Bab 3. Hengkang

Hingar bingar suara alat musik perkusi terdengar mengiringi lenggak-lenggok tubuh para penyanyi yang sedang tampil di atas panggung. Dengan pakaian yang menampakkan punggung, membuat jiwa muda para penonton semakin tak terbendung. Sesekali mereka mengarahkan microphone ke arah penonton, yang menjadi isyarat untuk mengajak bersenandung.

Mereka menghentakkan tubuh sesuai dengan irama musik yang ada. Melepaskan penat yang seharian melanda. Menggantinya dengan semangat yang membara, mengikuti instruksi dari sang biduan yang tengah menunjukkan pesonanya.

Meski suara yang terdengar jauh dari kata bagus, namun bentuk tubuh sang biduan lah yang menjadi nilai plus. Tidak ada rasa lelah maupun rasa haus. Mereka nampak begitu larut dalam alunan musik yang bergema terus menerus. Meski napas juga nampak terputus-putus namun sama sekali tidak membuat semangat mereka memupus.

"Bagaimana? Apakah kamu iri melihat penampilan Amara dan Adelia? Mereka begitu piawai dalam memanjakan penonton. Lihatlah, para penonton begitu antusias dalam mengikuti gerak tubuh mereka."

Langit merapatkan tubuhnya ke arah Dewi yang saat ini tengah menatap penampilan Amara dan Adelia di atas panggung. Kedua sudut bibirnya dipaksa untuk tetap melengkung meski rendah diri terasa semakin menggunung.

"Iya, Amara dan Adelia memang tampil begitu memukau. Keduanya sungguh sangat piawai dalam menghibur penonton."

Tidak ingin lagi berdebat dengan Langit perkara semua kekurangan yang ada dalam dirinya, pada akhirnya Dewi mengikuti ke mana arah pembicaraan manajer orkes melayu Magatra ini. Ia bahkan berniat tidak akan bersuara ataupun membela diri jika sang manajer akan tetap meremehkan ataupun merendahkannya lagi. Berada di titik jenuh lah yang saat ini Dewi alami. Diolok, direndahkan, dicaci maki, akan ia coba untuk menerima dengan lapang hati. Dan untuk saat ini ia memilih bungkam, tidak perduli sama sekali.

"Akhirnya kamu mengakui juga. Jika sudah seperti itu, kamu akan terima bukan jika aku memberhentikanmu saat ini juga?"

Tubuh Dewi yang sebelumnya mematung, menatap intens aksi panggung Adelia dan Amara seketika terperanjat. Bahkan gadis itu sampai berjingkat tatkala rasa terkejut dalam dada terasa begitu kuat. Membebat erat tubuh dan pikirannya yang sebelumnya dilanda oleh penat.

"Apa, bang Langit akan memberhentikanku dari orkes melayu ini? Apakah aku tidak salah mendengar?"

Dewi mencoba untuk memastikan sekali lagi akan apa yang ia dengar. Gadis itu berharap bahwa yang ia dengar adalah salah besar, namun anggukan kepala yang di isyaratkan oleh Langit semakin menegaskan bahwa apa yang terdengar di dalam indera pendengarannya itu memang benar.

"Aku memutuskan untuk memberhentikanmu Dew. Karena aku merasa keberadaanmu tidaklah menguntungkan bagi orkes melayu ini. Aku hanya membutuhkan orang-orang yang bisa membuat orkes melayu ini bernilai jual tinggi. Dan aku rasa, keberadaan Adelia dan Amara sudah cukup mewakili. Sehingga, mulai hari ini kamu bisa hengkang dari sini."

"Apakah pertimbangan bang Langit hanyalah perkara fisik saja? Apakah suara khas yang aku miliki sama sekali tidak berpengaruh apa-apa? Jika seperti itu, apakah adil untuk orang-orang yang memiliki bentuk fisik seperti aku ini? Di mana seharusnya memiliki peluang yang sama di dunia musik seperti ini?"

Kecewa, itulah yang Dewi rasakan. Rasa itulah yang semakin hari semakin bertunas dalam jiwa. Meski sekuat tenaga ia mencoba untuk memangkas tunas kecewa itu namun tetap saja tumbuh tiada terkendali. Memenuhi relung-relung hati yang mungkin tidak akan pernah bisa dibabat habis oleh apapun.

