Bab 11. Kembali Diuji

Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan tetapi untuk menguji kekuatan akarnya. Layaknya manusia dalam menghadapi badai kehidupan. Apakah ia mampu bertahan dengan segala keyakinan? Ataukah menyerah dalam keputusasaan?

Sepasang jendela hati yang sedari tadi meneteskan embun, kini terpejam. Tubuh lemah yang sedari tadi ia paksa untuk kuat kini meluruh dalam ketidaksadaran kala tancapan belati tajam itu terasa perih menghujam. Raga yang sebelumnya berdiri tangguh kini bak berdiri di atas ranting yang rapuh. Tinggal menunggu waktu kapan ia akan patah dan membuatnya terjatuh.

Terlalu lama berada di bawah deras air hujan yang membuat tubuh Dewi basah kuyup, kini tubuh wanita itu mendadak demam. Belum sempat berganti pakaian, tiba-tiba saja Dewi hilang kesadaran. Di dalam dekapan sang ibu, ia pingsan. Gegas Ambarwati meminta Seruni untuk mengambil baju ganti agar tubuh Dewi tidak semakin kedinginan. Setelah itu, dengan susah payah Ambarwati dan Seruni memindahkan Dewi ke atas pembaringan.

"Apakah badan kakak masih demam, Bu?"

Raut penuh kecemasan juga nampak membingkai wajah Seruni. Gadis Remaja itu hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati mengapa sang kakak pulang ke rumah dalam keadaan hancur seperti ini. Padahal saat akan berangkat, wajah sang kakak dipenuhi oleh binar bahagia yang kentara sekali.

Ambarwati mengangguk pelan sembari mengganti kain kompres yang menghiasi kening Dewi. Wanita paruh baya itu nampak begitu telaten dalam merawat sang putri. Meski rasa kantuk juga sulit untuk ia hindari.

"Iya Run, panas badan kakakmu masih tinggi. Ibu sampai bingung harus bagaimana. Dalam keadaan pingsan seperti ini pasti akan sulit untuk memasukkan obat demam ke dalam mulut kakakmu bukan?"

Seruni hanya bisa mengulas sedikit senyum yang ia miliki. Ia berdiri di sisi ranjang Dewi dan perlahan mengambil alih baskom kecil yang dipegang oleh Ambarwati.

"Ibu segeralah beristirahat di kamar. Malam sudah semakin larut. Runi hanya khawatir jika ibu juga ikut sakit."

"Tapi bagaimana dengan kakakmu Run? Dia masih demam."

"Biarkan Runi yang menggantikan Ibu untuk mengompres kakak. Sekarang Ibu istirahat saja di kamar."

"Tapi besok kamu harus ke sekolah kan Nak?"

"Tidak masalah Bu. Begadang untuk menjaga kakak tidak akan membuat Runi kesiangan."

Ambarwati nampak menimbang-nimbang perkataan Seruni. Ingin rasanya ia menolak tawaran putrinya namun bagaimana lagi rasa kantuk juga sudah menyerangnya sedari tadi. Hanya dengan memejamkan mata lah yang dapat membebaskannya dari rasa kantuk ini.

Ambarwati bangkit dari posisi duduknya. "Ibu titip kakakmu ya Run. Semisal suhu tubuh kakakmu sudah turun kamu juga segeralah beristirahat. Ibu hanya khawatir jika esok, kamu bangun kesiangan."

"Iya Bu, Runi akan segera beristirahat jika suhu badan kak Dewi sudah turun."

Dengan langkah perlahan, Ambarwati meninggalkan kamar milik Dewi. Sedangkan Seruni begitu telaten mengganti kain kompres kakaknya ini. Dengan intens, gadis remaja itu menatap wajah kakak semata wayangnya yang tengah larut di alam mimpi.

"Kakak sudah sejak lama menderita. Semoga setelah ini hanya akan ada kebahagiaan yang menghampiri hidup kak Dewi. Runi juga berjanji akan belajar lebih keras lagi sehingga kelak bisa mengangkat derajat ibu dan juga kak Dewi."

