Naya

"Nay??". Pekik Diandra kegirangan mendapati Naya berada diapartemen mereka. Diandra bahkan memeluk Naya seolah sudah puluhan purnama tak bertemu.

" Kamu kenapa sih. Kaya nggak ketemu setahun aja.." Kekeh Naya yang geli melihat sikap lucu Diandra.

"Kamu nggak tahu..aku khawatir banget sama kamu semalam. Aku telpon nggak diangkat, dikirim pesan nggak dibalas. Aku sampe ngajakin Dimas ke kantor buat nyusulin kamu..tapi kamu nggak ada. Duh aku udah kaya orang gila deh nyari kamu..taunya kamu enak-enak tidur ditempat cowok yang tiap hari telpon kamu.." Ada nada kesal diakhir kalimat Diandra. Namun Naya tahu itu hanya gurauan gadis itu saja.

Wajah Diandra langsung pucat begitu melihat Al ada disana, duduk dengan tenang diruang tamu apartemen mereka. Dan Naya menyasari perubahan ekspresi wajah teman baiknya itu.

"Kok kamu udah rapi sih??". Tanya Naya mengalihkan kegugupan Diandra yang kepergok membicarakan Al.

" Biasa..tu emaknya se tan nyuruh gue ama Dimas ke cabang kota sebelah. Tau tu orang sensi banget kalo aku ama Dimas dikantor nemenin kamu. Pengen aku awul-awul itu rambut perempuan setengah waras.." Sudah satu minggu ini Diandra selalu emosi tiap membahas Dina.

"Yaudah..aku duluan ya Nay. Dimas udah nunggu didepan.." Diandra memeluk Naya sekilas dan berlalu meninggalkan Naya.

"Saya duluan pak..mari.." Diandra membungkuk sedikit ketika melewati ruang tamu.

"Tidak mau memarahi saya dulu??". Al sengaja bertanya untuk menggoda Diandra yang langsung gelagapan.

" Eh..hehehe, maaf pak. Semalam saya kelepasan, saya khawatir sama Naya". Jawab Diandra sambil cengengesan

"Saya paham. Terimakasih sudah menjadi teman baik Kanaya". Al tulus mengucapkannya. Diandra hanya mengangguk dan kembali berpamitan.

" Kalau begitu saya permisi pak.." Al mengangguk dan gadis itu berlalu dari hadapannya.

Diandra pergi meninggalkan Al dan Naya, Dimas sudah menerornya dengan telepon sejak tadi hingga membuatnya terburu-buru.

####***####

Sore itu Diandra dan Dimas kembali setelah menyelesaikan pekerjaan mereka. Namun ada pemandangan yang berbeda, matahari belum tenggelam, namun Naya sudah lebih dulu sampai diapartemen.

" Tumben nih karyawan teladan kita udah ada dirumah?? ". Diandra yang baru datang bersama Dimas menatap heran Naya yang sudah duduk manis diruang tamu sambil menonton tv.

" Karyawan teladan gundulmu!". Sungut Naya membuat kedua temannya tergelak.

"Karyawan korban bully baru Iya!". Kembali Naya bersungut-sungut hingga membuat dua temannya terbahak-bahak.

" Nay.." Panggilan Dimas membuat Naya menoleh dengan sebelah alis terangkat.

"Yang dibicarain di grup tadi siang.." Naya mengangguk sebelum Dimas selesai berkata.

"Iya..tapi aku rasa ada yang emang sengaja pengen bikin aku didepak". Naya menghembuskan nafas kasar mengingat penelurusannya tentang pekerjaan tadi pagi.

" Maksud kamu?? ". Diandra duduk disamping Naya

" Kaya biasa..mbak Dina kasih kerjaan ke aku. Tadi dia suruh aku ketik surat kontrak perjanjian ama client buat rapat pak direktur. Pas udah selesai, aku udah cek berkali-kali dan emang semuanya udah sesuai dan sama persis kaya contoh yang dikasih mbak Dina.."

"Terus--terus..." Tanya Diandra tak sabar.

"Nilainya lumayan gede..sekitar 1.5M". Naya menjeda kalimatnya untuk mengambil nafas.

" Terus???". Tanya Diandra semakin tak sabar.

"Nabrak Di..terus-terus wae". Cibir Naya membuat Diandra nyengir.

" Makanya diem dulu Di..biar Naya kelarin cerita dulu". Omel Dimas membuat Diandra mencebik kesal.

"Yaudah..terus gimana??". Tetap saja Diandra merasa tak sabar.

" Aku udah cek berkali-kali semua yang aku ketik udah bener. Nggak ada satupun yang kelewat.."