Langit memandang jengah tubuh Dewi yang berdiri di hadapannya ini. Meski ia mencoba untuk mengakui akan kelebihan yang Dewi miliki namun tetap saja, tidak ada yang dapat menguntungkan dari apa yang dimilikinya. Ia berpikir, dengan mengajak Dewi bergabung, akan ada produser musik yang melirik keberadaan Dewi. Namun pada kenyataannya sampai sekarang tidak ada satupun produser musik yang tertarik oleh suara yang dimiliki oleh Dewi.

"Jangan berbicara tentang keadilan, Dew. Tidak pernah ada keadilan untuk orang-orang yang penuh dengan kekurangan seperti kamu ini. Ingat, kamu tidak memiliki nilai jual tinggi. Nilai jualmu hanya sebatas pecahan uang dua ribuan yang sering kamu dapatkan dari penonton itu, paham?"

Ucapan Langit sukses menohok seonggok daging yang bersemayam di dalam dada. Kali ini perkataan Langit benar-benar bisa membuat kedua matanya terbuka. Menyadari jika ia hanyalah butiran pasir yang berada di lautan mutiara. Sampai kapanpun keberadaannya tidak akan pernah tertangkap oleh kornea mata. Dengan atau tanpa keberadaannya, tidak akan berpengaruh apa-apa untuk orang-orang di sekelilingnya.

"Tapi Bang, apakah itu ber...."

"Bang Langit!"

Ucapan Dewi terpangkas di kala suara seseorang merembet masuk ke dalam indera pendengaran Dewi dan juga Langit. Mereka menoleh ke arah sumber suara dan terlihat, Satya dengan tergopoh-gopoh menyusul keduanya.

"Satya, ada apa? Mengapa kamu terlihat begitu tergesa-gesa seperti ini?"

"Itu Bang, pak haji Amir ingin bertemu dengan Abang. Sepertinya ada hal yang sangat penting."

Satya yang menyampaikan kabar berita perihal kedatangan haji Amir, berhasil membuat Langit terkesiap. Siapa yang tidak mengenal haji Amir? Orang paling kaya se kecamatan dengan harta yang tidak akan pernah habis tujuh turunan, lima tanjakan serta tiga tikungan. Rumah, mobil, sawah, pekarangan, toko kelontong semua ada di mana-mana.

"Haji Amir mencariku? Ada perlu apa dia? Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba mencariku?"

"Aku tidak tahu pasti, Bang. Namun tadi beliau mengatakan jika beliau ingin mengundang Magatra untuk mengisi acara yang ia selenggarakan. Lebih baik, Abang segera menemui haji Amir. Abang paham bukan, jika haji Amir tidak suka dibuat menunggu terlalu lama?"

Langit mengangguk, membenarkan apa yang dituturkan oleh Satya. Tidak ingin melewatkan kesempatan, ia mengambil langkah kaki lebar untuk menemui sang tamu. Pastinya sembari mengajak Amara dan Adelia yang saat ini merupakan penyanyi di orkes melayu miliknya ini.

Namun baru beberapa langkah ia meninggalkan Dewi, Langit kembali berbalik badan. Didekatinya wanita yang saat ini tengah terpaku ini.

"Ini pesangon untukmu. Aku rasa itu cukup sebagai uang transport untuk mencari pekerjaan baru."

Diulurkannya lima belas lembar pecahan seratus ribuan ke arah Dewi. Untuk kali ini, Langit jauh lebih sopan dalam memberikan pesangon itu daripada tempo hari. Setelah itu, Langit bergegas untuk meninggalkan Dewi.

Sedangkan Dewi, setelah menerima lembaran uang itu, tubuhnya hanya mematung dan tertegun melihat punggung Langit yang semakin lama menghilang dari pandangan. Untuk kali ini, ia benar-benar kalah oleh keadaan.

Diambilnya sebuah cermin kecil dari dalam saku celana yang ia kenakan. Ia tatap lekat bayang wajahnya yang terpantul melalui cermin itu.

"Aku bersumpah, akan mengubah penampilanku hingga tidak ada lagi yang bisa merendahkanku. Untuk langkah pertama, akan aku mulai dari perawatan wajahku."

***

"Jadi, pak Haji ingin mengadakan acara syukuran dan ingin diisi dengan lagu-lagu religi?"

Ditemani oleh Amara dan Adelia, Langit duduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu dan berhadapan langsung dengan Amir. Dadanya berdesir karena ternyata maksud kedatangan Amir ini menjadi peluang pundi-pundi rupiah yang akan ia kumpulkan semakin mengalir.

"Iya, aku ingin mengundang Magatra untuk mengisi acara syukuran yang akan aku adakan. Bagaimana? Apakah kamu menyetujui?"

