Pergi

Pagi ini Diandra membuka matanya yang terasa berat. Ia berharap semua yang terjadi hanya mimpi buruknya saja. Semalam ia kembali menangis, menangisi takdir yang begitu tidak berpihak padanya. Entah jam berapa ia tertidur karena terlalu lelah menangis.

Gadis itu duduk ditepian ranjang, menatap sekeliling kamar dan berharap ia berada diapartemennya. Namun rupanya apa yang ia alami hari kemarin bukanlah sebuah mimpi. Ia melihat kopernya teronggok disamping lemari pakaiannya.

Diandra menghela nafas berat, memejamkan matanya karena pusing yang tiba-tiba mendera kepalanya. Diandra bangkit, berjalan masuk kedalam kamar mandi yang ada didalam kamarnya. Mungkin dengan mandi, kepalanya akan terasa lebih ringan dan pusingnya berkurang.

Hampir satu jam Diandra merendam tubuhnya didalam bathup hingga tubuh nya terasa lebih ringan. Ia keluar, menatap pantulan dirinya dicermin.

Senyum getir tampak menghiasi bibirnya. Wajahnya terlihat seperti mayat hidup dengan mata menghitam dan bibir yang terlihat pucat. Setelah memilih pakaian yang akan ia pakai dan menggantinya, Diandra duduk didepan meja riasnya. Ia harus menutupi jejak air mata yang semalam menjadi saksi bisu kehancurannya.

Ia tak ingin orang-orang tak punya hati itu melihatnya dalam kondisi seperti ini, kondisi mengenaskan dan rapuh. Semalam Diandra sudah berpikir, ia akan segera pergi dari rumah terkutuk itu. Semalam ia juga sudah mengirimkan lamaran pekerjaan dikota lain. Ia berharap diterima dan tidak perlu lagi bertemu dengan orang-orang itu.

"Oke Di..kamu pasti bisa". Diandra menyemangati dirinya sendiri. Mensugesti bahwa dirinya sanggup menghadapi kenyataan pahit ini.

Perlahan ia melangkahkan kaki jenjangnya, perutnya harus ia isi. Karena berpura-pura kuat juga butuh banyak energi bukan.

Langkahnya terhenti ditengah tangga ketika melihat pasangan yang sangat menjijikkan didepannya. Namun ada dua orang lain yang juga ada dimeja makan. Dari raut wajahnya, jelas kedua orang itu sangat terkejut melihat kehadiran Diandra.

" Dek..makan dulu. mbok Tun udah masakin makanan kesukaan kamu". Deanita bangkit dari duduknya hendak mendekati sang adik.

Diandra melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan orang-orang yang terus menatap padanya. Tak ada sedikitpun senyuman yang tersungging dibibirnya.

Diandra duduk dikursi yang memang biasa menjadi tempatnya. Berhadapan dengan orang-orang memuakkan yang terus menatapnya.

"Diandra sayang..Gimana kabar kamu nak??". Ana, ibu dari Abi berusaha mencairkan suasana.

" Seperti yang anda lihat". Sahut Diandra dingin. Ana dan Ihsan, suaminya begitu terkejut mendengar suara dingin Diandra. Bahkan tidak ada lagi sapaan mama dan papa untuk mereka.

Sejak duduk dibangku SD, Diandra sudah terbiasa memanggil kedua orang tua Abi dengan sebutan papa dan mama. Itu karena memang hubungan mereka sudah terjalin sangat erat. Dan hari ini, gadis manis nan ceria yang dulu selalu menghibur Ana telah menghilang, berganti dengan gadis dingin yang tak mau tersenyum.

"Makan yang banyak ya.." Deanita berusaha bersikap biasa meski ia tahu adiknya akan tetap mendiamkannya. Ia bahkan mengisi piring adiknya dengan nasi dan lauk kesukaan Diandra, seperti sebelum-sebelumnya yang ia lakukan jika keduanya dalam keadaan baik-baik saja.

"Makan ya sayang.." Deanita menyunggingkan senyum saat Diandra mengambil piring yang sudah ia siapkan. Namun senyuman itu musnah seketika saat piring itu digeser kesamping. Diandra lebih memilih mengambil piring baru dan mengisinya sendiri.

"Dek.." Lirih Deanita menahan air matanya. Sungguh hatinya sakit tak terperi melihat adiknya begitu membencinya.

"Aku tidak bisa makan makanan yang sudah tersentuh tangan menjijikkanmu itu". Sarkas Diandra membuat Suasana semakin panas.

