"Mass... Aku boleh ga jalan pake mobil baru" Tanyaku pada Suami yang baru saja selesai sholat dzuhur. Berhubung aku lagi kedatangan tamu bulanan jadi sementara waktu aku terbebas dari kewajiban sholat.
"Mau kemana? ga mau di temenin?" Ujarnya. Idih males banget pergi sama kamu. Gue ga bisa bebas merdeka dong.
"Ga usah mas, aku sendiri aja. Cuma mau ketemu teman kuliah kok" Jawabku jujur, karena memang aku sudah janjian dengan Amel dan Vira. Mereka adalah sahabat terbaikku ada satu lagi sih namanya Nisa, tapi sejak dia melanjutkan studinya di luar negeri kita jadi jarang ketemu. Palingan cuma chatingan d grup whatsapp aja.
"Boleh, tapi pulangnya jangan ke sore an ya?" Ucapnya. Yes, akhirnya bisa nongki-nongki cantik dulu pake mobil baru.
Aku keluar dengan menggunakan celana kulot panjang dan atasan tanpa lengan yang ku pakaikan outer untuk menutupi bagian lenganku. Outer ini hanya sebagai kamuflase saja. Ntar juga aku buka kalau di dalam mobil. Sekarang aku harus mulai mempelajari apa yang yang mas Ray suka dan ga suka. Dan yang ku tahu dia tu ga suka kalau aku keluar rumah pake pakaian yang minim bahan gitu. Jadi, demi kedamaian bersama. Soalnya aku capek kalau harus berantem mulu.
Aku berhenti di sebuah cafe langganan ku and the gank. Ku lihat Amel dan Vira sudah berada di cafe tersebut.
"Ciee... mobil baru lo keren banget Fa! Serius itu suami lo yang beliin?" Tanya Amel yang memang memiliki jiwa ke kepoan tingkat tinggi.
"Iya, donk. Masa Daddy gue. Diakan udah ga mau tahu-menahu urusan ekonomi gue" Ucapku. Aku memang biasa menggunakan loe gue sama teman-temanku ini. Dan lagi mereka sudah mengetahui perihal pernikahanku dan Pak Rayyan. Karena aku selalu terbuka kepada mereka. Mereka adalah orang yang paling bisa ku percaya untuk memegang rahasia besar ku.
"Gila loe Fa, Kalo gue nih ya jadi loe, gue terima aja deh pernikahan ini. Jarang-jarang lo Fa ada laki-laki yang kaya dia" Ujar Fira.
"Bener tu Fa, kurang apa coba Pak Rayyan itu? ganteng, kaya, baik dan Sholeh. Paket komplit dah" Ucap Amel menambahi.
"Lo kek udah pernah lihat orangnya aja. Dia tu bukan tipe gue banget deh. Dia tuh kaku, tua, ga romantis, dewasa banget, ah pokoknya ga bisa di ajak happy-happy deh"
"Emang lo mau nyari yang model gimana sih Fa? Justru bagus donk kalo dia dewasa, berarti dia bisa mengayomi elo, bisa menuntun elo dari kesesatan menuju jalan yang benar. Masalah romantis enggaknya, emang lo tau? Selama ini kan loe selalu ngerjain dia" Terang Amel. Bener juga sih ucapan Amel. Aku belum tau banyak sisi lain dari pak Ray ini, karena selama ini aku belum benar-benar serius mengenalnya.
"Yang kaya Sam dong. Baik, penyayang, pengertian,......."
"Beda Agama." Potong Vira, membuatku tak berkutik.
"Mau sampai kapan Fa? Lo ga mungkin selamanya hidup dalam harapan semu. Jujur ya Fa, sejak loe kenal sama Sam, loe jadi banyak berubah. Lo tu jadi bucin tingkat dewa tau gak?" Ucap Vira yang semakin menyudutkan ku. Dia selalu saja seperti itu. Kalau ngomong suka ga jaga perasaanku. Tapi aku seneng itu tandanya dia sayang sama aku, walaupun aku sering tidak mengindahkan nasehatnya.
"Ngomong-Ngomong, sini coba gue liat Tampang laki lo yang lo sebut tua itu!" Amel berusaha untuk mencairkan suasana tegang di antara kami bertiga.
Ku carikan foto Mas Ray di profil yayasan. Karena aku sendiri sama sekali ga menyimpan fotonya. Buat apa juga coba.
"Ah dapat! ini dia" Ku tunjukan fotonya yang sedang memakai kemeja putih.
"Serius ini suami lo?" Tanya Amel seolah tak percaya.
"Iyalah. Gimana? Ga cocok banget kan sama aku?" Tanyaku antusias.
"Plakk" Vira malah memukul kepalaku pakai buku menu di meja itu.