"Saya setuju-setuju saja Pak. Namun, biasanya lagu-lagu yang kami bawakan itu lagu dangdut dan lagu-lagu bertemakan patah hati seperti yang sedang naik daun saat ini..."

"Apakah itu artinya kamu menolak undangan dariku? Padahal, aku bermaksud membayar mahal jika sampai kalian tampil di acaraku."

Amir yang tiba-tiba memberikan sebuah kesimpulan, sontak membuat Langit menggelengkan kepala. Ia tidak ingin kesempatan seperti ini hilang begitu saja. Karena kesempatan langka seperti ini pasti tidak akan datang untuk kedua kalinya.

"Bukan, bukan begitu maksud saya Pak." Langit menggiring manik matanya ke arah Amara dan Adelia yang saat ini tengah memoles bedak di wajah masing-masing. "Bagaimana Ra, Lia? Apakah kalian bisa untuk membawakan lagu-lagu religi?"

Dua penyanyi yang sedang berkutat dengan make-up di tangannya itu seketika tersentak. Amara dan Adelia saling melempar pandangan. Sejenak kemudian keduanya mengangguk bersamaan.

"Bisa Bang, kami bisa membawakan lagu religi."

Senyum merekah terbit di bibir tipis Langit. Ia bisa sedikit lebih tenang karena dua vokalis yang ia miliki ini sanggup untuk mengisi acara milik Amir.

"Baik pak Haji, saya dan tim sanggup mengisi acara yang pak Haji adakan. Namun harus dengan pembayaran di muka. Bagaimana?"

Amir hanya tersenyum remeh. Bagi lelaki berusia enam puluh lima tahun itu tidak menjadi masalah berapapun yang harus ia bayar.

"Kamu tenang saja, aku akan membayar sehari sebelum Magatra tampil. Namun aku minta, di acara nanti diisi oleh Dewi. Salah seorang vokalis yang kamu miliki."

"Dewi?"

Kini bukan hanya Langit yang terkejut setengah mati. Adelia dan Amara pun juga turut merasakan apa yang dirasakan oleh Langit. Ketiganya sama-sama terperangah karena nama Dewi lah yang diminta oleh Amir.

"Tapi Pak, Dewi sudah tidak ikut dengan saya lagi. Bagaimana kalau saya ganti dengan Amara dan Adelia? Mereka jauh lebih baik dari Dewi."

Langit berupaya untuk melakukan proses negosiasi. Sungguh di luar ekspektasi bahwa sosok Dewi lah yang diinginkan oleh Amir sebagai penyanyi di acara yang ia miliki. Sosok penyanyi yang sebelumnya ia caci maki, hari ini justru menjadi penyanyi yang memiliki harga jual tinggi. Bahkan si pemilik acara berani menggelontorkan biaya lebih asalkan acara yang akan ia adakan diisi oleh Dewi.

Amir tetap menggelengkan kepala. Sebagai pertanda, tidak menyetujui tawaran yang diberikan oleh Langit. "Tidak, aku tidak mau diisi oleh siapapun kecuali Dewi. Karena Dewi lah yang aku cari, bukan dua orang yang kamu tawarkan ini."

Terpopuler

Comments

berkah selalu

2022-03-22

0

🍭ͪ ͩᗩGEᑎᑕY🍀☪️ɪʀᴀՇɧeeՐՏ𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩᗩGEᑎᑕY🍀☪️ɪʀᴀՇɧeeՐՏ𝐙⃝🦜

Langit, di atas langit masih ada langit 😊 sombong sekali dirimu...

