Diandra berjalan menuruni tangga, sekilas ia melihat mama Dita yang tengah menggendong Gaara yang terlelap. Wajah bayi tampan itulah kekuatan Diandra kini, hanya bayi tak berdosa itu.
Diandra bukan gadis bodoh, ia tahu jika banyak orang membicarakan nasibnya yang kurang beruntung. Kekasihnya menikah diam-diam dengan kakaknya, dan kini..saat kakaknya telah tiada, dengan bodohnya ia menikah dengan kakak iparnya untuk menjadi ibu sambung untuk anak tak berdosa dari wanita yang telah menghancurkan hidup dan mimpinya.
Bodoh, mungkin hanya kata itu yang paling cocok untuk disematkan pada perempuan cantik yang tengah menuruni tangga dengan amat anggun itu.
Diandra tak peduli, hanya Gaara prioritasnya kini. Ia tak peduli dengan yang lain. Hanya Gaara dan demi Gaara saja..
Abi menatap kagum gadis yang baru saja resmi menyandang status sebagai istrinya itu. Betapa cantiknya gadisnya itu..dirinya menjadi lelaki paling beruntung memilikinya. Gadis berhati besar yang mau menerima dirinya dan putranya kembali masuk kedalam hidupnya setelah semua yang terjadi.
Tak sedikitpun Abi mengalihkan tatapannya dari Diandra yang berjalan semakin dekat dengannya. Kini gadis itu sudah berdiri dihadapannya, semakin terlihat jelas saja kecantikan istrinya itu.
"Pengantin perempuannya boleh cium tangan suaminya..silahkan". Penghulu mempersilahkan.
Diandra mengulurkan tangannya untuk menyalami Abi, dengan senang hati Abi membalas uluran tangan Diandra yang saat ini tengah mencium punggung tangannya.
" Tahan dulu.." Seorang fotographer yang sudah disewa memberi instruksinya. Meski enggan, Diandra menurut. Ia tak ingin mempermalukan dirinya, cukup dirinya yang tahu arti dibalik pernikahan ini. Orang lain tak perlu tahu aibnya dan keluarganya.
"Oke..gantian ya. Mas Abi yang cium kening istrinya". Abi menatap Diandra yang menatapnya dengan tatapan dingin, tak ada sedikit pun senyum dibibir tipis itu.
Perlahan Abi mendaratkan ciuman lembut dikening Diandra. Ia menikmati saat ini, ingin rasanya menghentikan waktu agar ia bisa terus begini.
" Tahaan.." Lagi, sang fotographer meminta adegan itu ditahan sedikit lama untuk bisa mendapat hasil jepretan yang bagus.
Bukan Diandra tak berdebar, namun sebisa mungkin ia menutupinya. Ia tengah membangun benteng untuk hatinya, menyiapkan segala kemungkinan terburuk tentang hatinya yang mungkin saja akan kembali terluka. Mencintai lelaki belasan tahun, bukan perkara mudah menghapus perasaan itu hanya dalam hitungan bulan. Apalagi tak pernah ada kata perpisahan diantara keduanya.
"Kita foto lagi..masing-masing pegang buku nikahnya ya.." Setelah selesai menandatangani berkas-berkas sang fotographer mengarahkan untuk mengambil beberapa gambar pengantin baru itu.
Diandra menghela nafas panjang, ia ingin segera menyelesaikan acara ini. Tak akan sanggup terlalu lama berada dekat dengan Abi. Hatinya masih terlalu rapuh, ia takut pendiriannya goyah. Dirinya tak munafik jika dirinya tak bisa menampik pesona seorang Abimana Argantara.
Acara berlanjut dengan resepsi setelah kedua mempelai berganti pakaian, kini para tamu tengah mengantre untuk memberi selamat pada Diandra dan Abi.
"Kamu dateng??". Mata Diandra berbinar melihat Naya hadir.
" Tentu..kamu menikah. Ya kali aku nggak dateng". Keduanya berpelukan sebentar.
