"Aku pulang kak..berbahagia lah disana. Dan tenang lah.." Diandra menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya kasar.
"Aku akan menjadi ibu dari putramu. Aku berjanji akan menjaganya..walaupun kamu adalah wanita paling jahat yang pernah aku temui". Diandra tersenyum sedih.
" Anggap saja ini adalah balas budiku atas semua kasih sayang yang kakak berikan padaku selama ini.."
Entah karena apa, Diandra tiba-tiba merasa yakin untuk menerima dan menjalankan amanah sang kakak untuk menjadi ibu dari anaknya.
"Aku pulang kak..aku sayang kakak". Diandra mencium nisan Dea sebelum meninggalkannya.
Sepanjang perjalanan ia termenung, benarkah ini?? Sudah benarkah keputusan yang diambilnya?? Tidak terlalu cepatkah??
Jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah membuatnya memilih berjalan kaki untuk ke makam. Hingga sampai digerbang rumahnya, ia melihat mama Dita dan mama Ana yang menggendong Gaara yang tengah menangis keras. Ia mempercepat langkahnya untuk mendekat. Satu minggu ini, dirinya mencoba berdamai dengan keadaan dan selalu membantu mengurus Gaara, bahkan bisa dibilang dirinya lah yang paling utama mengurus bayi tampan itu.
Bahkan bayi itu seperti sudah mulai terbiasa dengan kehadirannya, hingga bayi mungil itu hanya akan tertidur jika dirinya lah yang menggendong.
" Kenapa?". Tak ada sapaan lembut seperti yang dulu sering dua nenek muda itu dengar. Dan mereka memakluminya. Karena mereka lah salah satu alasan gadis lembut ceria itu menghilang, berganti dengan gadis dingin nan datar yang sulit tersentuh. Hanya Gaara dan mbok Tun lah yang paling beruntung bisa melihat senyuman manis Gadis cantik itu.
"Mama tidak tahu sayang..tadi bangun tidur Gaara langsung menangis". Jelas mama Ana, sementara mama Dita hanya menatap putrinya dengan tatapan terluka. Entah sampai kapan ia akan sanggup menghadapi kebencian putrinya.
" Mungkin dia mencarimu, sayang.. " Mama Dita mencoba tersenyum, senyum palsu yang jelas terlihat dipaksakan.
"Kamu kenapa hm..bukankah kamu baru bangun tidur. Apa kamu lapar?". Diandra sudah mengambil alih tubuh Gaara dari gendongan mama Dita.
Mama Ana dan mama Dita tersenyum, bahkan tak butuh botol susu atau apapun untuk Diandra membuat bayi Gaara tenang.
" Kamu mencariku??". Diandra menciumi pipi Gaara yang semakin berisi dari pertama kali ia melihatnya.
Diandra melangkahkan kakinya memasuki rumah kedua orang tuanya dengan Gaara didalam dekapannya.
"Ya..keputusanku sudah benar. Bahkan kamu diam saat bersamaku.." Batin Diandra mencoba meyakinkan dirinya jika keputusannya untuk menerima permintaan terakhir kakaknya adalah yang paling benar. Gaara membutuhkannya, bayi tak berdosa itu membutuhkan dirinya. Ya..ia melakukan ini hanya untuk Gaara.
Namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap kedua wanita yang juga tengah menatapnya penuh kasih sayang itu.
"Nanti malam aku ingin bicara". Tanpa menunggu jawaban, Diandra kembali melangkahkan kakinya. Meninggalkan dua wanita yang bengong dan saling menatap mendengar ucapan Diandra. Banyak pertanyaan dibenak keduanya tentang apa yang ingin Diandra sampaikan pada mereka.
" Apa kamu sudah bersekongkol dengan ibumu?? hmm??? Kenapa sekarang kamu sering sekali menangis saat aku tinggal hmm?? Kalian benar-benar ibu dan anak yang serasi". Diandra menoel hidung mancung Gaara yang sudah ia letakkan diatas kasur dikamarnya. Sudah sejak beberapa hari lalu ia memindahkan Gaara kedalam kamarnya untuk memudahkannya merawat bayi itu. Karena pada kenyataannya, bayi itu hanya bisa diam jika dirinya yang menggendong nya. Benar-benar menyebalkan menurut Diandra, namun ia nyaman dan senang melakukannya.
"Waah..Sekarang kamu merasa sudah berhasil?? Senyummu menyebalkan sekali". Diandra mencebik saat melihat bayi mungil Gaara tersenyum.
*****
Semua orang sudah berkumpul diruang keluarga, mama Ana dan papa Herman, serta besannya dan juga Abi. Mereka menunggu Diandra keluar dari kamar.
Jika boleh jujur, saat ini mereka merasa was-was, takut jika Diandra menolak dan pergi lagi dari rumah itu. Tak lama Diandra datang dengan Gaara yang hampir tak pernah lepas darinya.
