2

Pagi ini aku berangkat dengan wajah cerah, secerah mentari pagi ini. Kukayuh sepeda mini ku sambil sesekali kusapa para tetanggaku.

Akupun terus mengayuh sepeda kesayanganku, hingga sampai didepan gerbang sekolah yang bagiku adalah gerbang neraka.

Aku memarkir sepedaku di tempat biasanya. Tapi,

"Heh! Bukannya loe udah diperingatin berkali-kali ya, ini tuh tempat parkir motor bukannya sepeda." ucap Sherly ketua genk Barbie.

Sherly merupakan anak kelas X yang sialnya sekelas denganku, XA. Dia datang bersama-sama dengan 3 temannya, Laura, Celine dan Jesica.

"Tapi, nggak ada larangan buatku naik sepeda kesekolah dan parkir disini." bantah Sarah.

BRAK!!

Celine menendang sepeda kesayanganku hingga jatuh. Akupun bergegas membetulkan letak sepeda ku, tiba-tiba saja Laura menendangku hingga aku tersungkur.

"Denger baik-baik ya." ucapnya sembari mencubit pipi chubby ku.

"Loe nggak pantes ada di sekolah ini!" Ucap Laura dengan lambat.

Dirinya pun mengelap tangannya di bajuku.

"Yuk genks, kita masuk." ajak Sherly selaku ketua Genk.

Aku menunduk tak berdaya, menerima nasibku yang buruk.

Aku berjalan jauh dibelakang mereka, genk Barbie yang sangat dikagumi oleh siswa siswi satu sekolah. Entah apa pekerjaan Ayah Ibu mereka, hingga bisa jadi begitu sombong.

Mereka berjalan berlenggak lenggok melewati lorong sekolah dengan pesona, seolah-olah sedang berada di atas panggung.

Banyak cowok yang meleleh dan tersihir saat mereka lewat.

Tubuh sexy, kulit putih, tinggi, kaki jenjang, badan wangi. Sempurna. At least kata mereka, tapi tidak untukku.

Mereka seperti serigala berbulu domba. Cantik, tapi hatinya busuk.

Sangat berbeda dengan mereka. Alangkah malangnya aku, ketika berjalan melewati lorong sekolah.

"Ihhh ... bau busuk apaan nih." ucap seorang siswa sembari menutup hidungnya.

Kucium ketiakku ... nggak bau.

Kulihat sepatuku ... nggak ada t*i kucing.

Akupun mengangkat bahu sambil lalu.

"Minggir ... minggir ... ada gajah lewat nih, gua kegencettttt." ucap siswa lainnya, sambil berpose layaknya seseorang yang tubuhnya tertindih sesuatu.

Akupun mempercepat langkahku, malas dengan ocehan mereka.

"Wihhh, itu muka ato tanah kerikil?" gelak tawa memenuhi lorong.

Aku menundukkan mukaku malu sambil berlari.

"Woooww ... gempa bumiii ... " teriak seorang siswi.

Gelak tawa terdengar di seluruh lorong sekolah, aku terus berlari dengan menahan sakit hati dan air mata.

BUKKK!!!

Aku menabrak sesuatu, oh seseorang yang sialnya dia terjengkang karena menabrakku.

Pria tertampan dan terkaya disekolah ini.

KENJIRO.

Kenjiro Bagaskara.

"Mmaafkan aku." ucapku seraya mengulurkan tangan memberi bantuan.

"Woi b*bi, mata loe dimana?!" Marahnya sambil berdiri di bantu genk barbie.

"Aduh ... sayangku, kamu gak papa kan?" ucap Sherly sambil memutar mutar tubuh Kenjiro.

"Kalo jalan lihat-lihat donk! jangan gedein jerawat! Buka tuh mata!" ucap Laura sambil mendorong kepalaku.

Banyak siswa yang menyudutkanku, hingga kulihat dari kejauhan bu Ratna sedang berjalan menuju ke arah kami dan Nia berada di sampingnya.

Langkahnya memecah kerumunan hakim masal itu.

"Ayo." ucap Nia cepat dengan menarik tanganku untuk bergabung berjalan bersama mereka.

Tak berhenti disini, didalam kelaspun masih banyak cemoohan dan candaan yang menyayat hati dari mereka.

"Bu, bunga Rafflesia itu tumbuh dimana?" teriak salah seorang siswa.

"Rafflesia tumbuh di daerah kalimantan, sumatra dan beberapa pulau lain di indonesia." jelas bu Ratna.

"Tapi, kenapa baunya kecium sampe di sini bu?" timpal Jesica sembari menutup hidungnya dan menunjuk ke arahku.

Bu Ratna hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka, sedangkan aku menunduk malu.

Tettt ... Tetttt ... Tettttt.

Bel tanda sekolah telah usai.

