"Apa maksud kamu mas?" Tanyaku dengan tatapan yang jauh lebih tajam.
.
.
"Aku sudah mulai belajar menerima kehadiran kamu dalam hidupku. Karena bagaimanpun juga kamu sudah menjadi istriku. Aku harap kita bisa sama-sama belajar menerima satu sama lain"
"Ga! Aku gak akan pernah bisa menerima ini semua, karena aku ga cinta sama kamu mas!" Aku berteriak meluapkan kekesalanku pada laki-laki di hadapanku ini.
"kamu fikir aku cinta sama kamu? Bahkan dalam mimpi pun aku tidak pernah bermimpi hidup bersama wanita seperti mu." Jlep.. ucapannya pedis bagaikan bon cabe level 10.
"Terus kenapa kita harus repot-repot menerima semua ini kalau kita sama-sama ga saling cinta? Pernikahan macam apa mas, yang dibangun tanpa dasar cinta?Terus kenapa kita ga jujur aja? Kenapa harus berpura-pura? Lebih baik mereka mengetahui semua di awal sebelum mereka semakin berharap." Ucapku tak mau kalah. Enak aja dia mau nyudutin aku.
"Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu jika kita bisa mencoba menerima satu sama lain. Dan lagi aku tidak pernah berpura-pura Shafa!"
"Helleh, bullshit! Kalo bukan pura-pura apa mas apa? Mas bersikap baik ke aku, semata-mata agar orang tua kita ga kecewa kan? " Tanyaku beruntun.
"Udah deh mending kita akhiri saja semuanya" Ucapku yang sudah tak terkendali. Bersyukur setiap kamar di ruangan ini kedap suara, sehingga mereka yang di luar sana tidak mendengarkan apapun.
"Aku bersikap baik kepadamu karena kamu adalah istriku Shafa! ISTRI. Seperti apapun kamu mengelak, tidak akan pernah merubah kenyataan bahwa Shafa Azura adalah istri sah dari Zidane Arrayan!" Dia menekankan pada kata istri.
"Asal kamu tahu, Aku adalah laki-laki yang memegang teguh sebuah komitmen dan janji. Jika kamu ingin mengakhirinya katakan sendiri pada mereka. Dan lihat bagaimana kamu menghancurkan perasaan mereka! Dalam hidup, tidak semua hal berjalan seperti kemauan kita Shafa. Aku harap kamu mengerti dan fikirkan baik-baik semuanya" Ujarnya lalu meninggalkanku sendiri tersedu di kamar itu.
Ya Allah kenapa hidupku seperti ini? Apa aku ga berhak bahagia? Mengapa Kau uji aku di luar batas kemampuanku ya Allah.
Sam... Aku kangen kamu, cuma kamu yang bisa ngertiin aku, yang selalu mengikuti kemauanku. Cuma kamu Sam yang sayang sama aku dengan tulus. Tapi kenapa takdir begitu kejam pada kita. Kenapa harus ada perbedaan di antara kita? Huu..uuu..uuu
Aku memeluk lututku erat sambil menangis sesunggukan. Aku tak tau apa yang sedang terjadi di luar yang pasti aku ga mau keluar dari kamar ini. Biar sekalian aku mati aja disini.
___________________________________________
Zidane Arrayan (Point Of View)
Aku meninggalkannya dikamar sendirian. Agar dia bisa memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Aku sebenarnya frustasi melihat kelakuannya dari hari ke hari, terutama penampilannya yang membuatku sakit kepala.
Selama hampir sebulan ini entah berapa kali aku melihatnya bergonta-ganti gaya dan warna rambut semaunya. Belum lagi pakaiannya selalu ketat dan minim, membuat aku sesak nafas dibuatnya. Itulah mengapa aku tidak suka berlama-lama berada di dekatnya.
"Kok lama sih nak, kalian lagi ngomongin apa?" Tanya ibu kepadaku.
