Aku melangkah gontai meninggalkan restauran tempatku bertemu Sam. Sam menawarkan untuk mengantarku pulang, namun aku menolaknya. Aku memutuskan untuk berjalan menyusuri trotoar yang entah kemana langkah ini membawa. Yang pasti malam ini, ingin ku lepaskan semua beban yang sedari tadi menghimpitku.
Inilah akhir dari kisah cintaku. Cinta beda Agama yang harus berakhir dengan perpisahan. Seandainya aku bisa memilih, aku juga ingin jatuh cinta pada dia yang pergi ke masjid pada saat adzan di kumandangkan, bukan dia yang ke gereja pada hari minggu. Aku ingin jatuh cinta pada dia yang juga mengucapkan 2 kalimat syahadat sebagai dasar keyakinan. Namun apa dayaku. Hati ini terlalu lemah di hadapan Cinta seorang Samuel Sinaga.
Selama hampir 30 menit aku berjalan. Kakiku mulai terasa lelah. Aku berhenti di sebuah taman, beristirahat di sebuah kursi beton di tempat itu. Aku sudah tidak mempedulikan handphone ku yang sedari tadi berdering. Malam ini aku hanya ingin sendiri, menangis sampai aku lelah.
Dinginnya angin malam mulai menusuk ke dalam kulitku menembus bajuku yang terbuat dari bahan sifon. Sekelebat banyangan satu bulan lalu melintas di ingatanku. Hari dimana aku melepas status lajangku. Entah kejadian yang harus ku syukuri atau aku sesali seumur hidupku.
Aku melihat ke sisi kiri kanan jalan sudah nampak sepi. Padahal tadi masih ramai orang yang juga sedang menikmati malam di taman ini. Apa aku yang kelamaan nangis ya? Ku coba mengambil handphone ku, yang sejak tadi tak kuhiraukan. Ah, Sial hpku mati. Gimana aku pulang? Aku juga ga tau ini dimana. Sebuah pelajaran berharga, saat sedang patah hati dan kalut jangan coba- coba berjalan sendiri kalau ga mau nyasar kaya aku.
Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Ternyata hampir 2 jam aku menangis di taman. Sekarang rasa sedih itu pun perlahan menghilang berganti menjadi rasa takut.
Aku mempercepat langkah kaki ku saat ku rasa ada yang berjalan di belakangku. Ya Allah tolonglah hambamu ini. Jangan dulu Kau timpakan Azab kepadaku. Aku melafazkan segala macam doa yang aku ketahui. Ku dengar langkah di belakangku semakin mendekat. mending Aku lari ah.
Baru beberapa langkah aku berlari, sebuah tangan besar dan kekar menarik bajuku dengan keras.
Kraakk...
Suara sobekan pada bagian leher baju sebelah kanan ku.
"Aaaaaa....." Aku menjerit ketakutan. Mommy Daddy tolong. tolong Shafa.
"Wow, gue ga nyaangka cewe secantik loe bertato juga" Ucap salah seorang dari 2 orang yang mengikutiku. Tampangnya sanagt mengerikan, Berbadan tinggi besar, dengan rambut gondrong. Sedangkan yang satunya berubuh agak kurus berkepala plontos.
"Kalian mau apa?" teriaakku sambil menutupi bagian bahu kananku yang terekspose bebas. Aku mundur perlahan- lahan.
"Ha.ha.ha.ha galak juga loe! Loe tanya kita mau apa? mau apa lagi kalau bukan bersenang-senang manis." Ucap lelaki plontos sambil berusaha mencoel daguku. Ucapannya begitu menjijikan di telingaku. Ya Allah apakah ini balasan karena aku yang selama ini mengabaikan suamiku? Hamba mohon selamatkan hamba ya Allah, berikan hamba kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku pada mas Ray ya Allah. Aku janji akan memerimanya dan mencintainya sepenuh hati.
Segala bentuk permohonan dan nazar ku lafazkan dengan begitu lancar. Aku melihat sekitar 100 meter di belakangku jalan utama yang cukup ramai. Aku hanya perlu berlari hingga mendapatkan pertolongan. Namun kulihat 2 orang itu semakin mendekat.
"Pergi kalian!!! Kalian mau uang? aku akan berikan" Tawarku pada merekaa yang nampak saling pandang kemudian tertawa tebahak-bahak
"Uang? ha.ha.ha. yang kami inginkan dirimu manis" Ucapnya. Langkahnya nampak kian mendekat.
"Polisi..!!!" Teriakku menunjuk kebelakang mereka. Mereka nampak kelabakan menoleh kesana kemari. Aku langsung saja lari dari mereka. Mereka masih saja mengejarku sambil mengumpat.
Tanpa pikir panjang aku segera menyebarang jalan yang begitu padat karena mereka terus mengejarku bahkan sampai ke jalan utama yang ramai.
Tinn...tinn..tinnn
Biiip...biiip....biip
Suara klakson kendaraan yang bersahutan membuatku pusing. Aku menutup kedua telingaku. Lututku terasa lemas tak bertenaga, tubuhku gemetar. Aku terduduk menangis sambil menutup kedua telingaku. Aku pasrah jika dua orang itu menemukanku.
.
.
"Ya Allah SHAFA..!!!"
