Sejak saat itu, Diandra sering bermain ke rumah Abi. Bahkan kedua orang tua Abi sudah sangat hafal dengan gadis kecil berparas ayu itu.
"Tante Ana..." Teriak Diandra mencari ibu dari Abi.
"Diandra sayang.." Seorang wanita cantik berjalan mendekatinya dan langsung mengangkat tubuh mungilnya.
"Kak Abi belum pulang..Di main sama tante ya". Ana merasa senang, kehadiran Diandra selalu berhasil mengusir rasa sepinya ketika sang suami sedang ke kantor dan putra semata wayangnya belum pulang dari sekolah.
" Sudah pamit sama mama??". Tanya Ana yang tahu kebiasaan Diandra yang pergi tanpa berpamitan pada ibunya. Hingga beberapa kali ibu dan kakaknya dibuat kelimpungan mencari gadis mungil itu.
Kepala Diandra mengangguk lucu hingga membuat Ana tidak tahan untuk tidak menciumi seluruh wajah gadis itu.
"Tante..geli". Diandra tertawa karena kegelian.
Ana selalu berkata pada sang suami jika Diandra adalah calon menantunya. Entah lah, melihat keceriaan gadis kecil itu selalu membuatnya semakin sayang padanya tiap harinya.
flashback off
Diandra tersenyum ketika sekelebat bayangan masa kecilnya melintas dipikirannya. Ia semakin tidak sabar untuk sampai ke rumah dan melihat betapa terkejutnya keluarga yang ia cintai itu ketika melihatnya pulang lebih awal.
Diandra bergegas mengambil bagasinya dan mengantri taksi bandara. Wajahnya selalu dihiasi senyum, bayangan wajah tampan lelaki yang sudah mengisi hatinya belasan tahun itu membuat senyumnya semakin merekah dan menambah nilai kecantikannya.
" Mas Abi..aku udah balik.."
Diandra turun dari taksi, membayar ongkosnya setelah sang supir membantunya menurunkan koper miliknya dari bagasi. Ia bahkan memberi komisi lebih pada si supir sebagai bentuk kebahagiaannya bisa kembali ke tengah-tengah keluarganya.
Kaki jenjangnya melangkah dengan ringan menuju ruangan pertama rumah megah itu. Senyum dibibirnya pun tak pernah luntur.
Perlahan tangan nya membuka pintu utama rumah sang ayah, sangat perlahan..Diandra benar-benar berniat memberikan kejutan pada kedua orang tua dan kakaknya. Hari ini adalah hari minggu, jadi pasti kedua orang tua dan kakaknya ada dirumah.
Namun kenyataan tak selalu sesuai harapan. Apa yang disaksikannya saat ini membuat otaknya bekerja keras untuk mencernanya. Pun dengan tubuhnya yang seolah kehilangan tenaga hanya untuk menopang berat tubuhnya.
Bahkan tas tangan yang sejak tadi ia genggam erat sudah terjatuh hingga menimbulkan bunyi yang berhasil mengusik orang-orang yang sedang mengobrol dengan raut bahagia itu.
Diandra hampir kehilangan kesadarannya melihat semua yang ada didepannya, pandangannya mengabur karena desakan air mata yang memberontak ingin keluar. Namun sebisa mungkin ia menahannya. Ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa seperti ini.
Sama seperti Diandra, kedua orang tua dan kakaknya pun sama terkejutnya melihat sosoknya berada disana. Pun dengan lelaki yang langsung beringsut menjauh dari wanita berperut buncit yang tadi ia rangkul begitu mesranya.
"Diandra.." Hampir semua orang menggumamkan namanya.
"Sayang..kamu sudah pulang nak???". Dita yang sudah mampu menguasai rasa terkejutnya segera menghampiri anaknya dan hendak memeluknya. Namun langkahnya terhenti saat Diandra mundur beberapa langkah. Menatap sang ibu dengan wajah penuh pertanyaan.
" Bukankah kamu pulang besok nak??". Herman sang ayah ikut membantu istrinya. Namun sama, Diandra hanya menatap keduanya dalam diam.
"Kita bicarakan sambil makan nak. Kamu pasti lelah". Dita langsung menatap suaminya pertanda tak setuju. Sementara Herman meraih pergelangan tangan anaknya dan membawanya ke meja makan.
" Makan yang banyak ya sayang..mama sudah masak makanan kesukaanmu". Dita terus mengisi piring Diandra dengan nasi dan lauk pauk. Namun tak seujung sendokpun Diandra menyentuhnya.
Matanya tetap terfokus pada dua orang yang sejak tadi hanya diam duduk berdampingan dengan wajah terus menunduk itu.
"Bukankah papa bilang akan membicarakannya?". Tidak ada suara ramah Diandra seperti yang mereka dengar selama ini. Pun dengan wajahnya yang hanya menunjukkan ekspresi dingin tanpa sedikitpun senyum menghiasinya.
Herman terlihat menghela nafas berat, sudah satu tahun berlalu. Mungkin memang sudah waktunya putri bungsunya tahu kenyataan yang mereka tutupi selama satu tahun ini.
