"What!"
"Kenapa?, tak usah kaget begitu, aku hanya bercanda, tapi sikapmu ini benar-benar membuatku gemas," ucap Samuel sambil terkekeh.
"Dasar kau ini, suka sekali baperin anak gadis orang," ucap Amelia sambil mengerucutkan bibirnya membuat Samuel semakin gemas melihatnya.
"Tapi apa itu baperin, aku baru dengar?" tanya Samuel yang merasa asing dengan kata itu namun cukup menarik untuknya.
"Baperin itu kepanjangannya bawa perasaan?" jawab Amelia malas.
"Maksudnya?"
"Ya maksudnya sikap baik dan kata-kata gombal dari cowok macam kamu bisa membuat seorang wanita salah paham dikiranya tuh cowok suka atau cinta sama dia, huh gitu aja nggak ngerti."
"Hei, aku benar-benat tidak tahu, aku tidak besar di negara ini, jadi mana tahu istilah seperti itu."
"Iya juga ya, sudah ah, itu kita sudah mau sampai rumahku."
Sampai depan rumah Amelia, Samuel menghentikan mobilnya, ia membantu melepas seat belt nya, pada saat itulah mata mereka bertemu dan membuat keduanya salah tingkah.
"Maaf, aku hanya ingin membantumu melepas seat belt," ucap Samuel setelah berhasil melepaskan seat belt yang di pakai Amelia.
"Tidak apa-apa, aku masuk dulu, terima kasih sudah mengantarku," ucap Amelia kemudian langsung keluar dari mobil sambil memegang dadanya yang berdebar.
Samuel memandang Amelia dari dalam mobilnya, dadanya juga tak kalah berdebar seperti Amelia.
"Sebenarnya ada apa denganku, kenap hatiku berdebar saat dekat dengan Amelia, apa aku suka sama dia?"
.
.
Siang itu Richard sedang kedatangan tamu di ruangannya, tamu tersebut adalah salah satu pengusaha yang sedang merambah usaha di bidang kosmetik, ia menanamkan dana untuk perusahaan Z yang memproduksi kosmetik dengan brand ternama. Kebetulan pengusaha muda itu adalah teman Richard jika sedang berada di club malam, sahabat Richard itu bernama Steven biasa di panggil Stev, saat ini dia sedang galau mencari model yang cocok untuk produk kosmetik yang akan di luncurkan beberapa bulan lagi.
"Ayolah Richard bantu aku menemukan model yang cocok untuk produk perusahaan Z ini!" pinta Stev dengan tatapan memohon.
"Stev, aku kan sudah membantumu kemarin, semua model Sanjaya group sudah aku perlihatkan ke kamu tapi katamu tak ada yang cocok, terus aku harus bagaimana, lagian seperti apa sih model yang di cari oleh perusahaan Z itu?" tanya Richard kesal.
"Aku juga nggak tahu apa yang di maksud sutradara sialan itu, katanya sih yang cantik natural, kebanyakan para model itu semua cantiknya polesan kalau bukan karena investasi yang sudah di kucurkan perusahaanku, aku nggak mau susah-susah begini," jawab Steven.
Pada saat dua sahabat itu saling berbincang dengan serius karena Steven yang frustasi belum mendapatkan model yang di inginkan sutradara iklan produknya juga investor yang membiayai produk tersebut, terdengar suara ketukan pintu di ruangan Richard.
Tok tok
"Siapa?" tanya Richard
"Ini saya pak Richard, Amelia," jawab Amelia dari balik pintu.
"Masuk!"
Ceklek
"Maaf, pak menganggu, saya hanya ingin menyampaikan rekap laporan tiga bulan terakhir yang bapak minta kemarin," ucap Amelia sambil menyodorkan sebuah map pada Richard.
Kehadiran Amelia ke ruangan Richard menarik perhatian Steven, diam-diam Stev memindai penampilan Amelia dari atas hinga ke bawah, dan tampak tersungging senyuman misterius di bibir Steven ketika sudah selesai memindai penampilan Amelia.