Runi sibuk bermonolog lirih. Perlahan, ia mengecup kening Dewi sebagai wujud kasih sayang sang adik terhadap satu-satunya kakak yang ia miliki. Ia tahu betul bagaimana kerja keras yang dilakukan oleh Dewi untuk menopang kelangsungan hidup keluarganya setelah sang ayah pergi. Sosok lelaki yang sudah lama tiada untuk menjadi sandaran dari segala kepahitan hidup yang mereka jalani. Runi hanya meyakini jika kehidupan keluarganya dapat berubah suatu saat nanti.

***

Semburat warna oranye mulai nampak di ufuk timur. Membangunkan jiwa-jiwa yang semalaman nyenyak dalam tidur. Mengawali hari baru mereka dengan penuh rasa syukur.

Embun jatuh perlahan seiring fajar menyapa. Di atas dedaunan mereka bergelayut manja. Enggan untuk melepaskan diri dari pelukannya. Seakan mendapatkan tempat ternyamannya. Dunia kecil mulai terbangun, menyambut hari baru yang dipenuhi oleh suka cita.

Bola mata wanita yang sedang terbaring lemah di atas ranjang itu sedikit bergerak meski kelopak matanya masih terpejam. Tidak terasa ia sudah tertidur semalaman. Membenamkan sukma ke dalam dunia mimpi yang terasa sedikit temaram.

Perlahan kelopak mata wanita itu mulai terbuka. Ia sedikit memincing, berusaha menahan silau sinar mentari yang begitu terasa menusuk kornea mata. Jemari tangannya juga bergerak seakan mengeluarkan sinyal jika ia telah bangun dari tidurnya.

Dewi menggeser posisi tubuhnya untuk bersandar di head board ranjang. Sesekali wanita itu masih nampak menguap seperti rasa kantuk yang masih saja datang menyerang. Dan dengan hati-hati ia meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku tidak karuan.

Rasa pening masih saja terasa menyerang area kepala. Sehingga membuat malas untuk sekedar beranjak dari tempatnya. Dan rasanya hanya ingin bersantai-santai saja.

Sorot mata Dewi mengedar ke sekeliling. Keadaan rumah terasa sepi seperti tidak berpenghuni. Biasanya di jam seperti ini, sayup-sayup terdengar suara sang ibu yang tengah berbincang dengan tetangga di belakang rumah, namun untuk hari ini entah mengapa tidak terdengar sama sekali.

Dewi meraih gelas berisikan air putih yang terletak di atas meja. Ia teguk perlahan, dan seketika kesegaran itu terasa membasahi dan mengaliri kerongkongannya.

Apakah semalam aku pingsan? Rasa-rasanya aku tidak ingat tentang apa yang terjadi. Yang aku ingat hanya saat ibu memelukku dan setelah itu aku sudah tidak ingat apapun.

Hanya menyisakan rasa sesak dalam dada di saat teringat akan kejadian apa yang menimpanya kemarin. Rasa malu terasa begitu menyeruak ketika penampilannya di atas panggung hanya menyisakan kekacauan semata. Bahkan berkali-kali Dewi menyalahkan dirinya sendiri pada saat ia gagal menyajikan penampilan yang sempurna. Sekali lagi, ia membuang napas kasar, berupaya untuk membunuh rasa sesak yang masih saja memenuhi rongga-rongga dada.

Mengapa wajahku tiba-tiba terasa gatal dan panas? Ada apa ini?

Dewi kembali bermonolog dalam hati. Ia sedikit keheranan ketika rasa gatal dan panas terasa memenuhi syaraf-syaraf di pipi. Tidak ingin terlalu larut dalam rasa heran, wanita itu mulai menyibak selimut yang menutupi. Bergegas menuju cermin yang menggantung di salah satu sisi dinding.