Abi yang sudah tidak tahan dengan sikap kasar Diandra menggebrak meja hingga membuat semua orang terkejut, namun tidak dengan Diandra. Gadis itu tetap melanjutkan makan nya seolah tidak terjadi apapun.

" Cukup Diandra!!! Kamu sangat kekanakan!!". Bentak Abi yang langsung membuat Deanita panik.

"Jangan merasa bahwa hanya kamu orang yang tersakiti Di!!! Itu terlalu berlebihan!! Kamu yang tidak mau mendengarkan penjelasan kami, Jadi jangan bersikap seolah hanya kamu yang tersakiti disini!!". Sarkas Abi membuat tangan Diandra yang sudah menyendok nasi terhenti.

Ia menurunkan kembali sendoknya dan menatap tajam pada lelaki yang sejujurnya masih ada didalam hatinya. Sudut bibirnya terangkat hingga membentuk senyuman yang amat sinis. Abi terhenyak melihatnya, selama belasan tahun bersama, tak pernah sekalipun ia melihat Diandra seperti saat ini.

" Jadi aku harus bagaimana?? Haruskah aku menjadi tersangka dibanding menjadi korban?? Dan istrimu ini.." Diandra menunjuk Deanita yang sudah kembali menangis dengan telunjuknya.

"Dia korbannya..begitu maksudmu? Mendengarkan apa?? Mendengarkan pembenaran kalian atas semua yang sudah terjadi ini?!". Sengit Diandra membuat semua bungkam.

" Kalian benar-benar memuakkan hingga membuatku mual. Aku sudah kehilangan selera makanku!!". Diandra membanting sendoknya dan berlalu, meninggalkan empat orang yang menatap sedih punggung Diandra yang semakin menjauh.

"Kamu nggak harusnya bentak Diandra, Bi". Ucap Deanita yang duduk lemas disamping Abi.

" Dia pasti semakin kecewa, Abi". Mama Ana tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya melihat perubahan Diandra.

Sementara Abi hanya diam, tak ada seorangpun yang tahu bagaimana sakit hatinya, ia bahkan mengutuk dirinya yang sudah tega membentak dan memaki Diandra. Dirinya hanya merasa kehilangan Diandra, ia tidak bisa melihat Diandra yang selalu ceria dan ramah menjadi wanita penuh kebencian dan dendam. Dan s*alnya, ia salah satu penyebab gadis itu berubah.

Diandra masuk kedalam kamar dan membanting pintu kamarnya hingga menimbulkan bunyi yang sangat keras. Ia melampiaskan amarahnya pada pintu tak berdosa itu.

Ia kembali membuka kopernya, mencari pakaian yang nyaman untuk perjalanannya nanti. Ia sudah memutuskan akan keluar saat ini juga dari rumah yang dulu selalu ia rindui itu. Ia sudah tidak sanggup lagi ada disana.

Diandra kembali menatap kamarnya, meneliti adakah barang miliknya yang tertinggal. Ia sudah mengambil surat-surat penting miliknya. Setelah memastikan bahwa semua Sudah ada didalam kopernya, ia kembali melangkahkan kaki keluar dari kamarnya.

Berjalan menuruni tangga tanpa melirik apalagi melihat keberadaan orang lain disana. Sementara Deanita panik melihat Diandra membawa kopernya, apalagi penampilan adiknya sudah jelas menunjukkan bahwa gadis itu akan pergi.

"Dek.." Deanita bahkan sedikit berlari mengejar langkah lebar Diandra. Diikuti Abi dan kedua orang tuanya yang juga mengikuti nya keluar.

"Dek..kamu mau kemana??". Deanita berhasil mencekal pergelangan tangan adiknya hingga membuat langkah kaki adiknya terhenti.

" Kakak tahu kakak salah..kakak minta maaf dek. Tolong jangan benci kakak..ini sangat menyakitkan". Diandra tak menjawab, hanya tatapan sinis yang ia layangkan.

"Kakak akan melakukan apapun agar kamu memaafkan kakak dek..kakak mohon dek.." Deanita semakin meraung saat Diandra tetap bungkam. Melihat itu membuat Deanita sakit, ia memeluk adiknya erat seolah tak ingin melepasnya lagi.

"Jangan begini dek. Kakak rela menyerahkan nyawa kakak asal kamu bahagia.." Ucap Deanita

"Kenapa kamu nggak mati aja kalo gitu. Mungkin dengan begitu aku bahagia". Deanita mematung, masih dengan memeluk adik tercintanya. Sebesar itukah kebencian adiknya?? Sebegitu dalamkah luka yang ia torehkan dihati lembut adiknya itu?? Harusnya ia tahu jika jawabannya adalah iya. Bahkan mungkin lukanya sangat dalam hingga tak bisa diobati dengan apapun.

