"Shafa bangun" Ku dengar suara itu lagi.
"Eemmhh" Aku menggeliat, kembali memeluk guling ku erat. Tapi tunggu! ini kok rasanya beda ya!? Ku buka mata ku perlahan, dan AAAA.... ternyata bukan guling yang aku peluk dari semalam melainkan tubuh mas Ray. Aku Segera berbalik memeluk guling yang ada di belakangku dan menutup sekujur tubuhku dengan selimut.Malunya bukan main. Bisa ga sih ini semua cuma mimpi?
Aku baru ingat semalam setelah aksi berlutut minta maaf, mas Ray membawaku untuk beristirahat di tempat tidur. Aku menceritakan semua kejadian yang terjadi hari itu. Mulai dari pertemuanku dengan Sam sampai aku yang tiba-tiba nyasar tak tau jalan pulang dan bertemu dengan 2 orang sejeniss preman. Aku kira setelah ku ceritakan semuanya mas Ray akan marah, ternyata dia malah tersenyum membelai kepalaku dengan lembut. Dia mengatakan bahwa itu semua adalah jawaban dari donya selama ini, dan juga jalan untuk kami agar saling belajar dan menerima satu sama lain.
Saat lagi serius seriusnya ngobrol, tiba-tiba lampu kamar padam membuatku kembali histeris mengingat kejadian yang baru menimpaku. Akhirnya mas Ray menenangkan ku dengan memelukku erat karena aku benar-benar takut. Sampai lampu menyala pun aku masih memeluk erat tubuhnya. Aku ga tau kalo pelukan itu ternyata bertahan sampai pagi. Aku terlalu ke enakan kali ya. Pelukannya begitu nyaman dan hangat. Aku jadi nyesel kenapa ga dari dulu aja sih aku nemplok kek gini.
"Shafa... Ayo bangun! Shalat Subuh, Ntar kesiangan lo" Ajaknya mencoba menarik selimut yang membungkus tubuhku.
"Aku ma..luu" Ucapku tetap mempertahankan selimut yang membungkus sekujur tubuhku.
Mas Ray malah terkekeh mendengar ucapanku.
"Malu sama siapa? Bukannya semalam udah ga malu-malu melukin mas ampe pagi gini"
"What? Mas! Jangan di ungkit lagi donk aku kaan malu" Ucapku bangkit dari tidurku. Aku tak berani menatap ke arahnya.
"Kamu lucu kalo kaya gitu. Bikin gemesss, jadi pengen......"
"Oke aku bangun! Aku wudhu dulu ya?" Aku segera ngacir ke kamar mandi. Gawat, jangan bilang dia mau ea ea in aku. Ahh... Shafa sadar Shafa. Aku menepuk nepuk pipiku. Jadi mikir ngeres gini sih aku. Kebanyakan nonton drakor nih jadi kek gini.
Aku segera memakai mukena dan mengambil posisi di belakang suamiku yang ku lihat sedang Sholat.
"Mas! Kok aku di tinggalin sih?" Protesku begitu melihat dia selesai salam.
"Siapa yang ninggalin Shafa? Aku lagi sholat sunnah" Ucapnya.
"O"
"Shafa tau ga kalau 2 Rakaat sebelum subuh itu lebih baik dari dunia dan segala isinya. Jadi sangat rugi bagi yang meninggalkannya." Jelasnya. Aku cuma menggeleng. Mana aku tau soal begituan, Sholat aja masih bolong-bolong. Duhh... Mas Ray bimbing adek bang menuju jalan yang benar.
Setelah selesai sholat subuh, kami menikmati udara subuh di balkon kamar. Lagit terlihat mulai menampakkan semburat sinar mentari pagi. Sudah terlihat kendaraan yang lalu lalang di jalan raya. Sebuah pemandangan yang jarang sekali aku nikmati.
"Maass..." Panggilku.
"Hmm" Jawabnya singkat padat dan ga jelas.
"Mmm... Mas ga marah?" Tanyaku padanya yang tengan menyandar santai pada sofa du balkon itu.
"Marah kenapa?"
"Mas ga marah liat foto Shafa yang di share di grup sekolah?" Aku baru ingat kalao mas Ray juga sempat berkomentar pada foto tersebut.
"Mas justru marah dengan orang yang mengirimnya." Ujarnya.
"Shafa, boleh mas minta sesuatu?" Ia menoleh ke arahku. Nampaknya serius, dia mau minta apa? jangan bilang minta....
"A..apa mas? Tanyaku gugup.
"Mas minta Shafa hapus semua foto-foto Shafa dengan pacar Shafa itu. Karena Mas ga mau hal itu menjadi fitnah untuk Shafa dan dia" Oh, Jadi dia minta aku hapus foto-fotoku sama Sam. Kok aku sedih ya.