"Stupid!!!" Ucap mereka bersamaan.
"Hah?" Aku melongo melihat reaksi mereka.
"Lo tu ya, cewek paling **** yang pernah gue temuin" Ujar Vira kepadaku.
"Mata lo rusak ya? Cowok kaya gitu lo bilang tua? Mending kalo lo ga mau kasih gue aja deh. Gue terima dengan iklas dan lapang dada" Imbuh Amel. Membuatku kepanasan. Mereka kok pada muji-muji mas Ray sih. Ku perhatikan kembali foto di layar hp ku. Perasaan biasa aja deh.
Setelah selesai perdebatan tentang mas Ray, kita kembali membahas topik lain sambil menyantap makanan yaang sudah kami pesan.
Kali ini kita membahas tentang Nisa. Nisa pun baru saja menikah sama sepertiku. Hanya bedanya dia menikah dengan pria yang selama ini dia idamkan walaupun pada awalnya di tentang oleh orang tua Nisa karena mereka beda kewarganegaraan tapi pada akhirnya mereka menyetujuinya. Andai saja aku dan Sam bisa seperti Nisa.
.
.
Setelah memberskan bekas makan malam, aku menghampiri mas Ray yaang tengah duduk santau sambil menonton televisi.
"Mas, Boleh aku bicara sesuatu?" Aku memposisikan diri duduk di sebelahnya.
"Mau bicara apa?" Tanyanya sambil mengecilkan volume televisi.
"Emm... Akuu.... Akuu boleh ketemu sama pacarku? minggu depan dia kembali ke Indonesia" Ucapku terbata. Aku baru saja mendapat pesan bahwa minggu depan dia akan pulang dan dia mengajakku bertemu. Dia juga mengatakan bahwa dia sudah menemukan solusi untuk masalah kita.
"Oh itu, apakah kalau aku tidak mengizinkan, kamu tidak akan tetap menemuinya?" Tanyanya balik. Dia ini pintar sekali membolak-balikan pertanyaan.
Aku diam tak menjawab. Kalaupun dia ga mengizinkan sudah pasti aku tetap menemuinya. Setidaknya hargailah niat baikku untuk meminta izin.
"Diam mu adalah jawaban Shafa. Jadi untuk apa kamu meminta izin. Kamu sudah dewasa, Lakukan lah apa yang menurut mu benar". Ucapnya kemudian beranjak masuk ke dalam kamar.
Sudah dua hari sejak aku minta izin menemui Sam, mas Rayyan jadi berubah lebih pendiam. Kami jadi jarang bertegur sapa. Bahkan sudah dua hari ini dia tidur di kamar sebelah. Padahal aku ga mengusirnya. Aku pun mulai canggung untuk bersikap seperti biasanya.
Pagi ini aku sudah menyiapakan sarapan untuk mas Ray. Aku membuat Nasi Goreng yang baru aku pelajari dari Youtube.
Ku lihat di keluar dari kamar dengan menarik koper di tangannya. Wah gawat! Jangan-jangan dia mau minggat lagi. Atau jangan- jangan koper itu berisi pakaianku, dan aku akan segera di depak dari rumah ini. Tidaaaaakkk...
" Maaaass... Kamu mau kemana bawaa koper gini?" Tanyaku yang terlihat panik.
"Aku mau pergi Umroh, mungkin sekitar 5 hari, Kalau kamu takut di rumah sendiri, kamu bisa bermalam di rumah Daddy." Ucapnya sambil terus menarik koper bawaannya menuju pintu.
"Mas Mau Umroh kok gak bilang aku sih?" Protesku. Ia menghentikan langkahnya.
"Untuk apa? Toh aku pergi untuk beribadah bukan bermaksiat" Ucapnya yang terdengar seperti sedang menyindirku.
Ternyata mobil jemputan mas Ray sudah menunggu di depan rumah. Sebelum pergi aku sempat bersalaman dengannya.
"Jaga diri baik-baik. Jika Allah berkehendak, Insha Allah kita akan dipertenukan kembali. Aku Pamit. Assalamualaikum" Ucapnya sebelum berlalu masuk ke dalam mobil.
Tanpa ku sadari ada butiran bening yang menetes dari kelopak mataku. Kenapa rasanya sakit. Seperti ini adalah pertemuan terakhir kita. Kenapa terasa seperti ada yang hilang...
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
✨🥀🪴N.𝐀⃝🍒✨
nah loh sedih kan ditinggalkan sendirian dirumah
2023-02-22
1
Maryam Renhoran
Alhamdulillah,,,,
jadi penasaran tuk lanjutannya,,
banyak pembelajaran dlam ceritanya
I like 😘😘
2023-02-14
0
Devy Faiz Chalik
baru nemuuu,the best
2022-09-24
0