Diandra melepaskan pelukan kakaknya, menatap datar Abi dan Deanita secara bergantian. Sementara tubuh Deanita sudah luruh ke lantai, dirinya tak sanggup menghadapi kebencian adiknya yang sebegini besarnya.

Mama Ana langsung menghampiri tubuh Deanita dan memeluknya. Sementara papa Ihsan hanya bisa menjadi penonton saja.

Tanpa berkata apapun lagi, Diandra melangkahkan kakinya keluar dari rumah yang tak ingin lagi ia datangi.

" Kejar Diandra, Bi. Kejar!!". Deanita menyadarkan Abi dari keterkejutannya akan sikap Diandra.

Abi segera berlari keluar. Rupanya Diandra masih duduk diteras karena menunggu taksi yang ia pesan.

Abi ikut duduk dikursi samping Diandra. Ia menatap dalam wajah cantik gadis itu, semuanya masih sama. Mata indah itu, bibir tipis, hidungnya yang mancung serta wajah ayu itu, semuanya masih sama. Hanya pribadinya saja yang sudah tidak sama.

"Di.." Panggilan Abi seolah menjadi angin lalu. Diandra justru bangkit dan hendak berjalan menghampiri mobil taksi yang baru saja datang.

Abi langsung mencekal lengan Diandra. Namun lagi, gadis itu menghempas kuat tangan Abi. Ia tidak sudi disentuh oleh penghianat seperti nya.

"Aku akan melanjutkan hidupku. Sama seperti kalian melanjutkan hidup. Jangan pernah cari aku, dan jika suatu saat kita bertemu tanpa sengaja, anggap kalian tidak pernah mengenalku. Sama seperti aku tidak mengenal kalian!!". Setelah mengatakannya, Diandra berjalan menjauh, membawa luka dan sakit yang membelenggu hatinya.

Abi jatuh terduduk dikursi, Diandra nya benar-benar pergi. Diandra nya pergi membawa seluruh kebencian dan kekecewaannya. Pun dengan hati Abi yang ikut dibawa pergi oleh Diandra.

********

**Double up ya manteman..

Jangan lupa dukungannya ya**...

Terpopuler

Comments

Eliza Triwahyu

Eliza Triwahyu

Di sini Diandra benar2 baik,kuat...orang lain pasti sdh gampar tuh si kakak sm laki nya.se sayang & se cinta apapun klau sdh di khianati pasti bisa jd orang yg kejam tp di sini Diandra tdk bar2 sampai jambak2 an atau lainnya.Diandra hanya marah & lebih memilih pergi.
Klau aku yg jd Diandra...sdh tak bejek2 tuh laki kayak gitu,gak perduli apa alasan mrk yg penting sdh di khianati tanpa ada kejelasan dari awal sikat aja🤭

2022-07-20

3

Eliza Triwahyu

Eliza Triwahyu

apapun nanti alasannya tetap saja kebohongan itu adalah suatu kesalahan,krn lbh baik terluka karena di tusuk dari pada terluka krn di bohongi ...
di bohongi itu sakitnya minta ampun,apalagi ini selama setahun nggak pulang sdh rindu banget sm orang2 tersayang & mau beri kejutan eeee....malah dia nya di kejutkan,nyesek pasti lah siapa yg sanggup ada di pisisi Diandra.Kalau nggak kuat spt Diandra pasti sdh nangis2 bahkan sdh pingsan krn terlalu syok lihat pria yg di cintai dari kecil malah nikah sm kakak nya apalagi seluruh keluarga sdh tau bagaimana cinta Diandra

2022-07-20

1

menik

menik

kyak nya para laeder panas deh thor lbih baik buka smua rahasia apa yg sbnarnya terjadi...hehe

