Bab 14. Kedatangan Langit

Langit bertudung sinar mentari pagi kala Dewi membuka tirai jendela. Sinar keemasannya menyusup masuk, memenuhi sudut-sudut kamar miliknya. Seketika membuat rasa hangat semakin terasa. Setelah semalaman hawa dingin terasa begitu erat memeluk tubuhnya.

Kicau burung gereja menyambut datangnya sang mentari yang cantik memesona. Menggantikan rembulan yang telah lelah berjaga semalaman. Memberikan penerangan untuk bumi manusia yang berwajah muram.

"Ada urusan apa lagi kamu ingin bertemu dengan anakku? Bukankah kamu yang sudah membuat Dewi malu seperti ditelanjangi di depan umum?"

Suara bernada tinggi yang berasal dari teras, membuat dahi Dewi mengernyit seketika. Sangat jelas bahwa itu merupakan suara sang ibu. Namun Dewi begitu keheranan, mengapa sang ibu seperti berteriak lantang? Tidak ingin larut dalam segala pertanyaan yang memenuhi otaknya, Dewi mengambil langkah untuk menyusul sang ibu di beranda.

"Bang Langit!"

Dewi menyebut nama sosok laki-laki yang saat ini sedang berdiri berhadapan dengan sang ibu. Ia pun mendekat ke arah dua orang yang sepertinya sedang terlibat dalam perdebatan itu.

"Dew, lebih baik jangan kamu gubris kedatangan lelaki ini. Dia pasti hanya akan mencari masalah denganmu."

Tidak ingin melihat sang anak kembali diusik ketentraman jiwanya oleh Langit, Ambarwati meminta Dewi untuk mengacuhkan saja kedatangan lelaki ini. Ambarwati tidak rela jika Langit hanya akan membuat hati Dewi semakin tersakiti. Setelah beberapa saat sang anak mencoba untuk kembali berdiri.

Seutas senyum tipis tersungging di bibir Dewi. Ia menggelengkan kepala lirih di hadapan Ambarwati. "Ibu tidak perlu khawatir, Dewi akan baik-baik saja. Mungkin memang ada yang harus Dewi bicarakan dengan bang Langit sebelum Dewi pergi ke Jakarta."

Ambarwati mengalah. Dengan langkah gontai, wanita paruh baya itu meninggalkan teras dan hanya menyisakan Dewi dan Langit seorang.

"Ahhhh ... akhirnya muncul juga kamu!" ucap Langit saat melihat orang yang ia cari menampakkan batang hidungnya.

"Ada apa Bang? Ada keperluan apa Abang datang kemari pagi-pagi seperti ini?"

Senyum sinis terbit di bibir Langit. Lelaki itu kemudian mendaratkan bokongnya di kursi bambu yang berada di teras rumah milik Dewi.

"Aku dengar, kamu akan pergi ke Jakarta. Apakah kepergianmu ke Jakarta itu merupakan upaya untuk lari dari tanggung jawab?"

Langit menjejali Dewi dengan pertanyaan yang dipenuhi oleh prasangka buruk yang merajai. Rencana kepergian Dewi rupanya sudah sampai di telinga lelaki angkuh ini. Oleh karena itu, Langit bergegas pergi ke kediaman Dewi untuk mendapatkan kejelasan. Ternyata ia diliputi oleh kekhawatiran jika sampai Dewi pergi ke Jakarta karena sengaja untuk menghindar dari hutang yang ia limpahkan.

"Bang Langit tidak perlu khawatir, aku tidak akan pernah lari dari tanggung jawabku. Justru aku pergi ke Jakarta ingin mengadu nasib agar bisa segera melunasi hutangku."

Penuh percaya diri, Dewi memberikan penjelasan kepada Langit. Semakin hari entah mengapa hatinya dipenuhi oleh keyakinan bahwa Jakarta merupakan kota yang akan membuat jiwa yang sebelumnya rapuh kembali bangkit. Sedikit demi sedikit mencoba untuk mengurai segala rasa sakit layaknya sebuah benang yang terasa begitu melilit, yang mana membuat batinnya selalu menjerit.

