16

"Apa?!" Nia terkejut mendengar penyataanku.

"Sshh ... jangan keras-keras," Aku membungkam mulut Nia dengan tanganku.

"Terus, kamu pilih siapa?"

"Nggak ada, tiap hari mereka berantem karena aku."

"Makannya kamu harus pilih satu biar mereka berhenti tengkar, Kenjiro tuh sayang banget sama kamu." ucap Nia memberiku saran

"Tapi dirumah lebih dominan Yama_san yang mendekatiku."

"Yah ... ini cuman saran aku aja, lebih baik dengan Kenjiro_kun yang sudah terbukti sayang kamu."

"Iya ... iya ... Udah deh kekantin yuk."

"Mangkannya, kamu jadi orang terlalu cantik."

"Sekarang aja kamu bilang aku cantik, dulu mah nggak pernah."

"Hehehe ... perubahanmu drastis banget sih Sar."

Kami mengobrol ringan sambil berjalan menuju kantin. Tak ada pembicaraan lebih lanjut mengenai mereka, aku tak mau pusing lagi gara-gara hal ini.

Sepulang sekolah, betapa kagetnya aku saat kedua orang itu sudah berada di tempat parkir. Dengan gayanya masing-masing, Kenjiro duduk di kap mobil seperti biasa dan Yamakazu duduk dengan elegan didalam mobil mewahnya.

Aku berhenti seketika, menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan sambil menutup mataku.

"Tadi di omongin, sekarang muncul beneran." Nia berbisik ditelingaku.

"Udahlah ayo." Ucapku seraya menggandeng tangan Nia.

"Yama_san ... Ken ... " aku membungkuk memberi salam bergantian kepada mereka.

"Hari ini aku pulang sama Nia, bye ... " ucapku langsung berlari menuju mobil Nia.

"Pak ... cepet jalan pak." aku meminta sopirnya untuk segera melajukan mobil itu.

Mobil pun segera berjalan menjauhi area sekolah.

"Gila kamu yah, aku kaget setengah mati tadi."

"Hahaha ... biar aja mereka disana seharian, aku capek Nia." Aku tertawa terbahak-bahak.

"Ngomong baik-baik emang nggak bisa?"

"Ogah, yang ada nanti aku langsung di panggul paksa masuk kesalah satu mobil mereka." Aku memajukan bibirku bawahku.

"Wah ... sampe seperti itu yah, termasuk penculikan donk. Eh, tapi kalo yang nyulik ganteng kayak mereka, aku mau deh." Nia tertawa cekikikan sendiri.

"Jangan ngehalu siang-siang." Aku memukul ringan lengan Nia.

"Iya ... iya ... mau kemana kita?" Nia bertanya padaku.

"Terserah, aku nggak mau pulang dulu." ucapku.

"Kamu mau kabur dari rumah?"

"Ya enggak lah, bentar aku kirim wa mama dulu."

"Main ke rumah aku mau nggak?" ajak Nia.

"Boleh ... boleh ... " Sarah antusias.

Ma, Sakura main ke rumah Nia. Nggak usah dijemput, nanti Sarah pulangnya diantar Nia aja.

Isi text yang kukirimkan pada mama.

"Let's go ... " ucap kami berdua bersamaan.

Sesampainya di rumah Nia, sambutan hangat kudapatkan dari kedua orang tuanya.

"Makasih om, selama ini sudah bantu Sarah." aku membungkukkan badan berterimakasih pada ayah Nia selaku Kepala Sekolah.

"Tidak apa-apa nak Sarah, Nia-lah yang memintaku untuk melakukannya."

"Sekali lagi makasih." aku membungkukkan badan lagi.

"Sudahlah, silahkan anggap rumah sendiri. Om masih ada keperluan lain." Ucap Ayah Nia seraya beranjak dari duduknya.

Kami bermain seharian, bercanda, main game, dan makan siang di sana. Hingga malam tiba.

"Eh Nia, kamu anterin aku pulang yuk." ucapku.

"Oke."

Kami berdua turun menuju lantai dasar yang sialnya Yama_san sudah ada disana.

"Yama_san?" ucapku lirih.

"Oh, nak Sarah. Tuan Yamakazu datang ingin menjemputmu." ucap Ayah Nia.

"Ayah kamu pengkhianat." Aku berbisik pada Nia.

Nia hanya cekikikan mendengar kata-kataku.

"Terimakasih atas jamuannya, kami permisi." ucapnya sebelum kemudian menggandeng tanganku sedikit erat keluar dari rumah itu.

Di dalam mobil.

"Auh, sakit." aku mengaduh.

"Mengapa kamu lari dariku?" tanyanya.

"Enggak, aku nggak lari dari kalian berdua. Aku memang ingin main ke rumah Nia."

"Kumohon ... jangan lari lagi dariku." ucapnya dengan menyandarkan kepalanya pada pundakku.