"Ga ada apa-apa bu, Shafa hanya kaget saja" Ucapku berusaha setenang mungkin. Aku tak ingin membuat ibu khawatir. Wanita yang paling aku cintai dan aku hormati ini pasti akan merasa sangat terpukul jika mengetahui bahwa pernikahanku dan Shafa tidak berjalan dengan baik.
Sejak dulu ibu dan ayah selalu memaksaku untuk menikah. Tetapi aku selalu berkilah karena belum menemukan sosok wanita yang pas di hatiku. Mereka bahkan beberapa kali mengenalkanku dengan gadis yang menurut mereka baik dan sholehah. Namun, semua berkhir sebelum kami sempat bertemu.
Saat itu aku benar-benar ingin fokus menyelesaikan program doktor ku. Aku tidak ingin terganggu hanya karena urusan wanita. Selain itu, aku sebenarnya memiliki seseorang yang aku kagumi. Sosok cerdas, baik dan sholehah itu berhasil mencuri perhatianku saat aku di Kairo. Aku hanya bisa melihatnya sekilas karena ia selalu menundukan pandangannya. Sosok yang benar- benar di impikan oleh setiap pria.
Dan sekarang, aku harus terjebak pernikahan dengan seorang wanita yang sangat jauh dari kriteria pendamping ideal di mataku. Mungkin ini adalah teguran Allah kepadaku, karena aku yang selalu menolak menikah dengan gadis baik-baik yang pernah di kenalkan Ayah dan ibu. Alhasil, sekarang aku di beri jodoh seorang wanita pecicilan yang tidak bisa menjaga marwahnya sebagai perempuan. Astagfirullahaladzim....
Aku selalu beristigfar setiap kali dia mulai kegilaannya dengan sebuah benda pipih bergambar apel yang tidak utuh itu. Dia yang ngakunya selebgram, selalu mengumbar tubuh mulusnya untuk di nikmati jutaan mata yang bukan muhrimnya yang ia sebut sebagai followers itu tanpa risih atau malu. Sedangkan aku yang jelas-jelasnya menyandang status sebagai suaminya, jangankan menikmati, menyentuh pun aku tak pernah sama sekali. Dan aku pun tidak berminat menyentuhnya.
Sebagai laki-laki normal tentu godaan itu ada, apa lagi jika ia sudah mengenakan kostum tidur andalannya yaitu celana pendek sebatas pangkal paha dan baju yang hanya setengah perut panjangnya. Sebisa mungkin aku menepis godaan itu mengingat mungkin sudah banyak pria yang menjamah tubuh indahnya itu. Aku bahkan baru mengetahui kalau ia memiliki tatto bergambar bunga mawar di lengan kanannya. Saat ku tanya apakah orang tuanya mengetahui? Ia hanya menggeleng dan berkilah itu bukanlah tatto tetapi sejenis tinta yang akan hilang dalam waktu 3 bulan.
"Jadi bagaimana Rey, terkait rencana Daddy dan ayahmu?" Tanya Daddy kepadaku. Mereka semua terlihat antusias dan bahagia. Betapa kecewanya mereka seandainya tau bahwa Shafa menolak mati-matian pernikahan kita.
"Kami masih butuh waktu untuk saling mengenal satu sama lain, untuk saat ini biarkaan dulu kami seperti ini. Ketika kami sudah sama-sama siap dan mantap kami akaan hubungi Ayah dan Daddy segera. Karena sepertinya Shafa masih sulit menerima semua ini" Ucapku lirih pada kalimat terakhirku.
"Apa maksudnya Shafa masih sulit menerima semua ini Ray?" Mommynya tiba-tibaa tersentak, ia bertanya dengan raut wajah marah bercampur sedih.
" Maksud Ray, Shafa masih perlu membiasakan diri sebagai istri Ray mom." ucapku mencoba meredam amarahnya.
"Baiklaah nak, kalau begitu kami pamit. Maaf sudah meengganggu ketenangan kalian" ucap Ayah. Aku merasa sangat tidak enak pada mereka. Maafkan aku yang belum bisa membahagiakan kalian.
