tidak akan pernah memudar.

Bibir wanita itu masih saja terkatup. Diiringi dengan jantung yang semakin kencang berdegup. Hanya di dalam dekapan sang ibu seperti inilah ia bisa kembali merasakan apa itu makna hidup di saat cahaya kekuatan yang ada di dalam dirinya mulai meredup.

"Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna, dan itu semua ada di dalam dirimu. Meski kamu dipandang rendah dan sebelah mata oleh orang-orang di luar sana, namun kamu masih memiliki satu kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain, Dew."

"Kelebihan apa yang Ibu maksud? Bahkan Dewi merasakan tidak memiliki apa yang dimiliki oleh orang-orang di luar sana."

Perlahan, Dewi mengurai tubuhnya dari pelukan Ambarwati. Kening sedikit mengerut dengan kedua pangkal alis yang bertaut seakan meminta jawaban yang semakin menuntut.

"Kamu memiliki suara khas yang begitu candu ketika masuk ke dalam indera pendengaran. Itulah yang kamu miliki dan tidak dimiliki oleh siapapun. Ibu percaya jika suatu saat, suara yang kamu miliki inilah yang akan membawamu untuk menggenggam apa itu kebahagiaan."

Senyum penuh ironi membingkai bibir tipis wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu. Jika saja setiap orang memiliki pemahaman seperti sang ibu, pastilah saat ini ia tidak akan pernah merasakan apa itu hari-hari yang diwarnai oleh awan kelabu.

"Namun Dewi tidak merasa seperti itu Bu, karena pada kenyataannya, tampilan fisik yang masih menjadi nomor satu. Tidak hanya di dunia musik, di keseharian yang Dewi jalani pun juga begitu. Kelebihan yang Dewi miliki tenggelam dengan pesona orang-orang yang memiliki nilai jual tinggi dan pastinya yang bisa menarik banyak perhatian."

Senyum tipis membingkai bibir Ambarwati. Diusapnya pucuk kepala Dewi dengan kasih dan sayang yang tiada akan pernah terhenti.

"Percayalah, suatu saat nanti kamu akan bertemu dengan apa itu kebahagiaan yang hakiki, Dewi."

Kegamangan kian terasa membelenggu kala indera pendengarannya mencoba untuk memahami setiap kata yang diucap oleh sang ibu. Namun, untuk saat ini tidak ada yang dapat ia lakukan selain percaya akan semua yang terlisan dari bibir wanita paruh baya itu. Karena sejatinya saat ini hanya ada Ambarwati yang kehadirannya dapat menguatkan kalbu.

Seperti inilah dunia yang penuh tipu daya. Di mana orang-orang yang berpenampilan menarik mendapatkan sebuah peluang yang jauh lebih terbuka. Sedangkan orang-orang yang memiliki penampilan biasa-biasa saja, keberadaan mereka semakin tertinggal. Meski kelebihan yang dimiliki, sejatinya juga layak untuk menjadi sebuah nilai jual.