"Mbak Dina nyuruh aku istirahat pas aku udah kelar ama kerjaan yang dia kasih. Pas aku balik..semua pada pucet".

" Kenapa???". Tanya keduanya cepat.

"Ish..kan katanya di grup udah dibahas. Gimana sih". Cebik Naya.

" Biar lebih afdol Nay.." Ucap Dimas nyengir.

"Dasar.." Cibir Naya. Namun tak urung Naya melanjutkan ceritanya.

"Mbak Dina maki-maki aku kaya biasanya, bilang aku bodoh, ceroboh dan sebagai nya lah--" Naya kembali menghela nafas panjang. Segala hal tentang Dina membuatnya kesal.

"Ternyata nilai kontrak yang aku masukin kurang satu nol nya--"

"APAAAA??? BENERAN??". Pekik keduanya membuat Naya sedikit berjingkat.

" Kan udah tau..kenapa kaget gitu sih.." Cibir Naya.

"Kita kira itu boong Nay.." Ucapan Diandra didukung anggukan kepala Dimas.

"Engga..semua bener". Sahut Naya lesu

" Sabar ya Nay..pasti berat banget tiap hari ditekan ama manusia jelmaan lampir itu". Diandra memeluk Naya dari samping sambil mengelus pundak temannya itu.

"Itu belum seberapa Di..ada yang lebih parah. Huh". Naya menghembuskan nafasnya kasar.

" Hah?? Apalagi??". Tanya Dimas kaget.

"Aku udah nggak kerja di divisi keuangan Di..Dim.." Terlihat jelas wajah lesu Naya. Kedua temannya semakin membelalakkan mata nya mendengar apa yang Naya ucapkan.

"Kamu dipecat??!!". Tanya keduanya serempak. Naya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan kedua temannya.

" Terus???". Naya terkekeh mendengar kekompakan Diandra dan Dimas.

"Kompak banget sih.." Goda Naya.

"Fokus Nay..fokus..ish". Diandra sudah tidak sabar mendengar penjelasan Naya.

" Hehehe..sabar dong ". Naya sengaja menggoda kedua temannya yang sudah sangat penasaran dengan menunda menjelaskan apa yang terjadi padanya siang tadi.

" Jadi gimana tadi? Kamu udah nggak kerja di divisi keuangan kan??". Naya mengangguk.

"Tapi kamu nggak dipecat??". Naya menggelengkan kepalanya hingga membuat kedua temannya semakin kebingungan.

"Jadi gimana sih??". Kesal Diandra

" Aku dipindahin.."

"KE..?????" Lagi dan lagi, Diandra dan Dimas menunjukkan kekompakan mereka.

"Jadi asisten bu Safira. Sekretaris nya direktur". Naya menunggu reaksi kedua temannya, namun keduanya justru mematung dan menatapnya begitu dalam. Tapi hal itu tak berlangsung lama..karena keduanya langsung berteriak.

" HAHHH??? YANG BENER KAMU NAY??".

"Kalian kenapa sih..heboh banget deh. Hah heh hah heh mulu". Meski sudah tahu keduanya selalu heboh, tapi Naya tak mengira akan seheboh ini.

" Kamu beneran jadi asisten nya bu Safira??? Kok bisa???". Tanya Diandra

"Aku juga nggak tau. Aku kira bakal dipecat..tapi malah disuruh jadi asistennya bu Safira yang bentar lagi mau cuti lahiran". Keluh Naya dengan wajah lesu

" Terus kerugian perusahaan??". Tanya Dimas semakin bersemangat.

"Untungnya pak direktur teliti sebelum meeting sama client. Beliau udah ngecek dulu..jadi sempet dibenerin sama pak Rian sama bu Safira sebelum dikasih ke peserta meeting salinan kontraknya". Kedua temannya menghembuskan nafas lega.

" Emang di grup nggak dibahas??". Tanya Naya dijawab gelengan kepala oleh dua temannya.

"Terus kenapa kamu malah udah dirumah duluan??". Tanya Diandra bingung. Pasalnya ini memang belum jam pulang kantor.

" Pak Rian sama bu Safira ngasih ijin buat aku pulang dulu. Tau kali mereka kalo aku tremor gara-gara kesalahan tadi".

"Mbak Dina serem engga Nay ngamuknya?". Tanya Dimas dengan wajah penasaran.

" Heuh..bukan lagi Dim. Setan se kantor masuk semua ke badan dia. Kuda lumping kesurupan juga kalah serem". Naya bergidik mengingat bagaimana Dina memaki dan meneriakinya siang tadi. Itu adalah pengalaman terburuk yang pernah Naya rasakan sepanjang 23tahun hidup didunia.

