Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka

Binar-binar kebahagiaan terpancar jelas di raut wajah Dewi. Ia yang sedari tadi berkutat di depan cermin nampak begitu riang kala mengoleskan krim pagi. Satu paket perawatan wajah berhasil ia miliki. Itu berarti ia sudah bisa melakukan treatment-treatment untuk mempercantik diri secara mandiri tanpa harus mendatangi sang ahli.

Tepat pukul satu siang, paket krim kecantikan yang ia pesan melalui situs online itu tiba di kediamannya. Tak ayal membuat Dewi semakin tidak bersabar untuk mengaplikasikan produk itu di wajahnya. Sesuai dengan petunjuk yang berada di dalam kemasan, dengan telaten Dewi mengoleskan krim itu hingga merata.

"Kakak sedang apa?"

Seruni yang baru saja pulang dari sekolah memasuki kamar Dewi di mana pintu kamar dibiarkan terbuka oleh sang kakak. Gadis remaja itu mengambil langkah kaki lebar seakan tidak sabar untuk mengetahui apa gerangan yang dilakukan oleh kakak semata wayangnya ini.

Tubuh Dewi sedikit berjingkat saat tubuh Seruni semakin mendekat. Ingin rasanya ia menyembunyikan krim ini cepat-cepat agar Seruni tidak tahu apa yang sedang ia perbuat.

"Eh itu, Kakak sedang ...."

Perkataan Dewi terpangkas kala tangan Seruni berhasil meraih krim yang berada di atas meja. Netra gadis remaja itu nampak menyipit untuk membaca apa yang tertera di di sana.

"Kakak melakukan perawatan wajah?"

Seruni membaca dengan lekat apa yang tertera di dalam kemasan krim pagi yang digunakan oleh Dewi. Gadis itu hanya tersenyum simpul melihat tingkah sang kakak yang sudah seperti gadis remaja yang mengalami masa pubertas untuk pertama kali. Merawat kulit wajah agar senantiasa berseri.

"Jangan bilang ke Ibu, Run. Kakak malu!"

Seruni hanya terkikik geli. Ia mengayunkan tungkai kaki kemudian mendaratkan bokongnya di bibir ranjang Dewi. Ia melihat bayang wajah sang kakak melalui pantulan cermin yang berada di depannya ini.

"Kakak mengapa tiba-tiba melakukan perawatan wajah? Apakah kak Dewi sedang jatuh cinta? Sehingga ingin selalu tampil cantik di depan lelaki yang Kakak cintai?"

Dewi hanya bisa mengedikkan bahu seraya menghembuskan napas sedikit kasar. Sejauh ini ia tidak mengetahui dengan pasti perasaan apa yang tersimpan untuk Langit, pria yang sikapnya selalu saja menguji rasa sabar.

"Tidak ada apa-apa Run. Kakak hanya sedang ingin melakukan perawatan wajah saja. Kakak ingin memiliki wajah yang terawat dan lebih sehat."

Dewi berkilah karena sejatinya ia melakukan perawatan ini untuk membuktikan bahwa ia bisa merawat diri. Seorang wanita yang selalu dianggap abai akan kecantikan yang dimiliki yang selalu saja membuatnya merasa rendah diri. Perkataan miring yang keluar dari mulut-mulut kotor itu akan coba ia patahkan dengan perawatan wajah yang Dewi lakukan saat ini.

"Ah, aku kira Kakak sedang jatuh cinta sehingga saat ini mulai rutin untuk merawat wajah."

Penuturan Seruni mungkin memang tidak salah. Bahwa sejatinya Dewi memang sedang jatuh cinta hingga membuat wanita itu sedikit salah tingkah. Namun, Dewi tetaplah Dewi. Ia tidak ingin rasa yang tersimpan dalam hati diketahui oleh orang lain meski terkadang membuatnya sedikit gundah.

"Kalaupun Kakak jatuh cinta, pastinya hanya akan bertepuk sebelah tangan. Lelaki mana yang mau memiliki kekasih seperti aku ini Run? Semua seperti hanya mimpi."