2022-06-27

0

lihat semua
Episodes
1 ramalan
2 Hamil
3 mbok Tun
4 Pergi
5 teman baru
6 penguntit
7 ada aku
8 khawatir
9 Naya
10 kencan
11 Perasaan Dimas
12 kedatangan mama Dita
13 makam
14 Siapa namamu?
15 baby Gaara
16 bimbang
17 Keputusan
18 SAH
19 Naya dan Dimas
20 demam
21 kita perlu bicara
22 kemajuan
23 membantu
24 bertemu teman lama
25 sandiwara
26 saatnya beraksi
27 Dalam bahaya
28 hukuman setimpal
29 dilema
30 sopir istimewa
31 Janji
32 Seandainya kamu tahu
33 menginap
34 pernikahan teman
35 bertemu musuh lama
36 Melupakan sejenak
37 kesalahpahaman
38 keseharian
39 trauma masa lalu
40 trauma masa lalu 2
41 pagi terindah
42 tamu tak diundang
43 ingin bahagia
44 misterius
45 Panca
46 cemburu
47 memulai cerita
48 benar atau hanya pembenaran
49 Akhir kita
50 Harus apa?
51 Nasehat teman
52 perasaan rindu
53 Disini?
54 halusinasi
55 Akhirnya kembali
56 Flashback
57 Gaara aman
58 gila?
59 Gaara
60 kamu anak mama, selamanya..
61 Hamil?
62 adik untuk Gaara
63 Ajaran mama
64 Baim dan nenek
65 mama dan papa baru
66 Malaikat Pelindung
67 kontraksi
68 trio macan
69 baby twins has come
70 kalian anak mama
71 Sakha dan Kara
72 Santan sachet
73 Ibrahim Maulana Argantara
74 Kejutan untuk mama
75 reuni
76 Saatnya kehancuranmu
77 apa kau yakin?
78 Apa aku bukan anak papa?
79 Abram
80 yang sebenarnya
81 surat
82 Bukan sekedar ancaman
83 sidang
84 Putusan sidang
85 hilang
86 rencana Gaara
87 melarikan diri
88 Akhirnya kamu kembali
89 akhir kisah Monika
90 Abram dan nasibnya
91 biang rusuh
92 Sekolah baru
93 Cinta dalam diam
94 kekhawatiran Nala
95 marah
96 wajar dia marah
97 tips
98 misi
99 hobi
100 Hanya sebatas adik?
101 kejut--an
102 kado
103 Nonton
104 introgasi
105 se frekuensi
106 pertolongan
107 mengungkapkan rasa
108 memikirkan cara
109 sebenarnya apa maumu
110 sekarang kita pacaran?
111 harus selalu bahagia
112 ayah
113 perjodohan
114 memulai perjuangan
115 berjuang bersama
116 calon mantu
117 Arkan
118 bolos
119 bismillah
120 ya, aku punya kekasih
121 kecewa
122 hanya butuh waktu
123 undangan
124 pembatalan adopsi
125 alasan
126 Akting bagus
127 peran sempurna
128 kehangatan keluarga
129 kembar aneh
130 calon imam
131 calon menantu idaman
132 pembalap
133 pelukan
134 panas
135 terbakar
136 terlalu berbahaya
137 waktunya mundur
138 kehilangan
139 kehidupan baru
140 setelah kepergian
141 mencari
142 apa aku siap?
143 salah paham
144 pingsan
145 galau
146 Antarkan dia
147 pelukan yang dirindukan
148 kursi roda
149 satu kamar
150 tekad
151 hal tak terduga
152 tatapan permusuhan
153 mengakhiri kesalahpahaman
154 Menahan malu
155 kapan lagi
156 seandainya, waktu itu
157 Kenapa harus seperti ini
158 Ayo bicara
159 it's oke
160 bully
161 calon istri
162 Ayo kita selesaikan
163 jadi semua itu benar??
164 pengakuan
165 travelling
166 adu jotos
167 debat
168 iseng
169 sama gila nya
170 lelaki tak tahu malu
171 menyenangkan
172 se tan
173 asisten edan
174 sesi baku hantam
175 luka pembawa berkah
176 mencuri kesempatan
177 kepergok
178 flashback
179 masih flashback
180 payah
181 usir saja dia
182 bolos??
183 Anala, i love you
184 mereka harus tau
185 Sedikit serangan
186 serangan pertama
187 serangan kedua
188 jangan dipaksakan
189 abang dimana
190 lawan seimbang
191 abang, ayo menikah
192 cepetan sadar!
193 mengantar bekal
194 bonus
195 fitting
196 aib
197 overdosis
198 menyesal?
199 tersiksa rindu
200 bukan up
201 End
202 bonchap1
203 bonchap2
204 bonchap 3 'end
Episodes

