"Ssstt..." Dimas mengelus punggung Diandra agar gadis itu bisa tertidur dengan nyenyak. Naya sudah terlelap sejak tadi, namun dirinya masih belum bisa mengistirahatkan matanya lantaran Diandra terus mengigau dan meracau, memaki dan mengumpati lelaki bernama Abi yang dulu begitu ia dewakan. Dimas tak tahu apa yang terjadi, namun yang ia tahu bahwa hubungan Diandra sedang tidak baik-baik saja dengan keluarganya.
" Tidur kalian benar-benar nyenyak". Diandra mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk kedalam kornea matanya. Ia melihat Naya sedang duduk disofa ruang tamu itu dengan secangkir teh hangat.
Seperti yang sudah berlalu, Diandra akan terbangun didalam rengkuhan hangat Dimas.
"Ayo pasangan kekasih..bangun lah". Ucap Naya.
"Aku sudah membuatkan kalian air lemon agar pengar kalian hilang. Jadi cepat minum selagi hangat".
Diandra melepaskan diri dari rengkuhan Dimas yang masih terlihat begitu nyenyak dalam tidurnya. Diandra bangkit dan berjalan menuju meja makan yang diatasnya sudsh ada dua cangkir air lemon hangat.
" Apakah semalam aku tidur dalam pelukannya? ". Tanya Diandra yang sudah memegang cangkir berisi air lemon hangat yang dibuat Naya.
" Ya..seperti yang sudah-sudah. Kenapa kalian tidak berkencan saja kalau begitu". Mendengar celotehan Naya, Diandra terkekeh pelan. Ya, Naya tak tau bagaimana rumitnya kisah percintaannya.
"Hei tuan tidur..bangun dan minumlah lemon hangatmu". Naya menggoyangkan tubuh Dimas yang bergerak meregangkan ototnya.
" Jangan ganggu aku..aku masih mengantuk". Gumam Dimas dengan suara seraknya.
"Minumlah dulu..setelahnya lanjutkan tidurmu dikamar". Diandra sudah membawakan air lemon untuk Dimas yang memaksa tubuhnya untuk duduk dan segera meminum air penawar pengar nya itu.
" Terimakasih Di.."
"Berterimakasihlah pada teman terbaik kita ini. Kalau tidak ada dia, mungkin kita akan dilempar keluar club". Diandra terkekeh pelan.
" Kamu memang terbaik Nay.." Naya hanya tersenyum mendengar ucapan teman lelakinya itu.
"Kamu masih sangat mengantuk??". Tanya Naya dijawab anggukan kepala oleh Dimas.
" Semalam ada yang terus meracau dan menangis, jadi aku harus terjaga semalaman untuk membuatnya tenang dan tidur pulas".
"Aku baru bisa tidur saat adzan subuh berkumandang. Jadi sekarang aku masih mengantuk". Sindir Dimas melirik Diandra yang tampak acuh.
" Kenapa kalian tidak berpacaran saja?". Tanya Naya membuat keduanya tertawa.
"Kami?? Yang benar saja Nay. Apa kami sangat cocok??". Tanya Dimas mengerling jahil pada Naya.
" Ya..kalian jauh lebih romantis daripada sepasang kekasih. Sepasang kekasih gila". Cibir Naya membuat keduanya terbahak melihat reaksi kesal Naya.
"Aku masih sangat mengantuk, jadi nona-nona..jangan ada yang mengganggu tidurku. Aku ingin tidur sampai siang nanti". Peringat Dimas setelah menandaskan air lemonnya dan beranjak menuju kamar kedua gadis itu untuk melanjutkan tidurnya.
Sepeninggal Dimas, kini hanya ada Naya dan Diandra yang berada diruang tamu. Naya terlihat beberapa kali mencuri pandang pada Diandra yang rupanya menyadari gerak gerik Naya.
" Ada apa Nay?? Ada yang ingin kamu bicarakan??". Tanya Diandra yang seolah paham dengan keraguan Naya.
"Ehmm..."
"Bilang aja..kaya ke siapa aja sih kamu tuh". Diandra coba meyakinkan Naya untuk memberitahunya.
" Beberapa hari lalu ada yang menelpon ke kantor, dan---"
"Daaan???". Tanya Diandra tak sabar
" Dia menanyakan apakah ada karyawan bernama Diandra bekerja disana atau enggak". Diandra diam, berpikir tentang siapa yang menanyakan keberadaannya.
"Si-siapa??". Tanya Diandra yang matanya terfokus pada cangkir berisi air lemon hangat yang hanya menyisakan setengahnya.
" D-dia bilang...mama mu". Naya kembali diam saat melihat wajah Diandra semakin menegang.
"K-kamu jawab apa Nay??". Tanya Diandra kalut. Mau apa lagi mereka mencari dirinya.
" Aku mengatakan tidak ada karyawan bernama Diandra..karena kamu pernah bilang bahwa kamu sebatang kara. Makanya aku ragu mau memberitahu penelpon itu".