Ya Tuhan ... ada apa dengan wajahku? Mengapa terlihat memerah dan mengelupas seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi?

Kedua bola mata Dewi membulat sempurna pada saat melihat pantulan wajahnya di dalam kaca. Wajahnya nampak memerah dan kulitnya seperti mengelupas pastinya dengan sensasi rasa terbakar dan panas.

Tidak, tidak, tidak! Saat ini aku pasti hanya sedang bermimpi. Kemarin wajahku sudah nampak putih berseri. Tidak mungkin jika berubah menjadi seperti ini.

Dewi menepuk-nepuk pipi. Berharap apa yang ia lihat di dalam cermin ini hanyalah sebuah mimpi. Namun sia-sia saja, ini semua nyata di depan mata, seakan menegaskan jika ujian hidup kembali datang menyapanya sekali lagi.

Sudah jatuh tertimpa tangga ditambah menginjak tahi ayam lagi. Nampaknya ungkapan itu yang pantas disematkan untuk Dewi kala menerima ujian hidup yang bertubi-tubi seperti ini. Belum selesai perihal kejadian di atas panggung, uang ganti rugi yang harus ia berikan kepada Langit, dan kini ditambah wajahnya yang mengelupas karena krim abal-abal yang ia beli. Sungguh sempurna Tuhan memberikannya ujian kesabaran seperti ini.

"Dewi! Kamu kenapa Nak?"

Ambarwati memekik keheranan di kala melihat putri sulungnya duduk di pojok kamar dengan memeluk kedua lututnya. Ia menenggelamkan wajah di sela-sela paha dengan nafas yang terlihat tiada beraturan. Hal itulah yang semakin menegaskan jika ia sedang mencoba untuk menahan isak tangisnya.

Dibawanya tubuh miliknya ini untuk lebih dekat dengan Dewi. Ia sejajarkan tinggi badannya dengan cara berjongkok di hadapan sang putri. Perlahan, ia mengangkat dagi Dewi dan betapa terkejutnya Ambarwati melihat wajah anak sulungnya ini.

"Ya Tuhan, ujian apa lagi yang menimpamu, Nak?"