"Hahahahah.." Kedua temannya justru terbahak melihat wajah tertekan Naya.

"Tapi aku bingung deh Nay..itu orang sensi banget sama kamu. Padahal selama ini kita nggak pernah ganggu dia..boro-boro ganggu dia. Ngobrol aja hampir nggak pernah". Naya termenung mendengar ucapan Diandra. . Jujur saja dia juga tidak tahu mengapa seniornya itu begitu membencinya. Padahal seingatnya, Naya tak pernah sekalipun terlibat masalaah dengan Dina.

" Kalian liat ini deh.." Naya menggeser kertas kontrak kerja sama yang diberikan Dina dan laptop Naya yang juga menampilkan tulisan yang sama dengan kertas

"Kenapa??". Diandra dan Dimas merapat pada Naya.

" Coba kamu cek Di..apa mata aku yang rusak atau emang aku udah bener nulisnya".

Naya menyerahkan contoh kontrak kerja sama yang diberikan Dina pada Diandra dan meminta gadis itu mengeceknya.

Lama Diandra fokus, matanya berpindah dari kertas ke layar laptop. Dan Diandra mengulanginya berkali-kali, sama seperti yang Naya lakukan.

"Sama..ini udah sama persis kok. Jumlahnya juga sama.." Diandra menoleh pada Naya

"Coba nih kamu Dim.." Diandra ganti meyodorkan kertas yang dipegangnya dan menggeser laptop milik Naya.

Dimas melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Diandra sebelumnya. Bahkan lelaki itu terlihat lebih serius dibanding Diandra.

"Udah bener kok..terus gimana ceritanya salah???". Tanya Dimas.

" Kalian itung aja jumlah nol nya". Yakin sudah kini Naya, senior menyebalkannya itu memang ingin menyingkirkannya dengan cara kotor ini.

"Eh iya..kok kurang". Seru keduanya membuat Naya tersenyum miring.

" Ini gimana sih Nay.." Kedua temannya menatap Naya dengan tatapan bingung.

"Ya jelas kan..mbak Dina sengaja ngelakuin ini buat singkirin aku dari perusahaan". Mata kedua temannya terbelalak mendengar ucapan Naya.

" Ini sih sudah kelewatan Nay. Mbak Dina harus dikasih pelajaran". Diandra geram mengetahui kebenaran dari berita yang menghebohkan seisi perusahaan.

"Iya Nay..aku setuju sama Diandra. Kali ini kita nggak bisa diam aja.." Dimas tak kalah kesal mengetahui temannya menjadi korban kelicikan seniornya dikantor.

"Iya..aku juga nggak akan diam. Besok aku akan bilang sama bu Safira dan pak Rian".

" Kenapa nggak bilang sama direktur aja sih?". Tanya Diandra berapi-api. Ia sudah gatal ingin membuat Dina menebus kesalahannya. Selain itu, Diandra juga tahu jika dirut mereka memiliki hubungan spesial dengan Naya. Meski sepertinya temannya itu tak mengetahui apapun.

"Beliau pergi..kata bu Safira beberapa hari kedepan. Jadi aku belum bisa konfirmasi masalah ini sama beliau.." Naya menyandarkan punggungnya disofa dan memejamkan matanya.

"Sabar ya..kita pasti ada buat kamu kapanpun kamu butuh kok". Diandra memeluk Naya dari samping dan menyandarkan kepalanya di pundak Naya.

" Mau juga dong dipeluk.." Tak menunggu lama, Dimas langsung memeluk keduanya sekaligus.

Bahagianya Naya bertemu dengan dua orang baik ini, walaupun kadang keduanya aneh dan sering bertengkar. Namun Naya nyaman berada didekat mereka.

"Makasih ya..kalian emang terbaik".

#######

holla reader semua..maafin aku yang menghilang beberapa hari ini. Kondisi badan lagi nggak memungkinkan untuk nulis..

semoga masih setia nunggu kelanjutan ceritanya ya...

