"Bagaimana ini Bang? Mengapa justru Dewi yang diinginkan oleh haji Amir untuk mengisi acaranya?"
Adelia menatap penuh tanda tanya ke arah Langit yang saat ini tengah mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan telunjuk tangannya. Baru kali ini sang manajer orkes Magatra dibuat keheranan ada seseorang yang tidak tertarik memakai Amara dan Adelia untuk mengisi acara. Yang lebih mencengangkan lagi, orang itu memilih Dewi yang siapa saja mengetahui jika wanita itu tidak memiliki nilai jual dan pesona.
"Aku juga tidak paham mengapa haji Amir lebih memilih Dewi? Padahal jika dilihat dari tampilan fisik, kamu dan Amara lah yang lebih pantas untuk mengisi acara itu."
Dahi Langit mengerut dengan kedua alis yang saling bertaut. Jemari yang sebelumnya ia gunakan untuk mengetuk-ngetuk permukaan meja, kini ia geser untuk memijit kening yang terasa sedikit berdenyut. Lelaki itu mencoba untuk mencari jawaban yang kian menuntut namun tetap saja hanya ketidaktahuan yang kian bergelayut.
"Apa yang sebenarnya dipakai oleh Dewi? Apakah mungkin ia memakai susuk untuk menarik perhatian para penonton?"
Tidak jauh berbeda dari Adelia, Amara yang juga merupakan salah satu vokalis Magatra, turut melontarkan sebuah tanya. Air muka wanita itu juga nampak dipenuhi oleh ekspresi kebingungan tatkala mengetahui bahwa Dewi, yang memiliki bentuk fisik jauh dari kata cantik dan sempurna justru mendapatkan privilege dari orang terpandang dan terkaya di tempatnya berada.
Pikiran wanita itu juga nampak berkelana, dengan menganggap Dewi memakai sesuatu untuk bisa memancarkan aura yang ada dalam dirinya. Sehingga membuat orang-orang yang melihatnya begitu terkesima.
"Aku rasa Dewi tidak mungkin memakai sesuatu di dalam tubuhnya. Jika memang Dewi memakai semacam susuk atau pengasih pasti dia akan jauh lebih banyak mendapatkan penggemar daripada kalian berdua bukan? Namun apa yang terjadi? Selama Dewi ikut bergabung dengan Magatra, tidak banyak penonton yang terkesima dengan penampilannya. Justru kehadiran kalian berdua lah yang membuat panggung serasa bernyawa."
Adelia dan Amara saling melempar pandangan. Keduanya sama-sama mengangguk pelan seakan membenarkan semua yang Langit ucapkan. Di mata dua wanita itu, Dewi memang hanya sebuah kerikil kecil yang sampai kapanpun tidak akan diakui keberadaannya. Namun nampaknya mereka lupa bahwa kerikil kecil pun bisa membuat seseorang terpeleset hingga jatuh tiada berdaya.
"Lalu, sekarang kita harus bagaimana Bang? Bukankah Dewi sudah hengkang? Apakah saat ini bang Langit ingin mengajak Dewi untuk bergabung kembali?"
Pertanyaan yang terucap dari bibir Amara, sukses menyeret Langit untuk bersegera keluar dari kebingungan yang membelengu. Di satu sisi ia ingin menolak tawaran Amir untuk mengisi acara yang diadakan mengingat Dewi sudah hengkang. Namun di sisi yang lain hatinya terasa berat untuk melewatkan kesempatan mendapatkan fantastisnya bayaran yang akan ia dapatkan.
"Aku bahkan juga mengalami kebuntuan dalam hal ini. Apakah kalian berdua memiliki solusi? Ditambah lagi, haji Amir tetap tidak mau jika acaranya diisi oleh kalian berdua."
Lagi-lagi tatapan Amara dan Adelia saling mengunci. Dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Langit seakan menyiratkan bahwa lelaki itu menuntut keduanya untuk mencari solusi akan kebingungan yang ia hadapi. Tak ayal dua penyanyi itu berupaya mati-matian untuk bisa mencari jalan keluar dari perkara ini.
Sebelumnya, dua penyanyi itu tidak perduli akan keberadaan Dewi. Namun tatkala orang paling kaya di tempat ini jauh lebih terkesima dengan penampilan Dewi, membuat posisi Amara dan Adelia seakan berada di pucuk duri. Mereka tidak ingin ketenaran yang telah mereka genggam tergantikan oleh seorang wanita yang bahkan tidak memiliki daya pikat sama sekali. Mereka merasa hal itu melukai harga diri yang sudah terlanjur berada di posisi tinggi.