"Kamu akan melakukan apa di ibu kota nanti? Apakah di sana kamu akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga?"

Langit benar-benar dibuat penasaran dengan apa yang menjadi rencana Dewi ini. Meski sebenarnya hal ini bukanlah menjadi urusannya, namun ia sungguh ingin tahu Dewi akan bekerja di bidang apa ketika sampai di Jakarta nanti. Padahal ia tahu, tidak ada skill yang dimiliki oleh Dewi selain bernyanyi.

"Tentu tidak Bang ... aku akan mewujudkan mimpiku untuk menjadi seorang penyanyi. Sama seperti apa yang aku mimpikan selama ini."

Sorot mata yang tidak lepas dari bunga dandelion yang tumbuh di halaman rumah, Dewi semakin percaya diri dengan jawaban yang ia beri. Dari dandelion itu ia belajar untuk menjadi wanita kuat dan pemberani untuk menantang badai kehidupan yang menghampiri. Ia akan menjadi dandelion yang bisa tumbuh di mana pun angin membawanya pergi. Dan akan tumbuh kembali dengan berani. Meski angin memberikan tekanan dari segala sisi, namun dandelion tetap kuat menjaga diri.

Jawaban yang terlontar dari bibir Dewi pada kenyataannya hanya membuat Langit terperangah sembari menahan tawa. Dirasa sudah tidak lagi mampu untuk menahan tawa, lelaki itu terbahak di depan wanita ini.

"Hahahaha ... apa kamu bilang? Di Jakarta, kamu ingin menjadi seorang penyanyi? Kamu pikir untuk menjadi seorang penyanyi di ibu kota itu perkara mudah? Terlebih dengan kondisi fisikmu yang seperti ini. Jangan bermimpi kamu Dew!"

Dewi hanya menanggapi ucapan Langit dengan sinis. Kali ini tidak akan ia biarkan lelaki ini menginjak-injak harga dirinya lagi setelah beberapa waktu yang lalu ia dibuat menangis. Dan rasa cinta yang mungkin sebelumnya pernah ada untuk lelaki ini, akan ia pastikan saat ini telah terkikis habis. Ia berpikir tiada guna ia mempertahankan rasa cinta ataukah hanya sekedar mengagumi yang hanya membuat hatinya teriris.

"Kita lihat saja Bang. Akan aku buktikan bahwa kelak aku bisa menjadi seorang penyanyi terkenal. Dan setelah itu akan aku buat mulut Abang ini terbungkam karena telah merendahkanku."

"Hahahaha Dewi, Dewi .... aku peringatkan kepadamu sekali lagi, jangan bermimpi terlalu tinggi. Apakah kamu tidak sadar siapa dirimu? Selamanya kamu itu hanyalah rumput liar yang berada di bawah dan diinjak-injak. Selamanya kamu tidak akan pernah bisa untuk meraih bintang. Paham?"

Dewi semakin terbawa oleh arus yang diciptakan oleh Langit. Untuk kali ini ia tidak akan pernah menunjukkan sisi lemahnya di hadapan lelaki yang tidak berhati ini.

"Tapi kamu lupa bahwa rumput liar bisa tumbuh di manapun ia ingin tumbuh. Bahkan di puncak pegunungan yang tidak bisa dijangkau oleh kaki manusia, ia bisa tumbuh subur. Dan apakah kamu tahu artinya?"

Dewi sejenak memberikan jeda pada ucapannya. Ia memindai ekspresi wajah Langit yang sudah dipenuhi oleh tanda tanya. Dahi lelaki itu berkerut dalam seakan ingin segera mendengar jawabannya.

Sudut bibir Dewi sedikit terangkat. Dengan jengah, ia menatap wajah manajer Magatra ini. "Itu artinya aku bisa berada di tempat yang jauh lebih tinggi daripada kamu. Suatu saat nanti akan aku buat kamu dan semua yang pernah berbuat jahat kepadaku menyesali apa yang telah kalian perbuat."

