"Bapak? pak? Bapak?!" panggilku kepada Ayahku yang sudah terbujur kaku tak bernyawa.
"Bu ... Ibu ... Ibu bangun bu ..." tangisku menggoyang tubuh ibuku.
"Apa yang terjadi pak?" tanyaku pada Pak Kadir selaku ketua RW kami.
"Yang sabar ya Sarah, Bapak Ibu mu korban tabrak lari." Jelas Pak Kadir.
"Tabrak lari?! emang ibu sama bapak dari mana pak?" tanya ku meminta penjelasan lebih lanjut.
"Tadi, bapakmu nganter ibu keliling kompleks antar cucian. Menurut orang-orang disana, ada sekelompok anak yang naik mobil sangat kencang lalu terjadilah hal itu." jelas Pak Kadir.
Ya Tuhan ... cobaan apalagi ini? kenapa kau juga ambil kedua orang tuaku? Tidak cukupkah hinaan yang aku alami ini?!! Aku menangis duduk bersimpu.
"Sarah, sekarang yang penting kita mandikan jenazah Ayah dan Ibu mu dulu." ucap Nia menyadarkanku.
Aku memeluknya erat, kemudian beranjak berkumpul bersama tetanggaku untuk memandikan Ayah dan Ibuku.
Aku tidak mempunyai saudara ataupun kerabat, tapi untungnya para warga sangat perhatian kepada keluargaku.
Nia menemaniku sepanjang hari hingga malam tiba.
"Terimakasih Nia, kamu memang sahabat terbaikku." ucapku memeluknya.
"Entah apa yang terjadi padaku, kalau nggak ada kamu." lanjutku.
"Nggak apa-apa Sarah, aku sangat senang bisa membantumu. Kamu itu benar-benar cantik didalam." Ucap Nia menguatkanku.
"Aku nggak bisa masuk sekolah dengan video seperti itu." keluhku.
"Kamu kan cewek tangguh, mereka sih bukan siapa-siapa buatku." ucap Nia.
"Iya betul, kenapa mereka nggak pernah ganggu aku kalau kamu ada di dekatku?" tanyaku.
"Itu ... ehhh ... udah malem nih, aku pulang dulu ya." pamit Nia tergesa-gesa.
"Makasih Nia." Ucapku sendu merasa sepi sendiri.
Aku merebahkan tubuh besarku dengan menatap langit-langit kamar.
Ya Tuhan ... bagaimana aku bisa membayar biaya sekolahku ini? Bagaimana aku bisa hidup? Aku tahu Tuhan nggak mungkin kasih aku cobaan yang sangat berat, tapi aku sudah nggak tahan lagi Tuhan. Aku rindu Ibu Bapakku.
Aku menangis semalaman sambil memeluk foto almarhum Bapak dan Ibuku, hingga akhirnya akupun terlelap.
Cuitt ... cuit ... suara kicau burung merdu memekakkan telingaku.
Aku meregangkan tubuhku dan ku panggil ibuku.
"Buk ... hoamm ... ibuk tumben belum masak?" tanyaku yang masih belum sadar.
Aku membuka kamar ibu dan bapak.
Kosong.
Saat itu juga aku teringat dengan kejadian kemarin.
Aku duduk di meja makan sembari berpikir.
Aku akan bekerja sementara, ijin dua-tiga hari nggak masalah kan? Aku butuh uang untuk hidup.
Akupun mulai dengan mencari cucian kotor dari para tetangga, banyak yang iba dan memberikan sumbangan kepadaku tapi aku tak mau berhenti berusaha.
Aku mengayuh sepeda ibuku, harta terakhir dan peninggalan ibu untukku. Dari pintu ke pintu ku ketuk untuk menawarkan jasa cuci kering serta bimbingan belajar untuk anak-anak mereka tingkat SD.
Lumayan untuk hari ini. ucapku dalam hati
Aku mulai mencuci pakaian kotor itu.