Dewi hanya bisa tersenyum manis meski dibalut oleh senyum getir. Ia sadar jika keadaan fisiknya ini semakin membuatnya tersingkir dari tipe-tipe kaum lelaki yang tengah mencari dermaga terakhir. Jangankan disapa, dilirik pun merupakan suatu hal yang mustahil. Meski terkadang hati dipenuhi oleh rasa rendah diri, namun Dewi masih menyisakan secuil keyakinan bahwa semua akan indah jika sudah waktunya nanti.

Seruni hanya tertegun mencerna setiap kata yang terucap dari bibir Dewi. Sejauh ini sang kakak memanglah salah seorang yang tertutup namun Seruni dapat menangkap sinyal jika kakaknya ini sedang jatuh cinta kepada salah seorang laki-laki.

"Kakak ada acara manggung?"

Manik mata Seruni terhenti pada satu setel pakaian yang tergantung di salah satu sudut ruangan. Rok dan blouse panjang yang sedikit berbeda dengan pakaian yang sering dikenakan saat tampil di atas panggung.

"Iya, sore ini Kakak akan tampil di rumah haji Amir. Ada acara syukuran atas pembukaan toko kelontong baru di perbatasan sana."

"Baiklah, beristirahatlah terlebih dahulu Kak. Semoga penampilan Kakak nanti disambut baik oleh para penonton."

"Aamiin ... terima kasih Run."

Runi melangkahkan kaki untuk bersegera keluar dari kamar Dewi. Seperti biasa, di jam pulang seperti ini gadis itu beristirahat sejenak sembari melepas penat setelah berkutat dengan buku-buku tebal beberapa mata pelajaran.

***

Dewi mematut diri di depan cermin lebar yang berada di ruang ganti. Senyumnya nampak merekah kala melihat warna kulit wajahnya yang sudah nampak sedikit berseri. Baru siang tadi Dewi mengaplikasikan produk kecantikan di wajah namun sudah sedikit menampakkan hasil yang membuatnya berpuas diri.

"Dari tadi aku melihatmu sibuk berdiri di depan cermin. Memang apa yang kamu lihat?"

Suara bariton yang tiba-tiba memenuhi ruangan membuat Dewi terperanjat seketika. Ia edarkan manik matanya untuk menoleh ke arah sumber suara dan nampak Langit datang menghampirinya.

"Tidak Bang, aku hanya sedang menyempurnakan penampilanku. Aku tidak ingin membuat para penonton kecewa."

Langit menatap intens wajah Dewi ini. Lelaki itu sedikit terperangah akan apa yang tengah ia lihat. "Apa yang kamu gunakan di wajahmu itu? Mengapa wajahmu nampak jauh lebih putih dari biasanya?"

Seonggok daging yang bersemayam di dalam rongga dada milik Dewi seketika diserang oleh perasaan gugup. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup dan membuat bibirnya terkatup. Tidak ia sangka, jika Langit begitu peka dengan perubahan yang ada di wajahnya.

"Eh, ini karena aku ...."

"Apapun itu, kamu harus ingat bahwa warna kulit wajahmu dengan lehermu terlihat begitu kontras. Hah, seperti ondel-ondel saja!"

Hati yang sebelumnya dilambangkan tinggi hingga ke awan, dalam waktu sekejap dibanting dan masuk ke dalam jurang. Dewi mengira lelaki di depannya ini akan memberikan sebuah pujian, namun ternyata justru hinaan yang ia dapatkan.

"Apakah Abang bisa untuk sehari saja tidak mengolok-olok aku? Atau memberiku sebuah apresiasi? Aku rasa semenjak aku ikut bergabung di Magatra, Abang tidak pernah sekalipun memujiku. Sebegitu tidak pantaskah aku mendapatkan sebuah pujian?"

"Hahahaha ... Dewi, Dewi. Jangan bermimpi untuk mendapatkan pujian dariku. Karena sejatinya kamu memang tidak pantas untuk dipuji."

Langit memutar tubuhnya untuk meninggalkan ruangan ini. Baru beberapa saat ia melangkahkan kaki, tiba-tiba saja langkahnya terhenti.

"Persiapkan dirimu! Sepuluh menit lagi acara akan segera dimulai."