"Oke, akan aku pelajari nanti, jika masih ada yang harus di revisi aku akan memberitahumu, Amelia, terima kasih, kau boleh kembali ke tempatmu!"
"Baik, kalau begitu saya permisi," ucap Amelia lalu ia membalikan badan menuju pintu keluar dan pada saat ia berjalan menuju pintu keluar pandangan Amelia bertabrakan dengan pandangan Steven dan Amelia hanya menundukkan kepala tanda hormat pada Steven.
Sepeninggal Amelia dari ruangan itu, Steven masih terbengong dengan pikirannya sendiri, ia benar-benar terkejut saat melihat Amelia yang cantik natural sampai Stev tak mendengar panggilan Richard.
"Stev!, Stev!, Steven Aggastya Anggaraa....!" teriak Richard di depan muka sahabatnya yang sudah seperti orang kesambet itu.
Steve yang pikirannya sedang melanglang buana terjingkat kaget mendengar teriakan sahabatnya.
"Astaga Richard aku belum tuli, tak usah teriak-teriak!" sungut Steven kesal.
"Aku sudah panggil kamu berulang-ulang, kamunya nggak dengar, mikir apa sih?"
"Haish, kau ini, kenapa punya sekretaris secantik itu nggak bilang-bilang."
"Oh, maksud kamu wanita yang tadi, dia Amelia asistenku bukan sekretaris ku."
"Jadi namanya Amelia, bagus juga namanya, cantik lagi," ucap Steven sambil senyum-senyum tidak jelas membuat Richard kesal.
"Jangan berfikir aneh-aneh, dia wanita yang baik, awas kalau kamu macam-macam sama dia!" ancam Richard.
"Memang kau pacarnya sampai larang-larang aku begitu?" sengit Steven.
"Dia memang bukan siapa-siapaku, tapi dia asistenku, bekerja di perusahaanku jadi aku punya kewajiban melindungi dia selama bekerja denganku, apalagi jika harus berhubungan dengan laki-laki macam dirimu!"
"Memang aku kenapa?"
"Ah sudahlah malas aku ngomong sama kamu."
"Rich, sepertinya aku sudah menemukan model yang tepat untuk produk kosmetik baru di perusahaan Z."
"Apa maksudmu?, jangan bilang kamu memilih Amelia menjadi modelmu!" ucap Richard sambil menatap tajam Steven, namun sahabatnya itu malah tersenyum pada Richard sambil mengangguk-ngangukkan kepalanya tanda tebakan Richard benar.
"Bagaimana, Rich boleh ya, aku ajak dia jadi model perusahaan tempat aku bekerja, ayolah, please help me?" pinta Steven memelas.
"Terserah kau saja, asal jangan macam-macam padanya, kalau sampai itu terjadi sampai liang kubur pun aku akan mengejarmu!" ucap Richard penuh intimidasi dan ancaman.
Mendengar perkataan sahabatnya Steven bergidik ngeri, tapi ia tetap akan menjadikan Amelia modelnya, ia tidak mau lagi berurusan dengan sutradara iklan menyebalkan yang memberinya tugas yang susah.
"Dasar bucin, kalau nggak ada hubungan apa-apa kenapa harus mengancamku begitu," gerutu Steven dalam hati.
Waktu pulang kantor sudah tiba, Amelia membereskan barang-barangnya dan bersiap pulang, namun sampai lobby kantor seseorang memangil namanya.
"Nona Amelia!"
Amelia yang mendengar namanya di panggik mencari sumber suara, dan tiba-tiba seorang pria muncul di depannya.
"Nona!" ucap pria itu yang tak lain adalah Steven.
"Ya Tuhan, anda membuatku kaget saja, ada apa Tuan memanggil saya?, dan dari mana Tuan tahu nama saya?"
"Kita baru bertemu tadi siang masa kau lupa."
"Tadi siang?" beo Amelia sambil mengingat sesuatu.
"Anda teman pak Richard tadi?" sambung Amelia ketika sudah mengingat siapa pria di depan nya ini.
"Iya, saya teman tuan Richard dan kenalkan nama saya Steven," ucap Steven sambil mengulurkan tangannya pada Amelia.