Langit terperangah. Perkataan Dewi kali ini sedikit mengusik hatinya. "Apa maksud ucapanmu? Siapa yang sudah berbuat jahat kepadamu? Bukankah kamu sendiri yang sudah melakukan kejahatan karena mempermalukan aku di depan haji Amir atas kacaunya penampilanmu?"

Lagi-lagi Dewi hanya tersenyum miring. Ia ayunkan kakinya ke arah Langit yang sedang duduk di kursi bambu. Dan sedikit ia bungkukkan tubuhnya. Ia tatap lekat manik mata milik lelaki berusia tiga puluh lima tahun ini.

"Aku sudah mengetahui semuanya bahwa kamu, Adelia dan Amara lah yang menjadi penyebab aku kehilangan suara. Aku memang tidak memiliki bukti apapun sehingga tidak mungkin bisa menyeretmu ke dalam penjara. Namun, suatu saat nanti akan aku balas semua kejahatan yang pernah kalian lakukan terhadapku." Dewi mencengkeram kerah pakaian yang dikenakan oleh Langit dan kembali ia lanjutkan ucapannya. "Seekor singa tidak akan menampakkan keberingasannya jika ketenangannya tidak diusik. Camkan itu baik-baik tuan Langit yang terhormat!"

Terpopuler

Comments

Wanda Harahap

Wanda Harahap

bersyukur suaranya Dewi sudah kembali lagi

2022-05-02

1

Wanda Harahap

Wanda Harahap

betul tuh Dewi
buktikan aja ama langit

2022-05-02

0

noviaryani5

noviaryani5

camkan tuh langit apa kata dwi kelak dewi akan membeli mulutmu yg sombong 😒😒😒

2022-03-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hinaan
2 Bab 2. Beban Diri
3 Bab 3. Hengkang
4 Bab 4. Rencana Licik
5 Bab 5. Bergabung Kembali
6 Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7 Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8 Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9 Bab 9. Tak Terduga
10 Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11 Bab 11. Kembali Diuji
12 Bab 12. Mulut Tetangga
13 Bab 13. Meminta Izin
14 Bab 14. Kedatangan Langit
15 Bab 15. Berangkat
16 Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17 Bab 17. Wanita Berusia Senja
18 Bab 18. Berkorban
19 Bab 19. Menentukan Arah
20 Bab 20. Potret Ibu Kota
21 Bab 21. Bhumi
22 Bab 22. Memberi Kabar
23 Bab 23. Nyonya Kartika
24 Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25 Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26 Bab 26. Semuanya Untukmu!
27 Bab 27. Job Baru
28 Bab 28. Istana
29 Bab 29. Svarga Bhumi
30 Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31 Bab 31. Sebuah Rencana
32 Bab 32. Terkesima
33 Bab 33. Kafe
34 Bab 34. Untuk Pertama Kali
35 Bab 35. Kalah Cepat
36 Bab 36. Memulai
37 Bab 37. Se-Simpel Ini?
38 Bab 38. Manis
39 Bab 39. Viral
40 Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41 Bab 41. Menyusul?
42 Bab 42. Undangan
43 Bab 43. Persiapan
44 Bab 44. Show
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab 46. Akhirnya
47 Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48 Bab 48. Kecelakaan?
49 Bab 49. Pindah
50 Bab 50. Singa Betina
51 Bab 51. Rekaman