"Mas tau itu sulit, tapi bisakah setidaknya Shafa menghapus foto yang bisa di akses oleh orang banyak, di Istagram misalnya. Shafa bisa menyimpannya di tempat lain yang tidak di lihat orang" Imbuhnya. Suamiku ini hatinya terbuat dari apa sih, kok baik banget.
"Iya Mas" Ucapku lirih. Segera ku ambil Smartphone ku dan ku delete foto-foto yang jumlahnya puluhan itu. Aku harus kuat. Jangan nangis Shafa, kamu sudah janji akan menjadi istri yang baik untuk suamimu. Batinku menjerit.
"Syukron, Uhibbuki fillah"
Lagi-lagi pakai bahasa Arab. aku jadi penasaran, dia ngomong apa sih?
"Mas! Apaan sih Kron kron, aku kan ga ngerti mas. Pake bahasa yang mudah dipahami kek. mending Bahasa Jerman, aku masih ngerti" Gerutuku kesal.
Mas Ray mendekatkan tubuhnya kepadaku. Wih, mau ngapain nih, bikin gugup aja. Dia mendekatkan bibirnya ke telingaku seperti hendak berbisik.
"Danke meine Frau, ich liebe dich wegen Allah." CUP!
Aku menutup muluku yang menganga dengan kedua tanganku. Serius ini mas Ray nya aku yang ngomong barusan?. Dia bilang makasih dan Aku mencintaimu karena Allah dalam bahasa Jerman. Terus ciuman yang tiba-tiba mendarat di pipiku? Ah ini bukan mimpi kan. Aku mengeleng-gelengkan kepalaku. Mencoba mengumpulkan semua kesadaranku.
"Kenapa geleng-geleng? Kamu ga suka Mas bilang gitu?" Tanyanya. Hah? kok aku jadi cengo gini sih.
Tanpa pikir panjang segera ku peluk makhluk Tuhan paling baik di depanku ini. Terserah deh dia mau anggap aku gimana.
"Ich liebe dich auch, mein Mann (aku juga mencintaimu suamiku)." Ucapku spontan. Sepertinya benih-benih Cinta itu mulai tumbuh. Aku baru menyadari perasaan ku padanya. Selama ini, rasa kehilangan, kesepiaan rindu yang aku rasakan saat ia pergi adalah tanda bahwa aku mulai mencintainya. Namun ego ku dan cinta butaku kepada Sam seolah menyangkal segalanya.
*******
Setelah sarapan pagi di hotel tadi, aku dan Mas Ray segera pulang ke rumah dengan perasan bahagia. Ibarat kata selalu ada pelangi setelah hujan. Sepertinya pelangi itu telah muncul. Tapi, ada keraguan di hatiku apakah mas Ray bisa menerimaku sepenuh hati. See, penampilanku yang seperti wanita malam ini, pantaskah bersanding dengan seorang pria yang sangat bersahaja sepertinya? Sepertinya aku harus segera menghubungi Amel untuk mencarikan sesuatu yang bisa menghapus gambar di lenganku ini dengan cepat. Meskipun bukan sebuah tatto permanen, aku mulai risih dengan pandangan orang yang sebelumnya aku abai, apalagi teman-teman di sekolah sudah mengetahuinya. Aku takut jika ayah menganggap aku adalah wanita ga bener dan menyesla telah menjadikan aku istri Mas Ray.
Begitu turun dari mobil, Mommy segera berlari memelukku. Aku melihat Daddy dan orang tua mas Ray sedang berkumpul di rumah kami.
"Shafa, anak Mommy. Kamu baik-baik aja kan nak" Mommy nampak begitu khawatir. Ia memeluk dan menciumiku.
"Shafa baik mom, kan ada Mas Ray yang selalu jagain Shafa" Ucapku melirik mas Ray yang berjalan menuju orang tuanya.
"Anak nakal, di hubungin dari semalam ga ada yang mau jawab. Taunya lagi dua-duan" Ibu mertua menimpali dengan mencubit pipiku kemudian memelukku.
"Maaf bu, Hp Shafa mati" Ucapku sambil senyum pepsodent.
"Ayo masuk, kita ngobrol didalam" Ajak Daddy.
Aku digiring masuk dengan 2 wanita yang sangat aku sayangi di kiri dan kananku. Wanita yang telah melahirkan dan membesarkanku dengan penuh cinta dan wanita yang telah melahirkan dan membesarkan sosok hangat yang Allah hadirkan dalam hidupku.
.
.
.
Pak Ray lagi khawatirin aa sih??😍
.
Bahagianya.. yang mulai jatuh cinta😍🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Maryam Renhoran
Alhamdulillah,,,,
ko diriku ikut bahagia yaa😍😍
2023-02-14
1
Ety Nadhif
babang Ray,so swettt banget sih😍
2021-12-07
0
Eka Suryati
bersemi bibit2 cinta
2021-08-22
0