Hari ini Richard ada jadwal meeting dengan salah satu perusahaan tekstil terbesar di kota J, untuk membicarakan proposal yang di ajukan perusahaan tersebut dengan Sanjaya group. Sesuai kesepakatan Richard dan Amelia, jika ada meeting di luar maka Amelia lah yang akan mendampingi bukan Silvia. Sekarang jadilah mereka duduk di sebuah restoran mewah menunggu rekan bisnis dari perusahaan tekstil Adatex.
"Selamat siang pak Richard maaf kami sedikit terlambat," ucap direktur Adatex.
"Tidak apa-apa tuan Arjun, kami juga baru saja datang," balas Richard sambil mempersilahkan tuan Arjun dan sekretarisnya untuk duduk.
Mereka mulai membahas tentang kerjasama antar perusahaan, setelah sekitar satu jam bernegosiasi, akhirnya dua perusahaan mendapat kata sepakat dengan point-point perjanjian yang sudah mereka sepakati. Kini mereka tinggal menutup acaranya dengan makan siang.
"Wah asisten pak Richard kali ini pasti kebagian bonus banyak," ucap tuan Arjun di sela-sela makannya.
"Maksud anda apa ya tuan Arjun, saya tidak mengerti," ucap Amelia.
"Ya tentu saja bonus dari proyek hasil kerjasama, yang jelas kau akan menerima puluhan juta, yang pasti lebih besar dari gajimu sebagai asisten."
Uhuk uhuk
Mendengar penuturan tuan Arjun, Richard langsung tersedak. Amelia langsung menyodorkan air minum pada Richard.
"Gawat kalau sampai Amelia tahu selama ini aku membohonginya, dia bisa marah besar, dasar Arjun ember!" umpat Richard dalam hati.
"Bahkan jika nilai tender itu miliaran, kamu bisa minta apa saja pada ceo mu, ha...ha...," ucap tuan Arjun yang membuat Richard salah tingkah, sedangkan Amelia menatap Richard curiga.
Merasakan hawa yang tak biasa, tuan Arjun segera pamit undur diri bersama sekretarisnya. Sepeninggal tuan Arjun, Amelia menatap Richard seolah menuntut penjelasan.
"Apa maksud perkataan tuan Arjun tadi pak Richard?, apa ada hal yang saya lewatkan?" tanya Amelia menyelidik.
"Kau jangan dengarkan Arjun dia memang suka bercanda sepeti itu," ucap Richard berusaha mengelak.
"Baiklah, mari kita kembali ke kantor pekerjaan kita masih banyak!" ajak Amelia dan langsung melenggang pergi meninggalkan Richard.
"Amelia, tunggu!"
Amelia terus saja berjalan menuju pintu keluar restoran, hatinya begitu kesal, ia merasa apa yang di katakan tuan Arjun benar.
"Awas saja kau Richard, jika sampai aku tahu apa yang di katakan tuan Arjun benar, aku akan memberimu pelajaran yang setimpal. Kalau pak Richard tak mau memberitahu, aku akan mencari tahu sendiri!" geram Amelia dalam hati.
Sampai di parkiran, Richard langsung meraih tangan Amelia, ia berusaha menjelaskan apa yang terjadi.
"Amel, tunggu, dengarkan penjelasan ku!"
"Tidak ada yang perlu di jelaskan, kita harus segera kembali ke kantor."
"Baiklah," ucap Richard pasrah lalu membukakan pintu mobil untuk Amelia.
Di dalam mobil tak ada pembicaraan apapun, antara atasan dan bawahan itu, keheningan itu terjadi sampai perusahaan Sanjaya group. Amelia langsung keluar begitu saja dari dalam mobil. Sedangkan Richard hanya pasrah, menjelaskan sesuatu pada seorang wanita yang sedang marah itu percuma saja.
Amelia langsung masuk ke ruang kerjanya dan menguncinya dari dalam, hari ini ia benar-benar tak ingin di ganggu. Pikirannya kembali beberapa bulan kemarin saat dirinya masih jelek, ia mengerjakan beberapa proposal kerjasama dengan nilai yang cukup besar, dia mau-mau saja mengerjakannya bahkan sampai lembur berhari-hari. Ia tidak tahu jika seseorang seperti dirinya seharusnya mendapat bonus jika proposal kerjasama di setujui dan berjalan sukses, namun nyatanya ia hanya di beri bonus sekali gaji setiap kali projek yang ia buat gol.
Amelia mengambil ponsel lalu menghubungi Samuel, ia ingin menanyakan tentang besaran bonus pada Samuel. Entah kenapa feeling Amelia mengatakan bahwa Samuel tahu tentang semua itu.
Amelia
"Hallo Sam, apa kabar?"
Samuel
"Kabarku baik, ada apa meneleponku?"
Amelia
"Maaf, Sam, aku menganggu, aku hanya ingin tanya apa kau tahu berapa kisaran bonus yang diterima seorang asisten ahli sepertiku setiap kali perusahaan memenangkan sebuah kerjasama?"
Samuel
"Nominalnya tidak tentu, tapi pasti akan di sesuaikan dengan keuntungan yang akan di dapat perusahaan, bisa mencapai puluhan juta, kenapa kau tanyakan hal ini, Amel, apa kau ada masalah?"
Amelia
"Tidak, Sam, aku hanya ingin tahu saja, terima kasih infonya, selamat siang!"
Amelia mengakhiri panggilan telponnya dengan Samuel, penjelasan Samuel barusan sudah cukup menyesakkan dadanya.
"Bodoh, bodoh kamu Amelia bisa-bisanya kamu di bohongi mentah-mentah oleh Richard, ternyata apa yang di katakan tuan Arjun benar, awas kamu Richard Hendrawan!" geram Amelia dalam hati, ia berencana akan memberi pelajaran pada ceo sok kegantengan tersebut.