Ternyata, begini rasanya menjadi buruh cuci. Sangat melelahkan, ibu pasti sangat capek saat itu. Ucapku dalam hati dengan air mata mengalir.
Tak terasa hari sudah siang, akupun bergegas membeli makanan favoritku. Ayam geprek jumbo dengan segelas soda. Akupun mengisi amunisiku, dan segera kembali ke rumah.
Aku melihat mobil Nia sudah terparkir di depan rumah.
"Halo Sarah, nih aku bawain buku catatan hari ini dan beberapa makanan." ucapnya.
"Makasih, ayo masuk." ajakku.
Nia bercerita banyak hal mengenai kejadian disekolah hari ini. Begitu heboh karna aku tidak masuk sekolah, untungnya Nia sudah mengijinkanku kepada kepala sekolah.
"Apa? kamu ijinin aku langsung ke kepala sekolah?"
"mm." jawabnya dengan anggukan mantap.
"Bukan hanya itu, kepala sekolah setuju untuk memberikanmu bantuan uang sekolah." terang Nia.
"Terimakasih ya Tuhan ... Terimakasih Nia ..." aku memeluknya erat sekali.
"Sar ... ah ... sssu dah kubilang jjangan ..."ucap Nia terbata bata.
"Ops, maaf kelepasan." Ucapku dengan cengiran.
"Aku sangat bersyukur memiliki sahabat sepertimu Nia." ucapku lagi.
"Eh, kamu mau minum apa?" tanyaku
"Nggak usah, aku udah kenyang."
"Kita ngobrol sambil beresin cucian nggak papa ya?" tanyaku yang saat itu harus menyelesaikan setrikaan yang menggunung agar besok dapat diantar.
"Kamu kerja beginian?" tanya Nia.
"Hmm ... iya, aku juga buka kelas bimbel untuk anak SD. Sebentar lagi mereka datang." jelasku.
"Jangan menatapku seperti itu, aku hanya bertahan hidup dengan melanjutkan pekerjaan ibuku." ucapku.
"Permisiii." suara beberapa anak terdengar dari depan rumah.
"Eh adik-adik, ayo masuk."ajakku.
Akupun membuat beberapa kelompok sesuai dengan usia dan tingkat mereka. Aku mulai mengajar hingga membantu mereka dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Nia ikut membantuku mengajar mereka.
"Hhh, lelahnya." ucapku sambil memijit-mijit kaki dan lenganku.
"Sudah malam nih Sarah, aku pulang duluan ya." ucap Nia.
"Ok, maaf ya aku ngerepotin kamu hari ini."
"Nggak kok, aku senang dapat membantu kamu. Ketemu lagi besok ya." ucapnya.
"Eh, besok kalau kamu capek nggak usah datang nggak apa-apa kok." Teriakku saat Nia sudah ada didalam mobil dan melambaikan tangannya.
Kulirik jam kuno yang ada dirumah sudah menunjukkan angka 8 malam. Akupu berniat untuk makan malam sebelum kemudian tidur.
Kegiatan baruku ini sudah berlangsung selama 1 minggu, aku mulai terbiasa untuk melakukannya.
Aku memutuskan untuk mengunjungi makam kedua orang tuaku sebelum kemudian mengumpulkan pakaian kotor.
"Bapak, ibuk ... maafkan Sarah. Sarah sudah jadi anak pengecut. Sarah nggak berani masuk sekolah. Sarah nggak bisa buat bapak ibu bangga. Sarah benci diri Sarah sendiri." tangisku didepan makam kedua orang tuaku.
Tiba-tiba aku melihat sebuah gundukan tanah yang masih basah bergerak-gerak,membuatku terjatuh duduk dan mundur.
Ya Tuhan ... apalagi ini? masa pagi-pagi gini ada hantu? keluar dari tanah lagi?! ucapku dalam hati.
Tanah itu tak berhenti bergerak, kulihat tidak ada batu nisan dan tidak ada bunga.
Aku memberanikan diri untuk membuka gundukan itu perlahan.
Sebuah kaki!