"Ahh, aku memiliki rencana. Dengan rencana ini, aku yakin Dewi tidak akan pernah lagi dilirik keberadaannya."
Keheningan yang sempat menyelimuti atmosfer ruangan ini, dipangkas oleh lengkingan nyaring suara Amara. Hingga seketika membuat Langit dan Adelia menoleh ke arah sumber suara.
"Rencana? Rencana apa yang kamu maksud Ra?"
Tidak ingin terlalu lama dihinggapi oleh rasa penasaran, Langit seakan mendesak Amara untuk bersegera memberikan pemaparan. Pemaparan akan suatu rencana yang dapat membuat Dewi segera tersingkirkan.
Amara tersenyum sinis seraya bergantian menatap wajah Langit dan Adelia. Dari senyum yang terlukis, semakin membuatnya yakin jika rencana ini akan berjalan manis. Bahkan bisa mengikis pijakan kaki Dewi hingga pada akhirnya hanya bisa tersungkur sembari mengisakkan sebuah tangis.
Amara bahkan tidak perduli dengan segala kecurangan yang akan menjadi rencananya. Yang terpenting setelah ini, keberadaan Dewi hanya tinggal nama.
Apakah Amara bermaksud untuk menghilangkan nyawa Dewi? Pastinya tidak. Namun ia akan membuat wanita itu tersiksa secara perlahan, mengingat sudah tidak ada lagi kelebihan yang akan ia miliki.
"Kita jadikan Dewi tidak bisa bernyanyi lagi. Dengan begitu, semua sumber rezekinya akan tertutup dan tidak akan pernah terbuka lagi."
"Lalu, bagaimana caranya Ra? Bagaimana mungkin kita bisa membuat Dewi tidak bisa bernyanyi lagi? Cepat katakan!"
Rasa penasaran yang memenuhi isi kepala, membuat Adelia kian mendesak Amara untuk memaparkan apa yang menjadi rencananya. Dewi yang memang memiliki kemampuan bernyanyi yang begitu mumpuni, akan dibuat tidak lagi bisa bernyanyi? Bagaimana bisa? Rasa penasaran itulah yang membuat Adelia merapatkan tubuh ke arah teman sesama vokalis ini, dan dengan intens menatap wajah Amara untuk bisa segera mendapatkan penjelasan.
Amara kembali tersenyum sinis. Dalam hati, ia bersorak gembira karena memiliki otak begitu cemerlang seperti ini. Dengan apa yang akan ia lakukan di acara haji Amir nanti, ia yakin bahwa hari itu pulalah merupakan hari terakhir bagi Dewi berkecimpung di dunia musik seperti ini.
"Kalian tenang saja. Nanti jika waktunya sudah tiba, akan aku beri tahu apa yang menjadi rencanaku. Sekarang, yang harus bang Langit pikirkan, bagaimana caranya agar Dewi bisa masuk lagi kemari. Yang pasti jangan sampai membuat Dewi mencurigai sesuatu."
Langit dan Adelia saling melempar pandangan. Meski kepala mereka dipenuhi oleh tanda tanya akan rencana yang dibuat oleh Amara, namun keduanya berusaha untuk tatap bersabar sampai Amara memaparkan semua rencananya. Langit yakin jika rencana dari salah satu vokalis orkes melayu ini merupakan sebuah rencana dahsyat dan pastinya akan berjalan sukses.
"Perkara Dewi, kamu tidak perlu risau, Ra. Aku yakin Dewi bersedia untuk kembali bergabung. Kita semua tahu jika dia tidak memiliki sumber keuangan yang tetap untuk menopang kehidupan sehari-hari. Jadi, aku percaya tanpa berpikir panjang pun, Dewi bersedia untuk kembali bergabung."
Riuh gelak tawa terdengar memenuhi langit-langit ruangan. Ketiga manusia itu nampak tertawa lepas dan tertawa puas akan hasil yang akan mereka dapatkan nanti. Bayaran fantastis dapat mereka miliki dan karier Dewi akan terhenti sampai di sini. Sungguh, sebuah rencana yang sangat licik sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Naraa 🌻
Jahat licik bgt para benalu
2024-02-21
0
jgn pth smgt
2022-03-22
0
🍭ͪ ͩIr⍺ ¢ᖱ'D⃤ ̐ ☪️ՇɧeeՐՏ𝐙⃝🦜
Dasar gak punya hati mereka bertiga.... tunggulah balasan buat kalian😏
2022-03-17
0