Sejenak Amelia berfikir bagaimana membalas Richard yang sudah mengambil haknya sebagai asisten ahli yang sudah banyak mengoalkan beberapa proyek bernilai milyaran. Lama berfikir akhirnya Amelia menemukan ide untuk memberi pelajaran pada Richard. Ia tak peduli jika akibat perbuatannya ini, ia akan di depak dari Sanjaya group.
Tak terasa waktu pulang sudah tiba, Amelia membereskan barang-barangnya lalu keluar dari ruang kerjanya, dan lagi-lagi Richard sudah menunggunya di depan pintu.
"Sedang apa pak Richard di sini?"
"Tentu saja menunggumu lalu mengantarmu pulang."
"Apa pak Richard tidak punya kerjaan yang lain, bukannya jika pulang kerja jam segini bapak pergi bersenang-senang dengan pak Frans?"
"Frans sibuk akhir-akhir ini, lagipula aku sudah punya kegiatan lain setelah pulang kantor."
"Kegiatan apa itu?"
"Ya jadi supir asistenku lah, memang apa lagi."
"Saya tidak pernah meminta anda menjadi supir saya!"
"Tapi sayangnya aku ingin, ayo!" ucap Richard yang langsung mengandeng tangan Amelia untuk turun.
"Pak Richard lepaskan, saya bisa pulang sendiri!" tolak Amelia sambil meronta berusaha melepaskan cekalan tangan Richard.
"Kau diamlah dan menurutlah jika tidak, aku akan melakukan hal lebih padamu!" ancam Richard.
Entah kenapa, ia sekarang sangat senang berdekatan dengan Amelia, ia tak membiarkan Amelia dekat dengan pria manapun, bahkan Richard menyewa seseorang untuk mengawasi Amelia.
Amelia hanya pasrah, tenaganya tak mampu melepaskan diri dari Richard, Ia hanya diam saja ketika Richard menggandengnya sampai memasuki lift khusus ceo sampai ke parkiran khusus petinggi perusahaan.
Di dalam mobil, keduanya hanya diam sampai rumah Amelia. Amelia langsung turun dari mobil Richard tanpa mengucapkan apapun. Setelah Amelia turun, Richard langsung melajukan mobilnya, pikirannya kacau, lalu ia memutuskan pergi ke club tempat biasa dia dan Frans menghabiskan waktu selepas pulang kerja.
Keesokan harinya, Amelia sudah berada di kantor, ia membaca satu buah draft proposal yang di berikan Richard kemarin.
"Sepertinya aku akan mulai dari sini," gumam Amelia dalam hati sambil tersenyum sinis menatap lembaran kertas yang akan menjadi ajang balas dendamnya.
Amelia sedang berkutat dengan pekerjaannya, dia sedang menggarap proposal kerjasama dengan niai keuntungan sekitar dua puluh lima milyar, namun kesenangannya mengutak atik angka itu terganggu kala suara interkom di mejanya berbunyi. Siapa lagi pengganggu itu jika bukan Richard, dengan malas akhirnya Amelia pergi ke ruangan Richard yang hanya bersebelahan dengan ruangannya.
"Ada apa, anda memanggil saya?
"Saya hanya ingin menanyakan apa proposal kerjasama dengan perusahaan Diamond Light sudah selesai kau buat?"
"Sudah pak, tapi kurang sedikit lagi, nanti sore saya berikan pada bapak untuk diperiksa."
"Hari ini aku ada acara, mamaku pulang dari Inggris jadi besok pagi saja, lagipula saya percaya pada kinerja mu, dan maaf aku tak bisa mengantarmu pulang hari ini."
"Tidak apa-apa, saja bisa pulang sendiri, dan soal proposal itu anda jangan khawatir saya pasti akan mengerjakannya dengan baik."
"Terima kasih atas pengertian mu, Amel, kau boleh keluar!"
Amelia segera keluar dari ruangan Richard, ia meneruskan mengutak-atik angka untuk proposal kerjasama dengan Diamond Light.
"Rasakan ini, kau akan menangis darah, Richard!" ucap Amelia sambil tersenyum mengerikan di depan layar komputernya.
Dua hari kemudian, Richard meeting dengan pihak Diamond group namun tanpa Amelia, wanita itu meminta ijin karena tidak enak badan. Richard sudah sangat percaya pada Amelia, jadi ia tak memeriksa lagi secara detail proposal kerjasama yang di buat oleh asisten cantiknya.
"Maaf pak Richard apa anda bersungguh-sungguh ingin menjalin kerjasama dengan perusahaan kami?" tanya assisten ceo dari Diamond Light setelah membaca pengajuan kerjasama dari Sanjaya group.
"Apa maksud anda pak Willy?, tentu saja Sanjaya group bersungguh-sungguh dalam kerjasama ini," jawab Richard dengan perasaan heran kenapa asisten Willy menanyakan hal seperti itu.
"Kalau begitu mungkin anda perlu memahami lagi proposal pengajuan yang anda buat ini!" pinta tuan Willy sambil menyerahkan sebuah map pada Richard.
Richard kemudian membaca kembali proposal kerjasama dengan Diamond Light, matanya membulat sempurna ketika ia benar-benar memahami apa isi proposal tersebut.
"Apa-apaan ini, kenapa jadi begini?, ada apa dengan otak Amel, apa dia sudah berubah jadi bodoh setelah berubah jadi cantik?, awas kamu Amelia, jika ini kau lakukan karena ingin membalasku tidak dengan cara seperti ini, nasib karyawan Sanjaya group dipertaruhkan di sini," geram Richard dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
stefani n.i.s
ahh bagus Amel..lanjut thor
2022-03-06
0