52 Bab 52. Rencana Melamar
53 Bab 53. Di Ruang Keluarga
54 Bab 54. Diary
55 Bab 55. Pingsan
56 Bab 56. Diundur
57 Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58 Bab 58. Mereka?
59 Bab 59. Murka
60 Bab 60
61 Bab 61. Pembalasan
62 Bab 62. Dipermalukan
63 Bab 63. Tersadar
64 Bab 64. Masa Lalu
65 Bab 65. Rencana Jahat
66 Bab 66. Berdamai
67 Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68 Bab 68. Menjalankan Rencana
69 Bab 69. Tragedi
70 Bab 70. Kabar
71 Bab 71. Terbongkar
72 Bab 72. Dijemput ke Penjara
73 Bab 73. Segera Menikah
74 Bab 74. Yang Sebenarnya
75 Bab 75. Bercerai
76 Bab 76. Terima Kasih
77 Bab 77. Sadar
78 Bab 78. Pulang
79 Bab 79. Menikah
80 Bab 80. Sang Dewi -End-
81 Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82 Rilis novel baru
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Hinaan
2
Bab 2. Beban Diri
3
Bab 3. Hengkang
4
Bab 4. Rencana Licik
5
Bab 5. Bergabung Kembali
6
Bab 6. Rasa yang Terpendam?
7
Bab 7. Air Mineral Pembawa Petaka
8
Bab 8. Kekacauan Di Atas Panggung
9
Bab 9. Tak Terduga
10
Bab 10. Luka Tak Kasat Mata
11
Bab 11. Kembali Diuji
12
Bab 12. Mulut Tetangga
13
Bab 13. Meminta Izin
14
Bab 14. Kedatangan Langit
15
Bab 15. Berangkat
16
Bab 16. Sambutan Kota Metropolitan
17
Bab 17. Wanita Berusia Senja
18
Bab 18. Berkorban
19
Bab 19. Menentukan Arah
20
Bab 20. Potret Ibu Kota
21
Bab 21. Bhumi
22
Bab 22. Memberi Kabar
23
Bab 23. Nyonya Kartika
24
Bab 24. Bang Bhumi, Tunggu!
25
Bab 25. Perdana di Ibu Kota
26
Bab 26. Semuanya Untukmu!
27
Bab 27. Job Baru
28
Bab 28. Istana
29
Bab 29. Svarga Bhumi
30
Bab 30. Jodoh Masa Kecil?
31
Bab 31. Sebuah Rencana
32
Bab 32. Terkesima
33
Bab 33. Kafe
34
Bab 34. Untuk Pertama Kali
35
Bab 35. Kalah Cepat
36
Bab 36. Memulai
37
Bab 37. Se-Simpel Ini?
38
Bab 38. Manis
39
Bab 39. Viral
40
Bab 40. Bisik-Bisik Tetangga
41
Bab 41. Menyusul?
42
Bab 42. Undangan
43
Bab 43. Persiapan
44
Bab 44. Show
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab 46. Akhirnya
47
Bab 47. Benar-Benar Jodoh
48
Bab 48. Kecelakaan?
49
Bab 49. Pindah
50
Bab 50. Singa Betina
51
Bab 51. Rekaman
52
Bab 52. Rencana Melamar
53
Bab 53. Di Ruang Keluarga
54
Bab 54. Diary
55
Bab 55. Pingsan
56
Bab 56. Diundur
57
Bab 57. Magatra Tiba di Ibu Kota
58
Bab 58. Mereka?
59
Bab 59. Murka
60
Bab 60
61
Bab 61. Pembalasan
62
Bab 62. Dipermalukan
63
Bab 63. Tersadar
64
Bab 64. Masa Lalu
65
Bab 65. Rencana Jahat
66
Bab 66. Berdamai
67
Bab 67. Sedikit Firasat Kartika
68
Bab 68. Menjalankan Rencana
69
Bab 69. Tragedi
70
Bab 70. Kabar
71
Bab 71. Terbongkar
72
Bab 72. Dijemput ke Penjara
73
Bab 73. Segera Menikah
74
Bab 74. Yang Sebenarnya
75
Bab 75. Bercerai
76
Bab 76. Terima Kasih
77
Bab 77. Sadar
78
Bab 78. Pulang
79
Bab 79. Menikah
80
Bab 80. Sang Dewi -End-
81
Ucapan Terimakasih & Promo Novel Baru
82
Rilis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!