Kudengar seseorang menyebut namaku. Aku segera mendongakkan kepalaku.
"Maa..ss Ra...y" Ucapku bergetar. Aku melihat wajah penuh ke khawatiran itu menatapku. Refleks aku segeraa berdiri memeluk tubuhnya sambil menangis meraung-raung. Sungguh memalukan. Dia yang selalu ku tolak kehadirannya justru orang pertama yang selalu ada saat aku butuhkan.
Dengan lembut mas Ray menuntunku masuk kedalam mobil sambil melambaikamn tangan menahan kendaraan yang hendak melintas. Mas Ray menepikan mobilnya di sebuah hotel tak jauh dari tempat ia menemukanku tadi.
Aku tak ingin bertanya kenapa ia berhenti disini. Yang aku tau, aku bersyukur karena masih diberikan kesempatan hidup dan selamat dari para penjahat itu. Aku tak tahu apa jadinya jika mereka tadi benar-benar menangkapku dan memperkosaku.
Mas Ray menutupkan jaketnya pada tubuhku yang terbuka. Dan menuntunku masuk ke dalam.
"Malam ini kita bermalam disini dulu ya, tenangkan dirimu, setelah tenang baru kita pulang" Ucapnya lembut. Sementara itu tubuhku masih bergetar kaena syok dengan kejadian tadi. Aku masih belum bisa mengucap satu kata pun. Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan ucapan mas Ray.
Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam sebuah kamar yang cukup luas. Mas Ray masih setia memapah jalanku yang gontai. Kakiku terasa perih, mungkin karena luka gores akibat ranting semak yang ku terjang tadi.
"Minumlah!" Mas Ray menyodorkan segelas air putih kepadaku. Aku masih bungkam. Mas Ray menarik tubuhku ke dalam pelukannya yang hangat dan nyaman. Hal ini membuatku semakin menangiss tersedu sedu.
"Its Okay... Kamu aman sekarang jangan nangis lagi" Ucapnya sambil mengusap punggungku.
"Maaass.... Ma..afin Sha..fa" Ucapku terbata.
"Sudah... Sudah, Shafa sudah sholat? Tanyanya yang jawab dengan gelengan.
"Sebentar ya!" Mas Ray melepaskan pelukanku dan keluar kamar. Aku malah di tinggalin. Ga peka banget sih jadi suami, istrinya lagi syok gini malah di tinggal pergi membuatku semakin menangis tersedu kaya anak yang habis dimarahi emaknya.
Lima menit kemudian ia datang dengan membawa sebuah kantong.
"Sekarang ganti baju kemudian berwudhu, biar hatimu tenang" Ia memberikan kantong tersebut. Ku Intip isinya adalah sebuah piyama tidurr dan mukena.
.
.
Setelah selesai sholat aku masih duduk bersimpuh di atas sajadahku. Aku mengingat kembali semua kejadian yang menimpaku selama sebulan ini. Aku yang tiba tiba terjebak bersama pak Ray, tiba tiba menikah dan sekarang aku tiba tiba diselamatkan olehnya. Sepertinya semua yang terjadi bukanlah sebuah kebetulan. Mungkin benar, Dia adalah jodoh yang Allah pilihkan untukku.
Aku menutup wajahku. Aku malu, sangat malu. Aku sudah menghianati mas Ray tapi dia tetap saja baik dan peduli padaku.Ku beranikan langkah ku mendekatinya yang sedang berada di balkon. Ku dengar ia sedang menelpon seseorang.
Begitu melihatku ia segera memutus panggilannya. Dan menghampiriku.
"Shafa, sudah selesai?" Tanyanya lembut.
Aku yang masih memakai mukena segera berlutut di hadapannya. Ini adalah pertama kalinya aku berlutut di hadapan seseorang.
"Maaas... Maafin aku. Hiks..hiks, Aku selama ini banyak dosa sama kamu, aku udah menghianati kamu mas. Aku mohon maafin aku. Kamu boleh pukul aku, kamu boleh mencaci aku, kamu boleh melakukan apapun yang penting kamu maafin aku mas." Ku keluarkan segala isi hatiku. Aku tak peduli setelah ini apakah dia akan mengusirku atau menendangku jauh dari hidupnya aku tak peduli.
"Mass, Setelah ini jika kamu mau mengusirku atau bahkan mence...." Ucapanku terhenti saat ia jongkok dan kembali memelukku.
"Jangan pernah ucapkan kata itu di hadapanku. Sampai kapan pun kamu adalah istriku dan akan tetap menjadi istriku" Ucapnya. Ya Allah, betapa beruntungnya aku mendapatkan suami seperti Mas Ray. Semoga Rasa itu segera tumbuh di antara kami ya Allah. Jatuh cintakan lah aku hanya padanya... padanya yang telah Kau pilihkan untuk ku.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Ida Fatmawati85
Ya Alloh ak merasa seperti mengulang kisahku dulu.cowok yg slalu membangunkan ak saat sahur...dan ak yg slalu membangunkan dia diminggu pagi utk dia kegereja.akhirnya kita pisah baik2.semoga kita slalu bahagia masing2.
2022-04-23
1
sherly
ini yg buat ngk bisa move on.. dah baca 3 kali pun msh pengen balik lg
2021-12-09
0
Ety Nadhif
masyaallah
2021-12-07
0