Diandra melongok kebelakang tubuh Naya, namun ia tak melihat sosok yang ia cari. Yang ada dibelakang Naya hanya Al saja yang tampak tersenyum tipis padanya. Ia mengangguk sopan pada Al, bagaimana pun Al masih bosnya.
"Dia nggak bareng kamu?". Tanya Diandra pelan. Naya yang mengerti siapa yang dimaksud Diandra hanya menggeleng lemah. Hubungan Diandra benar-benar pelik dan rumit.
" Ini nggak akan mudah buat dia Di..yaaa..kamu tahu sendiri gimana perasaan dia ke kamu". Naya mengelus lengan Diandra yang tersenyum kecut.
"Terimakasih atas kehadirannya pak. Saya merasa terhormat anda hadir disini.." Diandra membungkuk sedikit tanda hormatnya pada Al.
"Suamimu juga rekan bisnisku..lagipula kamu sahabat baik calon istriku". Al tersenyum menanggapi Diandra.
" Selamat atas pernikahanmu. Semoga kalian bahagia sampai maut memisahkan". Ucap Al tulus yang hanya ditanggapi senyum tipis oleh Diandra.
"Terimakasih pak Yohan..terimakasih atas doa dan kehadirannya". Abi angkat bicara.
" Dimas.." Gumam Diandra membuat Naya menoleh pada fokus tatapan Diandra. Disana ia melihat Dimas tampil gagah dalam balutan kemeja batik panjang dipadu dengan celana hitam dan sepatu hitam mengkilat. Tampilan urakannya entah terhempas kemana, yang Naya lihat saat ini hanya Dimas yang sangat tampan dan klimis.
"Selamat Di.." Dimas menyodorkan sebuket bunga mawar kepada Diandra yang menerimanya dengan mata berkaca-kaca.
"Makasih..aku kira kamu nggak akan dateng". Diandra menyeka sudut matanya yang basah.
" Aku udah janji..aku pasti tepatin janji aku ke kamu". Diandra dapat melihat dengan jelas tatapan penuh luka yang coba Dimas tutupi dengan senyumannya.
"Maaf.." Lirih Diandra. Sementara Dimas hanya tersenyum dan mengelus pucuk kepala Diandra penuh kasih sayang hingga membuat Abi seperti terbakar.
"Nggak ada yang salah Di..aku yakin kamu sudah memikirkannya". Betapa bijaknya Dimas. Sifat selengekannya hilang seketika.
Tiba-tiba Naya menghampiri Abi dan menangkupkan kedua tangannya.
" Selamat atas pernikahan anda tuan Abi..saya mendoakan yang terbaik untuk pernikahan anda dan sahabat saya". Naya mendoakannya tulus.
"Terimakasih". Sahut Abi dengan senyum tipis menghiasi bibirnya.
" Saya tidak tahu seperti apa kisah anda dan Diandra. Saya juga tidak tahu bagaimana anda dan perasaan anda. Tapi yang saya tahu pasti, Diandra gadis yang sangat baik..sangat sangat baik". Naya menjeda ucapannya untuk menghirup udara.
"Jadi saya mohon..tolong jaga dan bahagiakan sahabat saya bagaimana pun caranya". Naya berkata dengan tegas, menatap netra tajam yang juga tengah menatapnya.
"Diandra mungkin memang terlihat sangat kuat dan tegar..tapi dia tetap perempuan. Hatinya tetap lembut dan saya yakin anda tahu pasti soal itu. Dia tidak akan berdiri disini jika hatinya tidak selembut itu, dia bisa saja menjadi manusia egois..tapi dia tidak melakukannya. Jadi saya mohon, jaga dan jangan pernah sakiti dia". Abi terhenyak, rupanya gadis didepannya mengetahui segalanya tentang dirinya dan Diandra serta kisah mereka.
" Saya akan melakukan apapun untuknya..meski tanpa diminta oleh siapapun". Abi menatap Diandra penuh cinta. Yang ditatap masih asyik dengan Dimas.
"Anda tidak perlu meragukannya..saya akan menjaga dan membahagiakannya semampu saya". Abis tersenyum lagi pada Naya untuk meyakinkan gadis itu.