Akupun mundur lagi, tapi kaki itu bergerak-gerak terus seperti orang yang meminta bantuan.
Dengan cepat kugali gundukan itu.
Seorang wanita tua dengan keadaan yang babak belur dan sangat memprihatinkan keluar dari sana.
Dia tidak dapat berbicara. Dengan cepat ku gendong nenek itu, kutaruh didalam keranjang cucian yang kira-kira masih muat jika nenek diletakkan tidur memeluk lutut.
Aku mengayuh sepedaku cepat hingga sampai dirumah.
"Ayo nek, pegangan Sarah ya." ucapku sebelum kemudian menggendongnya di punggungku.
Aku meletakkannya dikamarku. Kuberi segelas air minum, lalu kuseka wajahnya. Sangat oriental, sepertinya orang jepang.
"Nek, nenek tunggu dulu ya, biar Sarah masak bubur untuk nenek." ucapku.
Nenek itu tak menjawab.
Aku bergegas membuat semangkok bubur, telur dadar rebus dan segelas teh hangat.
"Buburnya matang neekkk, hm baunya harum loh. Ayo nenek makan sedikit ya." rayuku.
Nenek mengangguk tanda setuju. Aku meninggikan posisinya, kemudian menyuapinya.
"Nek, nama nenek siapa? nenek bisa bahasa Indonesia kan?" tanyaku di tengah-tengah acara makannya.
"Tidak berbicara saat makan." ucap nenek singkat.
Ihhh si nenek udah ditolong,disuapin nggak bilang terimakasih malah marahin aku. Gerutuku dalam hati.
Akupun menutup rapat mulutku dan menyuapinya hingga tandas.
"GOCHISOUSAMADESHITA." ucap nenek sambil mengatupkan kedua telapak tangannya dan tersenyum cerah.
"Eh..he..he..i..iya.." jawabku yang sama sekali nggak paham bahasa jepang.
"Terimakasih makanannya." ucapnya
"Oh, sama-sama nek. Nenek belum jawab pertanyaan Sarah tadi. Namaku Sarah, nama nenek siapa?"
"Panggil saja nenek Megumi." ucapnya.
"Ok nek, sebentar Sarah rebus air untuk nenek mandi ya." Akupun meninggalkannya dikamarku sendiri.
Setelah air mandi siap, aku memapahnya menuju kamar mandi.
"Nenek mau di bantu atau mandi sendiri?" tanyaku.
"Kalau Sarah mau, nenek dengan senang hati dimandikan." ucapnya.
Senyumnya sangat manis.
"Nek, nenek kenapa bisa ada di dalam tanah tadi?"
"Ada orang jahat yang ingin mencelakai nenek."
"Ohh, nenek orang jepang, tapi kok bisa paham bahasa Indonesia?"
"Iya, nenek orang jepang tapi sudah lama tinggal disini."
"Berarti nenek ingat dong rumah nenek." tanyaku.
"Nenek tidak mau pulang, masih ada orang jahat." ucapnya.
"Terus, nenek mau Sarah antar kemana setelah ini?" tanyaku lagi penasaran.
"Tidak ada, nenek ingin tidur saja jika boleh."
"Ya udah, ini pakaian ibuku dan nenek dapat tidur di kamar ibuku." ucapku.
"Kemana ibumu?" tanyanya sembari memakai pakaian ibuku.
"Ibu dan bapak sudah ... meninggal dunia." ucapku sedih.
"Tidak usah sedih, ada nenek disini." ucapnya sambil menepuk-nepuk kepalaku.
"Nenek tidur aja dulu, Sarah mau ambil cucian." pamitku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Tita Dewahasta
astaga, kirain berubah jadi horor. nia kayaknya anak kepala sekolah ya?
2022-04-19
2
🏕️👑🐒 𖣤᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣
awal titik balik si Sarah nih
semangat Thor sampe tamat
2022-03-09
1
ḀṙḀ♛⃝꙰𓆊
👍
2022-02-27
2