Langit kembali mengayunkan kaki untuk meninggalkan ruangan ini. Sedangkan Dewi hanya bisa terperangah tiada percaya akan apa yang diucapkan oleh lelaki itu. Lelaki sombong dan angkuh yang entah bagaimana ceritanya bisa ia kagumi.

"Dew, kamu sudah siap?"

Dewi yang sebelumnya dikejutkan oleh kedatangan Langit, kini wanita itu kembali dikejutkan oleh kedatangan Amara dan Adelia. Dua wanita yang sama-sama berprofesi sebagai vokalis itu nampak mendekat ke arah Dewi.

"Sudah. Aku sudah siap kok. Kata bang Langit sepuluh menit lagi acara akan segera dimulai."

"Kamu benar-benar hebat Dew, karena haji Amir hanya menginginkanmu yang membawakan lagu. Aku dan Amara benar-benar merasa tersisih. Tapi apapun itu, aku ucapkan selamat ya. Semoga penampilanmu memuaskan."

Adelia yang biasanya tidak pernah menganggap keberadaan Dewi, kini mendadak menjadi sosok seorang teman yang begitu perduli dengan Dewi. Bahkan ia sempatkan untuk memberikan semangat untuk Dewi.

Dewi hanya mengulas sedikit senyumnya. "Terima kasih. Semoga nanti, kalian juga ikut diminta untuk bernyanyi."

Amara dan Adelia saling melempar pandangan. Keduanya seakan berbicara melalui sorot mata yang terpancar. Tak selang lama dua orang itu mengangguk bersamaan.

"Oh iya, aku bawakan air mineral untuk kamu, Dew. Minumlah terlebih dahulu agar kamu tidak kehausan di saat kamu tampil nanti."

Adelia mengulurkan botol air mineral ke arah Dewi. Sedangkan Dewi nampak menatap dua teman seprofesinya ini secara bergantian.

"Terima kasih," ucap Dewi seraya menerima air mineral yang diberikan oleh Adelia.

Tanpa membuang banyak waktu dan menaruh rasa curiga, Dewi membuka tutup botol air mineral itu dan menegak isi yang ada di dalamnya. Tanpa Dewi sadari bahwa sejatinya air mineral yang diberikan oleh dua orang ini merupakan awal petaka baginya.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Lanjut kak mampir lagi..
semangat yaa

2022-03-06

0

Nofi Kahza

Nofi Kahza

Ni Amara dan Adelia kayaknya mang minta diguyur pakek ombak tsunami deh ya? Biar itu aura jahatnya tersapu. Heran gue. Emozeh gue!😤

tu Si Langit juga, mulutnya mang minta diobras pakek senar layangan, biar gk ngomong pedes melulu😤