Updated 204 Episodes

1
ramalan
2
Hamil
3
mbok Tun
4
Pergi
5
teman baru
6
penguntit
7
ada aku
8
khawatir
9
Naya
10
kencan
11
Perasaan Dimas
12
kedatangan mama Dita
13
makam
14
Siapa namamu?
15
baby Gaara
16
bimbang
17
Keputusan
18
SAH
19
Naya dan Dimas
20
demam
21
kita perlu bicara
22
kemajuan
23
membantu
24
bertemu teman lama
25
sandiwara
26
saatnya beraksi
27
Dalam bahaya
28
hukuman setimpal
29
dilema
30
sopir istimewa
31
Janji
32
Seandainya kamu tahu
33
menginap
34
pernikahan teman
35
bertemu musuh lama
36
Melupakan sejenak
37
kesalahpahaman
38
keseharian
39
trauma masa lalu
40
trauma masa lalu 2
41
pagi terindah
42
tamu tak diundang
43
ingin bahagia
44
misterius
45
Panca
46
cemburu
47
memulai cerita
48
benar atau hanya pembenaran
49
Akhir kita
50
Harus apa?
51
Nasehat teman
52
perasaan rindu
53
Disini?
54
halusinasi
55
Akhirnya kembali
56
Flashback
57
Gaara aman
58
gila?
59
Gaara
60
kamu anak mama, selamanya..
61
Hamil?
62
adik untuk Gaara
63
Ajaran mama
64
Baim dan nenek
65
mama dan papa baru
66
Malaikat Pelindung
67
kontraksi
68
trio macan
69
baby twins has come
70
kalian anak mama
71
Sakha dan Kara
72
Santan sachet
73
Ibrahim Maulana Argantara
74
Kejutan untuk mama
75
reuni
76
Saatnya kehancuranmu
77
apa kau yakin?
78
Apa aku bukan anak papa?
79
Abram
80
yang sebenarnya
81
surat
82
Bukan sekedar ancaman
83
sidang
84
Putusan sidang
85
hilang
86
rencana Gaara
87
melarikan diri
88
Akhirnya kamu kembali
89
akhir kisah Monika
90
Abram dan nasibnya
91
biang rusuh
92
Sekolah baru
93
Cinta dalam diam
94
kekhawatiran Nala
95
marah
96
wajar dia marah
97
tips
98
misi
99
hobi
100
Hanya sebatas adik?
101
kejut--an
102
kado
103
Nonton
104
introgasi
105
se frekuensi
106
pertolongan
107
mengungkapkan rasa
108
memikirkan cara
109
sebenarnya apa maumu
110
sekarang kita pacaran?
111
harus selalu bahagia
112
ayah
113
perjodohan
114
memulai perjuangan
115
berjuang bersama
116
calon mantu
117
Arkan
118
bolos
119
bismillah
120
ya, aku punya kekasih
121
kecewa
122
hanya butuh waktu
123
undangan
124
pembatalan adopsi
125
alasan
126
Akting bagus
127
peran sempurna
128
kehangatan keluarga
129
kembar aneh
130
calon imam
131
calon menantu idaman
132
pembalap
133
pelukan
134
panas
135
terbakar
136
terlalu berbahaya
137
waktunya mundur
138
kehilangan
139
kehidupan baru
140
setelah kepergian
141
mencari
142
apa aku siap?
143
salah paham
144
pingsan
145
galau
146
Antarkan dia
147
pelukan yang dirindukan
148
kursi roda
149
satu kamar
150
tekad
151
hal tak terduga
152
tatapan permusuhan
153
mengakhiri kesalahpahaman
154
Menahan malu
155
kapan lagi
156
seandainya, waktu itu
157
Kenapa harus seperti ini
158
Ayo bicara
159
it's oke
160
bully
161
calon istri
162
Ayo kita selesaikan
163
jadi semua itu benar??
164
pengakuan
165
travelling
166
adu jotos
167
debat
168
iseng
169
sama gila nya
170
lelaki tak tahu malu
171
menyenangkan
172
se tan
173
asisten edan
174
sesi baku hantam
175
luka pembawa berkah
176
mencuri kesempatan
177
kepergok
178
flashback
179
masih flashback
180
payah
181
usir saja dia
182
bolos??
183
Anala, i love you
184
mereka harus tau
185
Sedikit serangan
186
serangan pertama
187
serangan kedua
188
jangan dipaksakan
189
abang dimana
190
lawan seimbang
191
abang, ayo menikah
192
cepetan sadar!
193
mengantar bekal
194
bonus
195
fitting
196
aib
197
overdosis
198
menyesal?
199
tersiksa rindu
200
bukan up
201
End
202
bonchap1
203
bonchap2
204
bonchap 3 'end

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!