Terpopuler

Comments

Wanda Harahap

Wanda Harahap

aduh, kalau kayak gini pengen cepat Dewi bahagia dan mengubah takdir hidupnya

2022-05-02

0

novi⁷

novi⁷

sabar wi ini ujian

2022-03-20

0

noviaryani5

noviaryani5

yg sabar ya wi semua akan indah pada waktunya 🤗🤗🤗🤗

2022-03-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hinaan
2 Bab 2. Beban Diri
3 Bab 3. Hengkang
4 Bab 4. Rencana Licik
5 Bab 5. Bergabung Kembali
6 Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7 Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8 Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9 Bab 9. Tak Terduga
10 Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11 Bab 11. Kembali Diuji
12 Bab 12. Mulut Tetangga
13 Bab 13. Meminta Izin
14 Bab 14. Kedatangan Langit
15 Bab 15. Berangkat
16 Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17 Bab 17. Wanita Berusia Senja
18 Bab 18. Berkorban
19 Bab 19. Menentukan Arah
20 Bab 20. Potret Ibu Kota
21 Bab 21. Bhumi
22 Bab 22. Memberi Kabar
23 Bab 23. Nyonya Kartika
24 Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25 Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26 Bab 26. Semuanya Untukmu!
27 Bab 27. Job Baru
28 Bab 28. Istana
29 Bab 29. Svarga Bhumi
30 Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31 Bab 31. Sebuah Rencana
32 Bab 32. Terkesima
33 Bab 33. Kafe
34 Bab 34. Untuk Pertama Kali
35 Bab 35. Kalah Cepat
36 Bab 36. Memulai
37 Bab 37. Se-Simpel Ini?
38 Bab 38. Manis
39 Bab 39. Viral
40 Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41 Bab 41. Menyusul?
42 Bab 42. Undangan
43 Bab 43. Persiapan
44 Bab 44. Show
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab 46. Akhirnya
47 Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48 Bab 48. Kecelakaan?
49 Bab 49. Pindah
50 Bab 50. Singa Betina
51 Bab 51. Rekaman
52 Bab 52. Rencana Melamar
53 Bab 53. Di Ruang Keluarga
54 Bab 54. Diary
55 Bab 55. Pingsan
56 Bab 56. Diundur
57 Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58 Bab 58. Mereka?
59 Bab 59. Murka
60 Bab 60
61 Bab 61. Pembalasan
62 Bab 62. Dipermalukan
63 Bab 63. Tersadar
64 Bab 64. Masa Lalu
65 Bab 65. Rencana Jahat
66 Bab 66. Berdamai
67 Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68 Bab 68. Menjalankan Rencana
69 Bab 69. Tragedi
70 Bab 70. Kabar
71 Bab 71. Terbongkar
72 Bab 72. Dijemput ke Penjara
73 Bab 73. Segera Menikah
74 Bab 74. Yang Sebenarnya
75 Bab 75. Bercerai
76 Bab 76. Terima Kasih
77 Bab 77. Sadar
78 Bab 78. Pulang
79 Bab 79. Menikah
80 Bab 80. Sang Dewi -End-
81 Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82 Rilis novel baru
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Hinaan
2
Bab 2. Beban Diri
3
Bab 3. Hengkang
4
Bab 4. Rencana Licik
5
Bab 5. Bergabung Kembali
6
Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7
Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8
Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9
Bab 9. Tak Terduga
10
Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11
Bab 11. Kembali Diuji
12
Bab 12. Mulut Tetangga
13
Bab 13. Meminta Izin
14
Bab 14. Kedatangan Langit
15
Bab 15. Berangkat
16
Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17
Bab 17. Wanita Berusia Senja
18
Bab 18. Berkorban
19
Bab 19. Menentukan Arah
20
Bab 20. Potret Ibu Kota
21
Bab 21. Bhumi
22
Bab 22. Memberi Kabar
23
Bab 23. Nyonya Kartika
24
Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25
Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26
Bab 26. Semuanya Untukmu!
27
Bab 27. Job Baru
28
Bab 28. Istana
29
Bab 29. Svarga Bhumi
30
Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31
Bab 31. Sebuah Rencana
32
Bab 32. Terkesima
33
Bab 33. Kafe
34
Bab 34. Untuk Pertama Kali
35
Bab 35. Kalah Cepat
36
Bab 36. Memulai
37
Bab 37. Se-Simpel Ini?
38
Bab 38. Manis
39
Bab 39. Viral
40
Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41
Bab 41. Menyusul?
42
Bab 42. Undangan
43
Bab 43. Persiapan
44
Bab 44. Show
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab 46. Akhirnya
47
Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48
Bab 48. Kecelakaan?
49
Bab 49. Pindah
50
Bab 50. Singa Betina
51
Bab 51. Rekaman
52
Bab 52. Rencana Melamar
53
Bab 53. Di Ruang Keluarga
54
Bab 54. Diary
55
Bab 55. Pingsan
56
Bab 56. Diundur
57
Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58
Bab 58. Mereka?
59
Bab 59. Murka
60
Bab 60
61
Bab 61. Pembalasan
62
Bab 62. Dipermalukan
63
Bab 63. Tersadar
64
Bab 64. Masa Lalu
65
Bab 65. Rencana Jahat
66
Bab 66. Berdamai
67
Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68
Bab 68. Menjalankan Rencana
69
Bab 69. Tragedi
70
Bab 70. Kabar
71
Bab 71. Terbongkar
72
Bab 72. Dijemput ke Penjara
73
Bab 73. Segera Menikah
74
Bab 74. Yang Sebenarnya
75
Bab 75. Bercerai
76
Bab 76. Terima Kasih
77
Bab 77. Sadar
78
Bab 78. Pulang
79
Bab 79. Menikah
80
Bab 80. Sang Dewi -End-
81
Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82
Rilis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!