The Ugly Duckling
Pernahkah kalian membaca cerita "The Ugly Duckling"? Seekor bebek buruk rupa, mungkin kalian mengira jika itu hanyalah sebuah dongeng. Sayangnya, dongeng itu nyata bagiku. Inilah kisah ku.
Ini aku, Cendrawati Sarah Wicaksono. Namaku sangat bagus, tapi tidak dengan wajah dan tubuhku.
Salahkah ibuku jika aku begini? Tidak!
Salah Ayahku? Tidak!
Apakah aku akan menyalahkan Tuhanku? Tentu saja tidak!
Salahku sendiri, jika aku tidak dapat bersyukur atas karuniaNya.
Ibu dan Ayahku tentu saja memberikan yang terbaik untukku, anak satu-satunya.
Ya, Aku anak tunggal.
Aku Sarah, usiaku 16th yang baru saja akan menjejakkan kaki di Sekolah Menengah Atas. Kehidupan nerakaku dimulai sejak saat ini, sebab aku masuk kedalam sekolah yang sangat populer di kotaku.
Ibuku bekerja sebagai buruh cuci, sedangkan ayahku bekerja sebagai tukang bangunan.
Beruntungnya aku, punya keluarga yang masih lengkap dengan kasih sayang tulus.
Ibuku sama seperti wanita asia pada umumnya, kulitnya kuning langsat dan wajahnya khas asia, cantik manis.
Ayahku pun sama seperti lelaki asia pada umumnya, tinggi, kulitnya coklat dengan wajah yang rata-rata. Bagiku, ayah adalah super hero. Beliau selalu berusaha keras membanting tulang untukku.
Lain halnya aku yang mempunyai tubuh besar, kulit coklat, mata besar, rambut seperti ombak mengamuk, dan bibir hitam.
Tak ada hal yang membuatku sedih hingga hari ini, hari pertamaku masuk sekolah.
"Semuaaaaa ... Istirahat ditempaaaatttt GRAK!!" teriak kakak pembina yang saat itu memimpin MOS.
Kakak-kakak yang lain segera mengecek kelengkapan sekolah kami.
Mereka memutariku berkali-kali. Aku tidak tampak seperti murid lainnya yang terlihat bersih, tidak berkeringat dan memakai aksesoris mahal.
Aku pun mengeluarkan senyuman khasku yang sangat digemari para warga di kampungku, karena aku sangat suka menyapa mereka dengan ceria.
Tapi ...,
"Eh b**i, ngapain loe senyum-senyum ke gue?" ucap salah seorang kakak pembina perempuan.
"Busuk banget sih, loe udah mandi belom?" tanya yang lainnya.
Aku paham, jika aku tidak seperti murid beruntung lainnya dengan kehidupan yang baik.
Semua siswa menaiki mobil, motor atau antar jemput, sedangkan aku naik sepeda yang jaraknya juauuhhh bet dah.
"Em ... maaf kak, saya tadi abis olahraga pagi. Kayuh sepedah dari rumah sampai kesini." ucapku dengan cengiran khas-ku.
"Emang rumah loe dimana sih?" ketua pembina bertanya.
"Woiii bubarin kami dulu, panas nih. Ntar loe introgasi ampe puas dah tuh ba*i." ucap salah seorang siswi baru yang berada di salah satu barisan.
"Eh bener juga."
"Siap grak! bubar barisan jalan!" ucap kakak pembina memberi perintah.
Saat aku akan berbalik menuju kelas, kakak pembina memanggilku dan memintaku untuk tinggal.
"Sarah? ya, nama loe Sarah kan?" panggilnya.
Seneng banget dong pastinya ada yang paham namaku.
"Iya kak, itu aku." ucapku sambil mengangkat tanganku tinggi.
"Wuekkk." kakak yang lain membungkuk, berpura-pura muntah karna mencium bau busuk dari badanku.
"Turunin tangan loe! cepet!" ucapnya.
"Eh maaf kak." ucapku dan segera mengecek bau badanku. Bagiku biasa saja, tidak ada bau menyengat.
"Loe udah baca peraturan sekolah belom?" tanya kakak pembina.
"Udah kak." jawabku
"Terus, kenapa loe bau badan?"
"Nah, kan tadi udah aku bilang kak, berangkat sekolahnya aku naik sepeda gitu." ucapku sambil memajukan bibirku.
Saat itu aku tidak tahu kejamnya dunia high class.
"Kagak usah monyong-monyong tuh bibir. Gua tabok baru tau rasa loe!" bentak kakak pembina yang lain.
"Gini ya, dengerin baik-baik aturan disini:
1.Tidak boleh bau badan, karena bau badan dapat mengganggu kenyamanan belajar.
2.Tidak boleh gendut, karena gendut dapat merusak pemandangan.
3.Tidak boleh naik sepeda."
"Kenapa?" tanyaku polos.
"Loe nggak liat tuh, mana ada tempat parkir sepeda? mang Dadang aja pake motor noh." jelas kakak pembina.
"Mang Dadang?" tanyaku.