2022-03-02

0

Nofi Kahza

Nofi Kahza

mencurigakan😒

2022-03-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hinaan
2 Bab 2. Beban Diri
3 Bab 3. Hengkang
4 Bab 4. Rencana Licik
5 Bab 5. Bergabung Kembali
6 Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7 Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8 Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9 Bab 9. Tak Terduga
10 Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11 Bab 11. Kembali Diuji
12 Bab 12. Mulut Tetangga
13 Bab 13. Meminta Izin
14 Bab 14. Kedatangan Langit
15 Bab 15. Berangkat
16 Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17 Bab 17. Wanita Berusia Senja
18 Bab 18. Berkorban
19 Bab 19. Menentukan Arah
20 Bab 20. Potret Ibu Kota
21 Bab 21. Bhumi
22 Bab 22. Memberi Kabar
23 Bab 23. Nyonya Kartika
24 Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25 Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26 Bab 26. Semuanya Untukmu!
27 Bab 27. Job Baru
28 Bab 28. Istana
29 Bab 29. Svarga Bhumi
30 Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31 Bab 31. Sebuah Rencana
32 Bab 32. Terkesima
33 Bab 33. Kafe
34 Bab 34. Untuk Pertama Kali
35 Bab 35. Kalah Cepat
36 Bab 36. Memulai
37 Bab 37. Se-Simpel Ini?
38 Bab 38. Manis
39 Bab 39. Viral
40 Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41 Bab 41. Menyusul?
42 Bab 42. Undangan
43 Bab 43. Persiapan
44 Bab 44. Show
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab 46. Akhirnya
47 Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48 Bab 48. Kecelakaan?
49 Bab 49. Pindah
50 Bab 50. Singa Betina
51 Bab 51. Rekaman
52 Bab 52. Rencana Melamar
53 Bab 53. Di Ruang Keluarga
54 Bab 54. Diary
55 Bab 55. Pingsan
56 Bab 56. Diundur
57 Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58 Bab 58. Mereka?
59 Bab 59. Murka
60 Bab 60
61 Bab 61. Pembalasan
62 Bab 62. Dipermalukan
63 Bab 63. Tersadar
64 Bab 64. Masa Lalu
65 Bab 65. Rencana Jahat
66 Bab 66. Berdamai
67 Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68 Bab 68. Menjalankan Rencana
69 Bab 69. Tragedi
70 Bab 70. Kabar
71 Bab 71. Terbongkar
72 Bab 72. Dijemput ke Penjara
73 Bab 73. Segera Menikah
74 Bab 74. Yang Sebenarnya
75 Bab 75. Bercerai
76 Bab 76. Terima Kasih
77 Bab 77. Sadar
78 Bab 78. Pulang
79 Bab 79. Menikah
80 Bab 80. Sang Dewi -End-
81 Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82 Rilis novel baru
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Hinaan
2
Bab 2. Beban Diri
3
Bab 3. Hengkang
4
Bab 4. Rencana Licik
5
Bab 5. Bergabung Kembali
6
Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7
Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8
Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9
Bab 9. Tak Terduga
10
Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11
Bab 11. Kembali Diuji
12
Bab 12. Mulut Tetangga
13
Bab 13. Meminta Izin
14
Bab 14. Kedatangan Langit
15
Bab 15. Berangkat
16
Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17
Bab 17. Wanita Berusia Senja
18
Bab 18. Berkorban
19
Bab 19. Menentukan Arah
20
Bab 20. Potret Ibu Kota
21
Bab 21. Bhumi
22
Bab 22. Memberi Kabar
23
Bab 23. Nyonya Kartika
24
Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25
Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26
Bab 26. Semuanya Untukmu!
27
Bab 27. Job Baru
28
Bab 28. Istana
29
Bab 29. Svarga Bhumi
30
Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31
Bab 31. Sebuah Rencana
32
Bab 32. Terkesima
33
Bab 33. Kafe
34
Bab 34. Untuk Pertama Kali
35
Bab 35. Kalah Cepat
36
Bab 36. Memulai
37
Bab 37. Se-Simpel Ini?
38
Bab 38. Manis
39
Bab 39. Viral
40
Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41
Bab 41. Menyusul?
42
Bab 42. Undangan
43
Bab 43. Persiapan
44
Bab 44. Show
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab 46. Akhirnya
47
Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48
Bab 48. Kecelakaan?
49
Bab 49. Pindah
50
Bab 50. Singa Betina
51
Bab 51. Rekaman
52
Bab 52. Rencana Melamar
53
Bab 53. Di Ruang Keluarga
54
Bab 54. Diary
55
Bab 55. Pingsan
56
Bab 56. Diundur
57
Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58
Bab 58. Mereka?
59
Bab 59. Murka
60
Bab 60
61
Bab 61. Pembalasan
62
Bab 62. Dipermalukan
63
Bab 63. Tersadar
64
Bab 64. Masa Lalu
65
Bab 65. Rencana Jahat
66
Bab 66. Berdamai
67
Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68
Bab 68. Menjalankan Rencana
69
Bab 69. Tragedi
70
Bab 70. Kabar
71
Bab 71. Terbongkar
72
Bab 72. Dijemput ke Penjara
73
Bab 73. Segera Menikah
74
Bab 74. Yang Sebenarnya
75
Bab 75. Bercerai
76
Bab 76. Terima Kasih
77
Bab 77. Sadar
78
Bab 78. Pulang
79
Bab 79. Menikah
80
Bab 80. Sang Dewi -End-
81
Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82
Rilis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!