Terpopuler

Comments

Juwita Vena

Juwita Vena

tambah penasaran nih sama ceritany thor

2022-06-05

0

Biasalah

Biasalah

ceritain juga keadaan rumah tangganya kakak nya diandra sma abi juga dong thor

2022-03-02

3

lihat semua
Episodes
1 ramalan
2 Hamil
3 mbok Tun
4 Pergi
5 teman baru
6 penguntit
7 ada aku
8 khawatir
9 Naya
10 kencan
11 Perasaan Dimas
12 kedatangan mama Dita
13 makam
14 Siapa namamu?
15 baby Gaara
16 bimbang
17 Keputusan
18 SAH
19 Naya dan Dimas
20 demam
21 kita perlu bicara
22 kemajuan
23 membantu
24 bertemu teman lama
25 sandiwara
26 saatnya beraksi
27 Dalam bahaya
28 hukuman setimpal
29 dilema
30 sopir istimewa
31 Janji
32 Seandainya kamu tahu
33 menginap
34 pernikahan teman
35 bertemu musuh lama
36 Melupakan sejenak
37 kesalahpahaman
38 keseharian
39 trauma masa lalu
40 trauma masa lalu 2
41 pagi terindah
42 tamu tak diundang
43 ingin bahagia
44 misterius
45 Panca
46 cemburu
47 memulai cerita
48 benar atau hanya pembenaran
49 Akhir kita
50 Harus apa?
51 Nasehat teman
52 perasaan rindu
53 Disini?
54 halusinasi
55 Akhirnya kembali
56 Flashback
57 Gaara aman
58 gila?
59 Gaara
60 kamu anak mama, selamanya..
61 Hamil?
62 adik untuk Gaara
63 Ajaran mama
64 Baim dan nenek
65 mama dan papa baru
66 Malaikat Pelindung
67 kontraksi
68 trio macan
69 baby twins has come
70 kalian anak mama
71 Sakha dan Kara
72 Santan sachet
73 Ibrahim Maulana Argantara
74 Kejutan untuk mama
75 reuni
76 Saatnya kehancuranmu
77 apa kau yakin?
78 Apa aku bukan anak papa?
79 Abram
80 yang sebenarnya
81 surat
82 Bukan sekedar ancaman
83 sidang
84 Putusan sidang
85 hilang
86 rencana Gaara
87 melarikan diri
88 Akhirnya kamu kembali
89 akhir kisah Monika
90 Abram dan nasibnya
91 biang rusuh
92 Sekolah baru
93 Cinta dalam diam
94 kekhawatiran Nala
95 marah
96 wajar dia marah
97 tips
98 misi
99 hobi
100 Hanya sebatas adik?
101 kejut--an
102 kado
103 Nonton
104 introgasi
105 se frekuensi
106 pertolongan
107 mengungkapkan rasa
108 memikirkan cara
109 sebenarnya apa maumu
110 sekarang kita pacaran?
111 harus selalu bahagia
112 ayah
113 perjodohan
114 memulai perjuangan
115 berjuang bersama
116 calon mantu
117 Arkan
118 bolos
119 bismillah
120 ya, aku punya kekasih
121 kecewa
122 hanya butuh waktu
123 undangan
124 pembatalan adopsi
125 alasan
126 Akting bagus
127 peran sempurna
128 kehangatan keluarga
129 kembar aneh
130 calon imam
131 calon menantu idaman
132 pembalap
133 pelukan
134 panas
135 terbakar
136 terlalu berbahaya
137 waktunya mundur
138 kehilangan
139 kehidupan baru
140 setelah kepergian
141 mencari
142 apa aku siap?
143 salah paham
144 pingsan
145 galau
146 Antarkan dia
147 pelukan yang dirindukan
148 kursi roda
149 satu kamar
150 tekad
151 hal tak terduga
152 tatapan permusuhan
153 mengakhiri kesalahpahaman
154 Menahan malu
155 kapan lagi
156 seandainya, waktu itu
157 Kenapa harus seperti ini
158 Ayo bicara
159 it's oke
160 bully
161 calon istri
162 Ayo kita selesaikan
163 jadi semua itu benar??
164 pengakuan
165 travelling
166 adu jotos
167 debat
168 iseng
169 sama gila nya
170 lelaki tak tahu malu
171 menyenangkan
172 se tan
173 asisten edan
174 sesi baku hantam
175 luka pembawa berkah
176 mencuri kesempatan
177 kepergok
178 flashback
179 masih flashback
180 payah
181 usir saja dia
182 bolos??
183 Anala, i love you
184 mereka harus tau
185 Sedikit serangan
186 serangan pertama
187 serangan kedua
188 jangan dipaksakan
189 abang dimana
190 lawan seimbang
191 abang, ayo menikah
192 cepetan sadar!
193 mengantar bekal
194 bonus
195 fitting
196 aib
197 overdosis
198 menyesal?
199 tersiksa rindu
200 bukan up
201 End
202 bonchap1
203 bonchap2
204 bonchap 3 'end
Episodes