"Ya elah Summm ... Mang Dadang tuh, tukang kebun sekolah ini. Loe baca nih, Daftar Guru dan Pekerja yang ada di sini." ucap kakak pembina seraya menyodorkan kertas itu ke dadaku sedikit keras.
"Makasih kak, tapi nama saya Sarah bukan Sum." ucapku polos.
"Polos banget dah nih anak." ucapnya.
"Udah, mending sekarang loe masuk kelas". Titah ketua pembina.
Sekolah ini sangat luas, berjalan berkeliling mencari kelas sangat melelahkan. Membuat lemak dibadanku pun meleleh kembali.
Setelah 30 menit bertanya dan mencari kesana kemari, baru aku tahu dimana kelasku, kelas XA.
Tok ... tok ... tok ....
"Permisi bu." ucapku.
Bu guru itu menurunkan kacamatanya sedikit, melihatku dengan tatapan tak enak dari atas hingga ke bawah.
"Kamu murid sini?" tanyanya.
"Iya bu, saya Sarah murid XA." jawabku.
"Kamu yakin tidak salah kelas?" tanyanya lagi.
Aku membuka surat penerimaan murid baru dari sekolah ini dan membacanya lagi dengan seksama.
"Iya bu betul, ini kelas XA." ucapku seraya menunjukkan padanya.
"Mulai besok, saya tidak mau kamu terlambat apapun alasannya." ucap Guru itu angkuh.
"Baik bu." jawabku dengan melangkah memasuki kelas.
"Dan ingat, untuk memakai deodorant dan pakaian kering bersih." ucapnya lagi.
"Baik bu." ucapku lesu.
Aku mendapat tempat duduk paling depan yang pastinya dihindari oleh anak-anak lain, tapi aku justru senang mendapat tempat ini.
Setidaknya, aku mendapat tempat favorit ku. ucapku dalam hati.
Perkenalan berlangsung hanya 30 menit, sebab aku terlambat.
Semua anak bubar, hanya tinggal aku dan seorang siswi cantik tapi pemalu yang duduk dibelakangku.
"Maaf, ini adalah catatan hari ini jika kau ingin meminjamnya." ucapnya sopan.
"Oh baiklah, terimakasih." akupun tersenyum cerah.
"Aku Nia. Maharania Putri." ucapnya memperkenalkan dirinya.
"Aku Sarah." ucapku dengan menyambut jabatan tangan miliknya.
Terimakasih Tuhan, masih ada yang mau berteman denganku. doa syukurku dalam hati.
Akupun menyalin catatan dari Nia, tak banyak yang dicatat, hanya jadwal 1 minggu kedepan dan nama guru kami adalah Bu Ratna.
"Terimakasih Nia." ucapku seraya mengembalikan bukunya.
"Sama-sama, besok ketemu lagi ya." Ucap Nia seraya melambaikan tangannya.
Masih terasa canggung mempunyai teman baru.
Aku melangkah keluar dari kelas, lalu menuju tempat parkir. Ku ambil sepedaku yang sangat antik, karena memang hanya satu-satunya di sekolah ini. Hehehehe
Aku pun mulai mengayuh sepeda ku, menuju rumah tempat dimana aku merasa paling nyaman.
"Sarah pulang bu." Salamku.
"Lekas ganti pakaian, lalu makan siang nak." teriak ibuku dari belakang rumah.
Ibu sedang mengangkat pakaian yang sudah kering, kemudian beliau akan merapikannya.
Akupun bergegas masuk kedalam kamar dan berganti pakaian.
"Gimana sekolahmu hari ini nduk?" tanya ibu.
"Baik bu, sekolahnya gedeee banget. Sarah seneng sekolah di sana bu. Gurunya baik-baik." ucapku bohong.
"Baguslah kalau kamu senang."
"Sarah janji akan belajar dengan rajin dan menjadi orang sukses bu. Kelak, ibu nggak usah susah-susah kerja beginian." jelasku.
"Iya, yang penting sekarang Sarah makan yang banyak. Ini, udah ibu masakain jengkol kesukaan Sarah." ucap ibu.
"Makasih bu." Jawabku dan segera makan dengan lahap.
Perempuan mana yang mau mempunyai tubuh sepertiku.
Jelek, gendut, hitam, miskin, bau bawang.
Apakah aku menangis? pastinya.
Anak mana yang tidak menangis jika mendapat hinaan seperti ini? Tapi, lebih sakit hati ibuku yang melahirkanku, jika mendengar orang mencibirku.
Itu sebabnya aku tidak memberitahu ibuku hinaan yang aku dapat hari ini. Aku hanya berdoa semoga hari esok lebih baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
🌹🪴eiv🪴🌹
aku disini 🤗
ya ampyun ini sekolahan apa peternakan,, ada anjing banyak jagain babi 🐷
✌️✌️✌️
2022-10-05
1
Sheng
im coming othor🖤
2022-08-18
0
😚Pejuang Tangguh😚
ini yang dibintangi apa? nggak kebayang katanya
2022-06-10
1