2022-03-17

0

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽKᵝ⃟ᴸMak buaya𒈒⃟ʟʙᴄ

☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽKᵝ⃟ᴸMak buaya𒈒⃟ʟʙᴄ

sombong ih loe langit jd manusia

2022-03-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hinaan
2 Bab 2. Beban Diri
3 Bab 3. Hengkang
4 Bab 4. Rencana Licik
5 Bab 5. Bergabung Kembali
6 Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7 Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8 Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9 Bab 9. Tak Terduga
10 Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11 Bab 11. Kembali Diuji
12 Bab 12. Mulut Tetangga
13 Bab 13. Meminta Izin
14 Bab 14. Kedatangan Langit
15 Bab 15. Berangkat
16 Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17 Bab 17. Wanita Berusia Senja
18 Bab 18. Berkorban
19 Bab 19. Menentukan Arah
20 Bab 20. Potret Ibu Kota
21 Bab 21. Bhumi
22 Bab 22. Memberi Kabar
23 Bab 23. Nyonya Kartika
24 Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25 Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26 Bab 26. Semuanya Untukmu!
27 Bab 27. Job Baru
28 Bab 28. Istana
29 Bab 29. Svarga Bhumi
30 Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31 Bab 31. Sebuah Rencana
32 Bab 32. Terkesima
33 Bab 33. Kafe
34 Bab 34. Untuk Pertama Kali
35 Bab 35. Kalah Cepat
36 Bab 36. Memulai
37 Bab 37. Se-Simpel Ini?
38 Bab 38. Manis
39 Bab 39. Viral
40 Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41 Bab 41. Menyusul?
42 Bab 42. Undangan
43 Bab 43. Persiapan
44 Bab 44. Show
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab 46. Akhirnya
47 Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48 Bab 48. Kecelakaan?
49 Bab 49. Pindah
50 Bab 50. Singa Betina
51 Bab 51. Rekaman
52 Bab 52. Rencana Melamar
53 Bab 53. Di Ruang Keluarga
54 Bab 54. Diary
55 Bab 55. Pingsan
56 Bab 56. Diundur
57 Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58 Bab 58. Mereka?
59 Bab 59. Murka
60 Bab 60
61 Bab 61. Pembalasan
62 Bab 62. Dipermalukan
63 Bab 63. Tersadar
64 Bab 64. Masa Lalu
65 Bab 65. Rencana Jahat
66 Bab 66. Berdamai
67 Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68 Bab 68. Menjalankan Rencana
69 Bab 69. Tragedi
70 Bab 70. Kabar
71 Bab 71. Terbongkar
72 Bab 72. Dijemput ke Penjara
73 Bab 73. Segera Menikah
74 Bab 74. Yang Sebenarnya
75 Bab 75. Bercerai
76 Bab 76. Terima Kasih
77 Bab 77. Sadar
78 Bab 78. Pulang
79 Bab 79. Menikah
80 Bab 80. Sang Dewi -End-
81 Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82 Rilis novel baru
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Hinaan
2
Bab 2. Beban Diri
3
Bab 3. Hengkang
4
Bab 4. Rencana Licik
5
Bab 5. Bergabung Kembali
6
Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7
Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8
Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9
Bab 9. Tak Terduga
10
Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11
Bab 11. Kembali Diuji
12
Bab 12. Mulut Tetangga
13
Bab 13. Meminta Izin
14
Bab 14. Kedatangan Langit
15
Bab 15. Berangkat
16
Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17
Bab 17. Wanita Berusia Senja
18
Bab 18. Berkorban
19
Bab 19. Menentukan Arah
20
Bab 20. Potret Ibu Kota
21
Bab 21. Bhumi
22
Bab 22. Memberi Kabar
23
Bab 23. Nyonya Kartika
24
Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25
Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26
Bab 26. Semuanya Untukmu!
27
Bab 27. Job Baru
28
Bab 28. Istana
29
Bab 29. Svarga Bhumi
30
Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31
Bab 31. Sebuah Rencana
32
Bab 32. Terkesima
33
Bab 33. Kafe
34
Bab 34. Untuk Pertama Kali
35
Bab 35. Kalah Cepat
36
Bab 36. Memulai
37
Bab 37. Se-Simpel Ini?
38
Bab 38. Manis
39
Bab 39. Viral
40
Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41
Bab 41. Menyusul?
42
Bab 42. Undangan
43
Bab 43. Persiapan
44
Bab 44. Show
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab 46. Akhirnya
47
Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48
Bab 48. Kecelakaan?
49
Bab 49. Pindah
50
Bab 50. Singa Betina
51
Bab 51. Rekaman
52
Bab 52. Rencana Melamar
53
Bab 53. Di Ruang Keluarga
54
Bab 54. Diary
55
Bab 55. Pingsan
56
Bab 56. Diundur
57
Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58
Bab 58. Mereka?
59
Bab 59. Murka
60
Bab 60
61
Bab 61. Pembalasan
62
Bab 62. Dipermalukan
63
Bab 63. Tersadar
64
Bab 64. Masa Lalu
65
Bab 65. Rencana Jahat
66
Bab 66. Berdamai
67
Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68
Bab 68. Menjalankan Rencana
69
Bab 69. Tragedi
70
Bab 70. Kabar
71
Bab 71. Terbongkar
72
Bab 72. Dijemput ke Penjara
73
Bab 73. Segera Menikah
74
Bab 74. Yang Sebenarnya
75
Bab 75. Bercerai
76
Bab 76. Terima Kasih
77
Bab 77. Sadar
78
Bab 78. Pulang
79
Bab 79. Menikah
80
Bab 80. Sang Dewi -End-
81
Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82
Rilis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!