Diandra menghela nafas lega mendengar penuturan Naya. Syukurlah Naya tidak memberitahu orang itu trntang keberadaan nya.
"Apa aku melakukan kesalahan dengan mengatakan itu Di??". Diandra tersenyum dan menggeleng kuat.
" Terimakasih..kamu sudah melakukan hal yang sangat membantuku Nay".
"Aku tahu ini urusanmu..tapi jika kamu merasa kamu butuh orang untuk mendengar kan. Maka aku akan dengan senang hati mendengar ceritamu Di.."
"Kapanpun kamu siap untuk bercerita., aku akan siap mendengarkan, aku yakin nggak mudah menyimpan luka sendiri". Naya memeluk Diandra sebentar sebelum melepaskannya.
" Jadi jangan pendam sakit itu sendiri Di..jangan biar kan hatimu mati karna luka". Diandra memeluk Naya yang telah melepas pelukannya, ia kembali menangis dipelukan Naya yang dengan sabar mengelus punggungnya.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi Dimas mendengarkan semua percakapan mereka. Hatinya semakin dipenuhi rasa penasaran tentang apa penyebab Diandra menghindari keluarganya.
********
"Si mbak Dina kenapa sih Dim? Kayanya sama Naya ada dendam pribadi". Diandra dan Dimas tengah menikmati makan siangnya dikantin.
Beberapa menit lalu, ia berusaha mengajak Naya makan siang. Namun Dina, seniornya tidak membiarkannya. Entah ada masalah apa hingga membuat wanita yang mengaku senior itu membuat Naya selalu dalam kesulitan.
" Kaga tau juga lah.." Dimas melanjutkan makannya. Meski sebenarnya ia juga penasaran tentang apa alasan Dina begitu membenci temannya.
"Udah cepetan makannya. Kita bungkusin buat Naya. Kasian tu anak belum makan.." Dimas menyadarkan Diandra yang melamun.
Satu minggu ini, Diandra dan Dimas selalu ditugaskan Dina untuk meeting-meeting diluar kantor. Hingga mereka tidak ada waktu untuk sekedar membantu Naya.
Diandra masuk kedalam apartemennya dan bergegas membersihkan diri. Seperti biasa, Naya belum kembali. Karena selama satu minggu ini Naya selalu pulang malam. Entah pekerjaan apa yang diberikan Dina pada temannya itu.
Jarun jam terus bergerak, namun belum ada tanda-tanda temannya akan kembali. Diandra semakin gusar dan tidak tenang. Perasaannya semakin tak menentu karena memikirkan Naya yang tak kunjung pulang.
"Hallo Dim.."
"Kenapa Di??"
"Naya belum pulang. Aku khawatir". Dari suaranya, Dimas yakin jika Diandra sedang panik.
" Aku ketempat mu dulu. Nanti kita susul ke kantor".
"Cepat..ini udah malam tapi Naya nggak pulang-pulang".
" Iya..tenanglah".
Panggilan telepon terputus, Diandra berjalan hilir mudik didalam apartemen. Sungguh ia sangat mengkhawatirkan kondisi Naya sekarang ini.
"Kamu dimana sih Nay.." Gumam Diandra
Berulang kali Diandra menelpon dan mengirim pesan pada Naya. Namun tak ada satupun pesannya yang dibalas.
Bunyi bel apartemen berbunyi membuat Diandra bergegas keluar. Itu pasti Dimas, karena lelaki itulah yang tadi membuat janji dengannya. Dan benar saja, saat Diandra membuka pintu apartemennya. Dimas sudah berdiri disana.
"Kita susul ke kantor Dim.."
Sebelum Dimas menjawab, Diandra sudah menarik tangan lelaki itu hingga pasrah mengikutinya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai dikantor, karena memang jarak kantor dan apartemen nya tidak terlalu jauh. Sampai dikantor hanya ada dua orang security yang masih berjaga. Dengan alasan mengambil berkas, keduanya masuk kedalam ruang kerjanya.
Mata keduanya melebar saat tidak menemukan Naya disana, justru kondisi ruangan yang berantakan membuat keduanya semakin khawatir. Diandra kembali mencoba menghubungi Naya.
" Nay.. kamu dimana?!! Kenapa belum pulang??"
"Aku dan Dimas sampai menyusulmu ke kantor. Tapi tidak ada.."
"Dan kenapa ruangan kerja kita berantakan begini Nay. Kamu baik-baik aja kan Nay???".
" Nay jawab aku. Jangan membuat aku khawatir.. "
Diandra langsung memberondong Naya dengan berbagai pertanyaan setelah sambungan teleponnya diangkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Juwita Vena
sebenerny apa sih yg terjadi sama naya
2022-06-05
0
Indah Tuk Di Kenang
lanjut thorrr😊😊semangat upya💪🏻💪🏻💪🏻
2022-02-23
1