" Boleh titip Gaara sebentar mbok?". Pinta Diandra saat sudah berdiri dihadapan semua orang. Ia sengaja menitipkan Gaara pada mbok Tun agar memudahkannya menyampaikan apa yang menjadi keputusan nya.
"Boleh non..boleh banget. Sini kasep sama simbok.." Tubuh mungil Gaara sudah berpindah ke tangan mbok Tun.
Diandra terus menatap mbok Tun yang semakin menjauh dengan membawa tubuh Gaara. Ia lantas menghempaskan tubuhnya di sofa single yang ada disana, butuh beberapa waktu menyiapkan mentalnya untuk menghadapi semua orang yang kini tengah menatapnya menunggu dirinya berbicara.
"Aku akan menjalankan amanah kakak untuk menjadi ibu sambung untuk Gaara". Setelah berkali-kali menghela nafas, akhirnya Diandra berhasil menyampaikannya.
Hening sesaat, mungkin semua orang terkejut dengan keputusannya. Bahkan mungkin reader juga iya..pasti mau bilang, kok mau sih. Padahal jangan mau..iya kan?? hehehe
" Sa-sayang..apa semua ini benar? ". Mama Dita seolah tak percaya dengan keputusan yang Diandra ambil.
" A-apa itu artinya-----"
"Ya. Aku akan menikah dengan Abi". Potong Diandra cepat sebelum mama Ana selesai berbicara.
Semua orang tersenyum bahagia, pun dengan Abi. Tak pernah terbesit dibenaknya jika Diandra akan mau menerima permintaan terakhir Dea.
" Tapi..." Senyum yang mengembang dibibir semua orang perlahan memudar. Berganti rasa berdebar menanti kelanjutan ucapan Diandra.
"Tapi apa nak??". Tanya papa Herman was-was. Ia takut Diandra mengajukan persyaratan yang sulit.
" Pernikahan ini hanya sebagai status untuk Gaara. Tidak lebih! ". Tegas Diandra membuat semua orang terkejut.
"A-apa maksud kamu nak?". Tanya mama Dita.
" Aku rasa kalian tidak sedang hilang ingatan. Aku melakukan ini semua hanya untuk Gaara. Tidak lebih. Jadi jangan berharap pernikahan ini akan seperti pernikahan yang lain. Karena itu tidak akan pernah terjadi". Imbuh Diandra membagi tatapannya pada semua orang. Ia berkata dengan mantap tanpa keraguan, meski jika bisa jujur ia sebenarnya meragukan ucapannya.
" Tapi kalian akan tetap menikah secara resmi kan?". Tanya Mama Ana penuh harap.
"Itu terserah kalian. Yang pasti pernikahan ini aku lakukan hanya untuk Gaara".
" Ta---"
"Baiklah. Kami setuju.." Abi langsung angkat bicara sebelum sang ayah membuka suara. Ia tidak ingin Diandra berubah pikiran dan menolak menikah dengan dirinya. Biarlah sementara seperti ini, Abi akan berusaha merebut kembali hati Diandra setelah menikah nanti. Yang penting sekarang Diandra sudi menikah dengannya. Yang Abi pikirkan saat ini hanya Gaara, biarlah Diandra masih membencinya.
Diandra mengangguk kemudian bangkit dan meninggalkan semua orang yang menatap punggungnya semakin menjauh.
"Kenapa kamu menyetujuinya nak?". Tanya mama Dita cepat.
" Iya..apa kamu paham arti permintaan Diandra tadi?". Mama Ana menimpali
"Apa yang kita harapkan ma?". Tanya Abi menatap ibu dan mertuanya bergantian.
" Bahkan dia mau menjadi ibu untuk Gaara saja itu sudah suatu keajaiban. Mungkin jika aku yang berada diposisinya, aku tidak akan pernah sudi melakukan semua ini ma.." Dari sorot matanya, mama Ana dan mama Dita tahu jika Abi sangat terluka.
"Yang dikatakan Abi benar ma.." Papa Ihsan menimpali. Ia memahami jalan pikiran anaknya.
"Setidaknya Diandra mau menikah dengan Abi dulu. Setelah menikah, papa yakin kalau Abi akan bisa membuat Diandra kita kembali seperti dulu lagi". Papa Herman mencoba menenangkan para wanita yang terlihat resah.
" Mama harap begitu.." Gumam mama Dita menatap Abi sendu.
Semua terdiam dengan pikirannya masing-masing. Entah akan seperti apa kedepannya. Yang pasti kini mereka cukup merasa lega dengan keputusan Diandra yang menerima pernikahan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
lidia linda
kasian dong dimas nya
2024-07-09
0
Stdips
hisshhh greget bgt
2022-06-17
0
NiedaSofian
Kasian sama dimas
2022-06-17
0