Amelia menyambut uluran tangan Steven sambil menyebutkan namanya meski sedikit ragu dengan pria di depannya ini, namun menginggat Steven adalah teman atasannya Amelia berusaha untuk bersikap sopan.
"Ada apa anda menenui saya, tuan Steven?"
"Saya hanya ingin menawarkan pada anda untuk menjadi model iklan kosmetik di perusahaan saya."
"Model iklan kosmetik?, maaf anda salah orang saya bukan seorang model di Sanjaya group tapi saya adalah asisten ceo," ucap Amelia sedikit dengan nada sedikit kesal.
"Saya tau kamu asisten Richard dan bukan seorang model, tapi justru wanita seperti kamu yang saya cari, kalau sutradara menyebalkan itu tidak setuju denganmu maka kau boleh pergi, tapi kalau sutradara itu menyetujui dirimu kamu harus lanjut dan kompensasi jika kau berhasil menjadi model produk ini kamu bisa kaya mendadak, kau tak perlu lagi bekerja jadi asisten si Richard itu."
"Apa nama perusahaan kosmetiknya?" tanya Amelia.
"Perusahaan Z, kau pasti tahu nama perusahaan itu," jawab Steven.
"Perusahaan Z, bukannya itu perusahaan kosmetik yang aku lamar dulu, dan aku diusir oleh security di sana karena penampilanku jelek waktu itu, ah sepertinyan Tuhan sangat berbaik hati padaku kali ini," gumam Amelia dalam hati sambil bibirnya sedikit tersenyum samar.
"Tapi bagaimana pak Richard aku tak mau di marah jika aku menerima tawaran ini, lagi pula aku masih terikat kontrak dengan Sanjaya group."
"Itu masalah gampang, kemarin aku sudah bilang Richard dan ia mengijinkan meski terpaksa."
"Pak Richard mengijinkan?" batin Amelia.
"Bagaimana, nona Amelia?"
"Baiklah aku mau, kapan aku harus ke perusahaan Z?"
"Besok pagi kau datanlah ke perusahaan Z jam delapan, bilang kau ingin menemuiku, ini kartu namaku, soal ijinmu besok aku yang akan bicara pada anak tengil itu, jangan khawatir!"
"Oke, besok saya akan ke perusahaan Z."
Setelah menemui Amelia dan membujuknya dengan berbagai cara akhirnya Steven bernafas lega, ia berharap sutradara iklan kosmetik yang menyebalkan itu setuju dengan pilihannya.
Keesokan paginya, sesuai janjinya dengan Steven, Amelia pergi ke perusahan Z, tak lupa sebelum pergi ia mengirim pesan pada Richard kalau dia tidak masuk kerja, meski Steven bilang akan mengurus ijinnya tetapi Amelia tetap mengirim pesan pada Richard. Sampai di perusahaan Z Amelia disambut dengan ramah oleh security maupun resepsionis, Bahkan Amelia diantar oleh resepsionis tersebut sampai ke ruangan Steven.
"Cih, sekaranga aja sopan, dulu kemana aja waktu aku masih jelek, tunggu pembalasanku," batin Amelia geram melihat wajah-wajah bermuka dua yang ia temui tadi.
"Hei, kau sudah sampai nona Amelia, ayo kita langsung temui tuan Jo!" ajak Steven pada Amelia
Steven mengajak Amelia ke sebuah ruangan yang lebih mirip studio foto.
"Tuan Jo ini wanita yang saya ceritakan kemarin."
Tuan Jo yang sedang menata sesuatu di ruangan terssbut menoleh ke asal.suara.
"Oh kalian sudah datang," ucap tuan Jo sambil berjalan ke arah Amelia dan Steven.
"Ini orangnya, Tuan," ucap Steven.
Begitu di beri tahu oleh Stev siapa wanita tersebut, tuan Jo memindai Amelia dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"This is Perfect, good job, Steven, ini yang saya cari," ucap tuan Jo sambil menepuk-nepuk bahu Steven.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Aerik_chan
Semangat kak
jangan lupa mampir " Presdir Kamu Akan Menyesal
2022-03-17
0