Aku bermaksud untuk berdiri setelah mengemas barangku.

KRAKKK!!!

Suara sobekan itu terdengar begitu merdu. Aku menoleh kebelakang.

Yup, itu suara rok ku yang sobek. Ada yang dengan sengaja memberi lem pada kursiku.

Seluruh siswa di dalam kelas tertawa, Bu Ratna tak mau tahu. Dia hanya memalingkan wajahnya sambil berlalu keluar ruangan.

"Kentut loe sakti banget!!" Teriak Laura.

Seisi kelas semakin riuh dengan tawa hinaan.

Sherly bergegas mengambil ponsel nya. Merekam kejadian ini dan memposting video aib ku.

Nia tak tega melihatku dipermainkan, dengan segera dirinya melepas jaket berwarna hijau muda itu, memasangnya pada bagian belakang tubuhku yang sudah pasti terekspose tanpa sensor.

Tak butuh waktu lama, bunyi ponsel bersahutan. Notifikasi pesan masuk dari seluruh siswa di kelas, aku rasa satu sekolah sudah tahu berita ini.

Aku menunduk malu. Nia memegang pundakku dan menuntunku keluar dari kelas.

Entah mengapa tak ada yang berani berbuat usil pada Nia, dia selalu membantuku.

Tak cukup itu, sampai di parkiranpun mereka masih membully ku.

Sepeda kesayangku, alat transportasiku dan harta bendaku satu-satunya pun mereka hancurkan.

Rodanya tak berbentuk, setirnya lepas, pedalnya rusak.

"AAAAAAAAARGHHHH!!!!!" Marahku saat itu.

Pasalnya, aku memikirkan alasan apa yang akan aku sampaikan pada ibuku.

Aku terjatuh di halaman sekolah dan menangis. Berbulan-bulan aku menahan siksaan dari mereka.

"Apa salahku Nia? Aku tidak meminta bersekolah disini, di neraka jahanam ini!" teriakku marah.

Nia tak bersuara, dirinya memapahku untuk masuk ke dalam mobil antar jemput nya.

Di dalam perjalanan aku bercerita padanya.

"Sebenarnya, aku memang tidak pantas bersekolah disana."jelasku.

"Aku ini orang sederhana, nggak tau kenapa Tuhan taruh aku di SMA ini. Awalnya, aku pikir jika SMA ini adalah mimpi semua anak. Ternyata aku salah, ini adalah neraka." tangisku pecah.

Nia hanya menepuk-nepuk pundakku pelan.

"Sudah atau belum nih nangisnya? kita udah keliling kota loh dari tadi." ucap Nia.

"Keliling kota? kok bisa?" tanyaku ling lung sambil menghapus air mata.

"Nah, aku mana tahu alamat rumahmu." ucap Nia dengan senyum manisnya.

"Huaaaaa ..." tangisku kembali pecah.

"Cuma kamu sahabatku Niaaaa ..." aku memeluk Nia erat.

"Ekkhh ... Sarr ... Sarah ... ak ... aku ..." Ucap Nia terbata-bata.

"Ups ... maaf Nia. Rumahku ada di jl.Duku."

"Baiklah, kita berangkat." ucap Nia.

Tak lama sudah sampai di Jl.Duku.

"Yang mana nih rumahmu?" tanya Nia lagi.

"Masih agak jauh sih, ujung jalan ini." ucapku dengan cengiran khas ku.

"Kamu naik sepeda setiap hari dari sini ke sekolah?" tanya Nia tak percaya.

"Iyaa ..." jawabku.

"Astagaaa ... ini jauh banget loh Sarah." ucap Nia.

Aku mengangkat bahuku.

"Bapak sama Ibu sanggupnya beli tanah di belakang sana, yang membangun rumah juga bapak sendiri dibantu ibu." Jelasku.

Sampai di depan rumah, aku pun melihat banyak orang berkumpul yang membuatku penasaran.

Aku turun dari mobil dan memecah kerumunan orang banyak ini, banyak yang menghalangiku tapi aku tetap maju mencari Bapak dan Ibuku.

Betapa kagetnya aku melihat tubuh Ayahku dan Ibuku terbaring kaku, sedang di basuh dengan air kembang.

"Bapak? Bapak?! Bu ... ibu!!" panggilku.

Terpopuler

Comments

Tita Dewahasta

Tita Dewahasta

astaga, bawang banget yaAllah. bapak ibunya Sarah udh tiada ya thor😭😭😭😭😭

2022-04-18

1

Tita Dewahasta

Tita Dewahasta

hish, guru kok cuek gitu liat muridnya kesusahan😭

2022-04-18

1

👑🐒Bluemoon💣

👑🐒Bluemoon💣

next aja karna udah ahem

semangat mbak Thor sampai tamat di dual apk 😝

2022-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!