Updated 204 Episodes

1
ramalan
2
Hamil
3
mbok Tun
4
Pergi
5
teman baru
6
penguntit
7
ada aku
8
khawatir
9
Naya
10
kencan
11
Perasaan Dimas
12
kedatangan mama Dita
13
makam
14
Siapa namamu?
15
baby Gaara
16
bimbang
17
Keputusan
18
SAH
19
Naya dan Dimas
20
demam
21
kita perlu bicara
22
kemajuan
23
membantu
24
bertemu teman lama
25
sandiwara
26
saatnya beraksi
27
Dalam bahaya
28
hukuman setimpal
29
dilema
30
sopir istimewa
31
Janji
32
Seandainya kamu tahu
33
menginap
34
pernikahan teman
35
bertemu musuh lama
36
Melupakan sejenak
37
kesalahpahaman
38
keseharian
39
trauma masa lalu
40
trauma masa lalu 2
41
pagi terindah
42
tamu tak diundang
43
ingin bahagia
44
misterius
45
Panca
46
cemburu
47
memulai cerita
48
benar atau hanya pembenaran
49
Akhir kita
50
Harus apa?
51
Nasehat teman
52
perasaan rindu
53
Disini?
54
halusinasi
55
Akhirnya kembali
56
Flashback
57
Gaara aman
58
gila?
59
Gaara
60
kamu anak mama, selamanya..
61
Hamil?
62
adik untuk Gaara
63
Ajaran mama
64
Baim dan nenek
65
mama dan papa baru
66
Malaikat Pelindung
67
kontraksi
68
trio macan
69
baby twins has come
70
kalian anak mama
71
Sakha dan Kara
72
Santan sachet
73
Ibrahim Maulana Argantara
74
Kejutan untuk mama
75
reuni
76
Saatnya kehancuranmu
77
apa kau yakin?
78
Apa aku bukan anak papa?
79
Abram
80
yang sebenarnya
81
surat
82
Bukan sekedar ancaman
83
sidang
84
Putusan sidang
85
hilang
86
rencana Gaara
87
melarikan diri
88
Akhirnya kamu kembali
89
akhir kisah Monika
90
Abram dan nasibnya
91
biang rusuh
92
Sekolah baru
93
Cinta dalam diam
94
kekhawatiran Nala
95
marah
96
wajar dia marah
97
tips
98
misi
99
hobi
100
Hanya sebatas adik?
101
kejut--an
102
kado
103
Nonton
104
introgasi
105
se frekuensi
106
pertolongan
107
mengungkapkan rasa
108
memikirkan cara
109
sebenarnya apa maumu
110
sekarang kita pacaran?
111
harus selalu bahagia
112
ayah
113
perjodohan
114
memulai perjuangan
115
berjuang bersama
116
calon mantu
117
Arkan
118
bolos
119
bismillah
120
ya, aku punya kekasih
121
kecewa
122
hanya butuh waktu
123
undangan
124
pembatalan adopsi
125
alasan
126
Akting bagus
127
peran sempurna
128
kehangatan keluarga
129
kembar aneh
130
calon imam
131
calon menantu idaman
132
pembalap
133
pelukan
134
panas
135
terbakar
136
terlalu berbahaya
137
waktunya mundur
138
kehilangan
139
kehidupan baru
140
setelah kepergian
141
mencari
142
apa aku siap?
143
salah paham
144
pingsan
145
galau
146
Antarkan dia
147
pelukan yang dirindukan
148
kursi roda
149
satu kamar
150
tekad
151
hal tak terduga
152
tatapan permusuhan
153
mengakhiri kesalahpahaman
154
Menahan malu
155
kapan lagi
156
seandainya, waktu itu
157
Kenapa harus seperti ini
158
Ayo bicara
159
it's oke
160
bully
161
calon istri
162
Ayo kita selesaikan
163
jadi semua itu benar??
164
pengakuan
165
travelling
166
adu jotos
167
debat
168
iseng
169
sama gila nya
170
lelaki tak tahu malu
171
menyenangkan
172
se tan
173
asisten edan
174
sesi baku hantam
175
luka pembawa berkah
176
mencuri kesempatan
177
kepergok
178
flashback
179
masih flashback
180
payah
181
usir saja dia
182
bolos??
183
Anala, i love you
184
mereka harus tau
185
Sedikit serangan
186
serangan pertama
187
serangan kedua
188
jangan dipaksakan
189
abang dimana
190
lawan seimbang
191
abang, ayo menikah
192
cepetan sadar!
193
mengantar bekal
194
bonus
195
fitting
196
aib
197
overdosis
198
menyesal?
199
tersiksa rindu
200
bukan up
201
End
202
bonchap1
203
bonchap2
204
bonchap 3 'end

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!