Aku menatap kepergian orang tuaku dan mertuaku dengan perasaan bersalah. Ku hampiri kamar tempat kami bertengkar tadi. Ku lihat gadis nakal itu tertidur memeluk lututnya. Ku angkat tubuhnya perlahan dan ku letakkan di atas tempat tidur. Biarlah malam ini kami tidur di kamar ini saja.
Aku membenarkan posisi selimut menutupi tubuhnya sebatas leher. Wajahnya begitu sayu dan matanya nampak lembab. Kupandangi wajahnya yang polos tanpa make up.
Andai saja kamu tahu, bahwa aku sedang memikul tanggung jawab berat di pundakku. Aku yang bisa sewaktu-waktu tergelincir ke dalam api neraka karena tidak bisa mendidikmu. Aku yang juga harus bergelut dengan perasaanku berusaha menerima jodoh yang Allah pilihkan untukku dengan ikhlas, walaupun aku menolak. Ku Lakukan semua itu karena aku percaya Allah punya rencana lain dibalik semua ini.
Kerebahkan tubuhku di sebelahnya. Aku teringat kembali ucapan guruku yang mingggu lalu aku temui. Minggu lalu sepulang mengajar aku selalu pergi ke pesantren tempat beliau. Aku menceritakaan semua masalahku kepada beliau, berharap mendapat arahan dan pencerahan agar aku tidak salah melangkah.
Beliau mengatakan bahwa urusan jodoh, Rizqi dan maut sudah di atur jauh sebelum kita ada di dunia ini. Termasuk pertemuanku dengan Shafa yang sekarang menjadi istriku sudah tertulis dalam catatan buku takdirku. Karena apa yang buruk di mata kita belum tentu buruk di mata Allah, begitupun sebaliknya. Aku tidak bisa merubah takdir yang terjadi, yang bisa aku lakukan adalah menerimanya.
Shafa..oh Shafa, kamu bisa menjadi ladang pahala bagiku sekaligus tiket ke Neraka gratis jika aku tidak bisa merubahmu. Aaku sendiri ragu apakah kamu benar-benar tulang rusukku?
Pukul 02.00. Aku terjaga dari tidurku. Ku lihat dia masih tertidur lelap meringkuk di bawah selimut. Aku keluar menuju kamar utama di lantai 2 untuk melaksanakan shalat malam. Sejak di Kairo aku memang sudah merutinkan diriku untuk melaksanakan sholat malam.
Cukup lama aku bersjud memohon ampun atas segala dosa-dosaku selama ini. Ku panjatkan doaku dengan penuh kekhusukan.
"Ampunilah dosaku ya Allah, Ampunilah dosa orang tuaku, Ampunilah dosa istriku ya Allah. Berikanlah petunjuk dan hidayah bagi keluargaku Ya Allah. Jauhkanlah kami dari perbuatan yang sia-sia...
Ya Allah, berikanlah petunjukmu, Jika memang dia yang kau pilihkan untukku, berikanlah aku keikhlasan untuk menerima dan mencintainya. Sekiranya dia tidak baik untukku dan agamaku, aku mohon berilah aku petunjuk untuk melepaskannya ya Allah"
"Amiiin"
Aku tersentak mendengar seseorang mengamini doaku. Aku menoleh ke belakang, kudapati seseorang tengah duduk tepi tempat tidur memandang ke arahku.
.
.
.
.
Kira-kira siapa yah orang tersebut?
a. Shafa
b. Ibu
c. Mommy
Jawabannya di next episode🥰😘
Jangaan lupa like yah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
✨🥀🪴N.𝐀⃝🍒✨
sabar Ray yakin lah kamu pasti bisa
2023-02-22
1
ikhe
ceritanya pling bgus aku sangat suka
2022-05-16
0
Ety Nadhif
bang rayuan suami idaman😍
2021-12-07
0