" Dia harus tahu ma..kita hanya akan semakin berdosa jika terus menutupinya". Herman mengatakannya dengan mata terfokus pada Diandra yang menunggu penjelasan tentang semua ini. Sementara Dita sudah menangis, perasaan bersalah pada putri bungsunya membuat nafasnya tercekat. Akan seperti apa kebencian dan kekecewaan putrinya itu padanya. Sungguh Dita tidak siap.
Diandra bukan lagi gadis berusia belasan tahun. Ia sudah cukup dewasa untuk mengetahui situasi apa yang ada didepannya kini. Namun dirinya masih berharap jika apa yang dipikirkannya bukanlah seperti apa yang sebenarnya terjadi.
"Kamu belum makan sesuap pun sayang..makan dulu ya". Dita yang sudah berderai air mata mencoba membujuk Diandra nya. Namun hanya tatapan dingin yang menjawab semua perlakuan hangatnya itu. Hatinya semakin sakit ketika melihat putri bungsunya yang biasa ceria itu berubah menjadi pribadi yang tak lagi mereka kenal.
" Aku tidak sedang ingin makan. Bukankah kalian akan menjelaskan sesuatu? ".
" Dea hamil.." Kata-kata yang meluncur dari mulut Herman hanya ditanggapi senyuman sinis oleh Diandra.
"Aku melihatnya". Sahutnya sinis.
Sementara kakaknya, Deanita. Wanita itu bahkan tidak berani mengangkat wajahnya untuk menatap adik tersayangnya. Perasaan bersalahnya jauh lebih besar ia rasakan. Harusnya ia tahu jika saat-saat seperti ini pasti akan terjadi, namun dirinya belum siap, bahkan mungkin tidak akan siap menghadapi kebencian adik tersayangnya itu.
" Kamu hamil? Hamil anak lelaki ini?". Deanita bungkam, hatinya serasa tertusuk ribuan jarum ketika tak ada lagi sapaan hangat adiknya.
Sementara Diandra, gadis itu menatap tak percaya pada lelaki yang ia percayakan seluruh hati dan harapannya selama ini. Benarkah ini?? Benarkah lelaki yang selalu membuatnya tersenyum itu sama seperti laki-laki ba jingan yang ada dihadapannya saat ini??
"Sayang..mama bisa jelaskan". Dita memegang lengan Diandra. Namun dengan perlahan Diandra menyingkirkan tangan lembut yang sudah merawat dirinya sejak bayi itu.
" Tidak perlu menjelaskan. Bukankah yang aku lihat sudah lebih dari jelas". Tak ada getaran sedikitpun dari suara Diandra, namun percayalah jika hatinya sudah hancur. Sangat hancur.
"Aku pergi. Permisi". Diandra bangkit setelah berpamitan. Ia berjalan menuju koper yang teronggok didepan pintu utama rumah ayahnya itu.
" Sayang..dengarkan mama". Dita menangis meraung memegang lengan putrinya. Sungguh ia tidak akan sanggup jika putrinya pergi dengan membawa kebencian dan kekecewaan seperti ini.
"Dek..dengarkan kakak. Kakak mohon.." Deanita juga menangis menatap penuh permohonan pada adiknya.
"Maafkan kami sayang..maafkan mama". Dita memeluk Diandra yang kaku dan tak membalas pelukannya sama sekali. Tatapan matanya penuh luka dan kebencian.
" Kenapa??". Deanita mengangkat wajahnya. Melihat mata adiknya sudah berembun didalam pelukan ibunya.
Ah..dia merasa jadi manusia paling jahat sekarang. Ia lah yang menyebabkan gadis ceria itu menjadi seperti sekarang. Jika bisa, ia ingin mengubah waktu dan memperbaiki kesalahannya.
"Maaf nak..kami punya penjelasan tentang semua ini". Herman tak sanggup melihat kehancuran salah satu putrinya.
" Kenapa?? Apa sekarang aku juga harus mengalah memberikan separuh hidupku untuk kakak?". Pertanyaan Diandra membuat kedua orang tuanya terhenyak.
Sementara Deanita menggeleng kuat saat bibir adiknya menyunggingkan senyuman yang begitu sinis menatap benci padanya.
"Aku nggak sekuat itu ma. Sejak kecil aku selalu mengalah dan memberikan mainanku pada Dea". Tangis Dea semakin pecah saat mulut adiknya menyebut namanya tanpa embel-embel kakak. Sedangkan Abi hanya bisa menunduk melihat kegaduhan yang dirinya juga termasuk penyebabnya.
#####
Selow-selow dulu aja ya bab awalnya..
Jumlah katanya nggak sebanyak cerita sebelumnya..
Semoga masih setia menunggu kelanjutannya. Jangan lupa dukungannya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Defi
Ikutan mewek 😥.. Di kamu kuat yang sabar ya
2023-03-07
0
Juwita Vena
lanjut thor semangat
2022-06-05
1