Terpopuler

Comments

smgt

2022-03-22

0

❧ₜᵢₐᵣₐ☠ᵏᵋᶜᶟ

❧ₜᵢₐᵣₐ☠ᵏᵋᶜᶟ

semangat berkarya kak

2022-03-22

0

Mak Aul

Mak Aul

keren banget si thor diksinya...aku mah apa atuh.
sukses yaaa...🥰

2022-03-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hinaan
2 Bab 2. Beban Diri
3 Bab 3. Hengkang
4 Bab 4. Rencana Licik
5 Bab 5. Bergabung Kembali
6 Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7 Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8 Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9 Bab 9. Tak Terduga
10 Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11 Bab 11. Kembali Diuji
12 Bab 12. Mulut Tetangga
13 Bab 13. Meminta Izin
14 Bab 14. Kedatangan Langit
15 Bab 15. Berangkat
16 Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17 Bab 17. Wanita Berusia Senja
18 Bab 18. Berkorban
19 Bab 19. Menentukan Arah
20 Bab 20. Potret Ibu Kota
21 Bab 21. Bhumi
22 Bab 22. Memberi Kabar
23 Bab 23. Nyonya Kartika
24 Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25 Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26 Bab 26. Semuanya Untukmu!
27 Bab 27. Job Baru
28 Bab 28. Istana
29 Bab 29. Svarga Bhumi
30 Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31 Bab 31. Sebuah Rencana
32 Bab 32. Terkesima
33 Bab 33. Kafe
34 Bab 34. Untuk Pertama Kali
35 Bab 35. Kalah Cepat
36 Bab 36. Memulai
37 Bab 37. Se-Simpel Ini?
38 Bab 38. Manis
39 Bab 39. Viral
40 Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41 Bab 41. Menyusul?
42 Bab 42. Undangan
43 Bab 43. Persiapan
44 Bab 44. Show
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab 46. Akhirnya
47 Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48 Bab 48. Kecelakaan?
49 Bab 49. Pindah
50 Bab 50. Singa Betina
51 Bab 51. Rekaman
52 Bab 52. Rencana Melamar
53 Bab 53. Di Ruang Keluarga
54 Bab 54. Diary
55 Bab 55. Pingsan
56 Bab 56. Diundur
57 Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58 Bab 58. Mereka?
59 Bab 59. Murka
60 Bab 60
61 Bab 61. Pembalasan
62 Bab 62. Dipermalukan
63 Bab 63. Tersadar
64 Bab 64. Masa Lalu
65 Bab 65. Rencana Jahat
66 Bab 66. Berdamai
67 Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68 Bab 68. Menjalankan Rencana
69 Bab 69. Tragedi
70 Bab 70. Kabar
71 Bab 71. Terbongkar
72 Bab 72. Dijemput ke Penjara
73 Bab 73. Segera Menikah
74 Bab 74. Yang Sebenarnya
75 Bab 75. Bercerai
76 Bab 76. Terima Kasih
77 Bab 77. Sadar
78 Bab 78. Pulang
79 Bab 79. Menikah
80 Bab 80. Sang Dewi -End-
81 Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82 Rilis novel baru
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Hinaan
2
Bab 2. Beban Diri
3
Bab 3. Hengkang
4
Bab 4. Rencana Licik
5
Bab 5. Bergabung Kembali
6
Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7
Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8
Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9
Bab 9. Tak Terduga
10
Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11
Bab 11. Kembali Diuji
12
Bab 12. Mulut Tetangga
13
Bab 13. Meminta Izin
14
Bab 14. Kedatangan Langit
15
Bab 15. Berangkat
16
Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17
Bab 17. Wanita Berusia Senja
18
Bab 18. Berkorban
19
Bab 19. Menentukan Arah
20
Bab 20. Potret Ibu Kota
21
Bab 21. Bhumi
22
Bab 22. Memberi Kabar
23
Bab 23. Nyonya Kartika
24
Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25
Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26
Bab 26. Semuanya Untukmu!
27
Bab 27. Job Baru
28
Bab 28. Istana
29
Bab 29. Svarga Bhumi
30
Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31
Bab 31. Sebuah Rencana
32
Bab 32. Terkesima
33
Bab 33. Kafe
34
Bab 34. Untuk Pertama Kali
35
Bab 35. Kalah Cepat
36
Bab 36. Memulai
37
Bab 37. Se-Simpel Ini?
38
Bab 38. Manis
39
Bab 39. Viral
40
Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41
Bab 41. Menyusul?
42
Bab 42. Undangan
43
Bab 43. Persiapan
44
Bab 44. Show
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab 46. Akhirnya
47
Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48
Bab 48. Kecelakaan?
49
Bab 49. Pindah
50
Bab 50. Singa Betina
51
Bab 51. Rekaman
52
Bab 52. Rencana Melamar
53
Bab 53. Di Ruang Keluarga
54
Bab 54. Diary
55
Bab 55. Pingsan
56
Bab 56. Diundur
57
Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58
Bab 58. Mereka?
59
Bab 59. Murka
60
Bab 60
61
Bab 61. Pembalasan
62
Bab 62. Dipermalukan
63
Bab 63. Tersadar
64
Bab 64. Masa Lalu
65
Bab 65. Rencana Jahat
66
Bab 66. Berdamai
67
Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68
Bab 68. Menjalankan Rencana
69
Bab 69. Tragedi
70
Bab 70. Kabar
71
Bab 71. Terbongkar
72
Bab 72. Dijemput ke Penjara
73
Bab 73. Segera Menikah
74
Bab 74. Yang Sebenarnya
75
Bab 75. Bercerai
76
Bab 76. Terima Kasih
77
Bab 77. Sadar
78
Bab 78. Pulang
79
Bab 79. Menikah
80
Bab 80. Sang Dewi -End-
81
Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82
Rilis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!