" Kamu harus bahagia..mengerti??". Dimas menatap dalam mata jernih Diandra yang kini mulai berembun lagi. Gadis itu hanya mengangguk saja menjawab ucapan Dimas.
"Ya..kamu harus bahagia Di. Jika tidak, maka aku dan Dimas akan kesini dan membawamu pergi bersama kami". Kelakar Naya membuat Diandra tertawa pelan.
" Kamu juga harus bahagia Dim..jangan hanya menyuruh dia bahagia". Naya menepuk pelan pundak Dimas yang tersenyum getir.
"Aku akan sangat bahagia kalau dia bisa bahagia Nay.." Tangis yang coba Diandra tahan akhirnya tak bisa lagi ia tahan. Dimas terlalu baik, dan dirinya sudah berbuat kejam menghancurkan hati lelaki sebaik Dimas.
"Aku tidak mau tahu..aku hanya mau kalian berdua bahagia". Ketiganya berpelukan dengan hangat.
" Terimakasih. Kalian teman terbaikku.."
Acara termehek-mehek ketiganya harus disudahi ketika Al menghampiri Naya dan mengajaknya pulang.
"Aku pamit Di..semoga secepatnya kita ketemu lagi ya". Pamit Naya pada Diandra.
" Ehm...maaf pak Yohan". Al mengurungkan niatnya untuk pergi karena panggilan Diandra.
Diandra mengutarakan maksudnya, dirinya tahu peraturan perusahaan yang mengharuskan pegawai yang hendak resign tetap bekerja selama satu bulan setelah surat pengunduran dirinya diajukan. Namun kondisinya kini berbeda, dirinya memiliki Gaara. Tak mungkin baginya meninggalkan Gaara, bayi itu sudah terlalu bergantung padanya.
"Tidak perlu khawatir..khusus untukmu, aku akan memberi pengecualian". Diandra bernafas lega karena Al mempermudah segalanya.
" Terimakasih banyak pak..sekali lagi Terimakasih ". Diandra menangkupkan kedua tangannya.
" Tidak perlu sungkan.." Al benar-benar membawa Naya pergi. Diandra menatap punggung sahabatnya yang menjauh.
"Aku juga harus pergi Di.." Diandra menatap Dimas yang masih ada disampingnya.
"Secepat itu?". Tanya Diandra pelan hingga membuat Dimas terkekeh.
" Kita masih bisa bertemu lagi.." Dimas menenangkan.
"Boleh peluk sekali lagi.." Pinta Diandra membuat Dimas langsung merentangkan tangannya.
Diandra memeluk Dimas, ia kembali terisak. Sungguh semua terasa sulit untuknya. Dimas menghampiri Abi setelah melepas pelukannya dengan Diandra.
"Aku harap tidak akan ada lagi air mata Diandra setelah kalian menikah. Karna jika tidak..aku akan dengan senang hati membawanya pergi dari mu". Dimas menjabat tangan Abi yang menyeringai mendengar penuturan Dimas.
" Aku pastikan..kau tidak akan memiliki kesempatan itu". Abi membalas ucapan Dimas dengan tenang.
"Ya..semoga saja. Karna kapanpun dia memintaku, aku akan selalu ada. Jadi berhati-hatilah..jaga perasaannya dan jangan lagi membuatnya menangis". Dimas menepuk pundak Abi beberapa kali sebelum berlalu dari hadapannya.
######
kasih triple up nih ya..semoga pada nggak bosen bacanya ya semuaaa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Blue Ocean💋
emang cerita bahlul ini... mana ada wanita mau kyak diandra, kalo sy ogah kalo mau ngurus ponakan ya ckup jd tantenya aja... diandra juga bego hatinya dipermainkan
2023-12-19
0
Haslinda
tanpa permisi air mata aku ngalir thor😭
2022-10-10
1
Rina Maria
kalau hanya ingin ngurus anak udah ngurus aja ga usah nikah sama bapak nya yang ga tahu malu
2022-10-01
0