"Eh ... mmm ... itu ... ini kamu berat, bisa duduk tegak nggak?" ucapku gugup.

"Aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu." ucapnya semakin menenggelamkan kepalanya di ceruk leherku.

"Eh, iya ... tapi, bisa duduk tegak nggak?" aku merasa geli dan mendorong kepalanya sedikit.

"Aku tidak pernah merasakan kasih sayang utuh kedua orang tuaku." Yama bercerita dengan suara berat, kepalanya bersandar pada kursi mobil.

Aku diam tak menjawab, menunggunya berbicara.

"Sejak kecil, nenek dan kakek mendidikku dengan keras. Aku dikirim ke Jepang sejak usia 6 tahun, tinggal disana bersama kakek Yamamoto dan beberapa pelayan." Dia menjeda sejenak.

"Tidak seperti anak lainnya. Aku dituntut untuk menjadi penerus usaha keluargaku, sehingga aku hanya belajar dan belajar."

"Yakuza butuh belajar? Opps ... " aku menutup mulutku.

Yama menoleh kearahku heran.

"Jadi kamu sudah tahu? meskipun aku seorang Yakuza, tetapi aku tetap memiliki beberapa perusahaan untuk dipimpin." Yama menghembuskan nafasnya berat.

"Melakukan sesuatu yang bukan keinginanku sangatlah berat. Aku harus mati rasa, tak mempunyai rasa iba. Tapi ... kamu membuatku mempunyai sebuah rasa."

"Karna itu komohon, jadilah wanitaku." pintanya sekali lagi padaku.

"Aku ... masih sekolah, lagipula kamu juga masih kuliah kan?" aku bertanya dengan maksud mengalihkan perhatiannya.

"Ah ya, kamu memang masih anak kecil."

"Enak aja kamu bilang aku anak kecil." aku memonyongkan bibirku cemberut.

"Hahaha ... usiamu baru 16th kan?"

"Bulan depan akan jadi 17th, emang umur kamu berapa? enak aja bilang aku anak kecil."

"Usiaku 24th, saat ini aku sedang mengejar gelar MBA."

"Nah, mending fokus aja dulu belajarnya. Nanti kalau Sakura nggak lulus gimana? Nenek bisa marah." Aku menggunakan mimik wajah lucu.

Yama terkekeh melihat tingkahku.

"Mereka pasti setuju jika kamu yang menjadi pasanganku." Yama mengusap kepalaku sambil tersenyum manis seperti biasanya.

"Aku anggap kamu mau menjadi pacarku, next jangan pernah lari lagi dariku." Ucap Yama.

Tiba-tiba saja dia memelukku,

Dasar yakuza gila! aku nggak bilang apa-apa udah ambil keputusan sendiri.

Mobil memasuki halaman rumah, kulihat Kenjiro berdiri di depan pintu dengan wajah tak bersahabat.

"Ken ... " ucapku terputus saat keluar dari mobil.

"Ikut aku," Ken menggandeng lembut tanganku.

"Aku ingin bicara denganmu."lanjutnya.

Tapi kemudian tangan sebelahku ditarik sedikit keras oleh Yama, hingga aku sedikit terpental dan mendarat di pelukannya.

"Dia milikku, jika ada yang ingin kamu bicarakan, bicaralah disini." ucap Yama tegas.

Tak ada jawaban, Ken menatapku kecewa.

"Ken, nggak gitu ... Ken ... " Aku memanggilnya tapi Kenjiro berbalik dan berjalan masuk sendiri.

"Yama, nggak kayak gini juga. Kenjiro juga adik kamu."

"Kamu hanya milikku." Yama masih memaksakan pelukannya.

"Lepasin, aku mau masuk." Aku memberontak berusaha melepaskan diri.

Apalah dayaku yang kecil ini, kekuatannya jauh diatasku.

"Tenanglah, lama-lama dia akan dapat menerimanya." ucapnya.

"Kamu nggak pernah tau gimana jeleknya aku dulu, kamu nggak mungkin mau sama aku yang dulu ... hix ... hix ... cuma Kenjiro, nenek, dan mama yang tahu perjuanganku." aku menangis dipelukannya.

"Maka, mulai saat ini aku akan membuatmu tetap cantik, tersenyumlah." Yama mengangkat wajahku.

Dan ...

Terpopuler

Comments

🏕️👑🐒 𖣤​᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣

🏕️👑🐒 𖣤​᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣

uhuk nggantung gak tuh. 😝😝😝

semangat Thor sampai tamat ya Thor

2022-03-11

1

🏕️👑🐒 𖣤​᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣

🏕️👑🐒 𖣤​᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣

kenjima itu nama 2 orang jadi 1 kenjiro sama Yama🤣🤣🤣🤣

2022-03-11

1

Syalalala~

Syalalala~

dan apa? 🙄

2022-03-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!