Entah sudah berapa lama Reyhan dan Budi menunggu. Sambil menunggu, Reyhan meminta Budi menceritakan tentang dirinya, dengan diawali memperkenalkan nama mereka masing-masing, karena semenjak bertemu, mereka belum saling berkenallan. Beberapa lama kemudian, terdengar suara langkah kaki mendekat.
Budi menoleh karena penasaran, sedangkan Reyhan tidak, karena ia sudah paham siapa yang lebih dulu datang padanya.
"Disini terlihat sangat kacau sekali, Senior."
"Kamu seperti tidak mengenalku, Sean." jawab Reyhan.
Rupanya yang datang lebih dulu, tak lain Sean. Dia berjalan santai, seakan ia telah pulang dari tempat kerjanya. Ketika sudah di dekat Reyhan dan Budi, ia menoleh memandang Budi dengan tatapan biasa saja.
"Apa kamu sudah menyelesaikan semua Monster di bagianmu ?" tanya Reyhan.
Sean kembali menoleh kepalanya ke aeah Reyhan. "Sudah, dengan begitu mudahnya aku mengalah mereka semua." jawabnya dengan santai, dan mengabaikan tatapan terkejut dari Budi.
Lalu Sean menambah. "Jadi, bagaimana ? Apakah dia akan ikut dengan kita ?" ucap sambil memandang Peter dengan ekspresi biasa saja.
Reyhan mengangguk kepalanya. "Ya, dengan sedikit paksaan, dia akhirnya ikut bersama kita." ia pun teringat sesuatu. Ia menoleh kepalanya memandang Budi. "Ahh, benar juga, kalian belum kenalan. Sean, Budi, kalian berkenalan 'lah."
"Namaku Budi Ardian, cukup panggil saja aku Budi." jawab pemuda berusia 30 tahun itu.
"Namaku Sean Alexander. Kamu cukup memanggilku Sean." balas Sean dengan senyuman niasa saja. Budi sedikit tersenyum dan mengangguk kepalanya.
Lalu terdengar suara langkah beberapa kaki mendekat. Semua menoleh ke arah 3 orang yang berjalan dari arah yang berbeda. Mereka berjalan mendekati Reyhan, Sean, dan Budi. Ya, mereka tak lain Peter, Arkhan, dan Queen. Mereka bertiga telah kembali.
"Dengan datangnya kalian kembali, pasti kalian sudah membereskan semua Monster disini." kata Reyhan memandang ketiga juniornya yang baru saja datang.
"Ya, bagianku sudah kubereskan semuanya." jawab Arkhan.
"Begitu juga denganku." sahut Peter.
Sedangkan Queen, ia terdiam dengan ekspresi dingin, dengan mata kirinya sudah berubah normal. Semua tau, kalau Gadis setengah Vampir ini sedang marah. Reyhan pun bertanya. "Kamu kenapa, Queen ?"
"Apa yang aku lakukan di tempat ini, tidak berguna sama sekali. Semua Monster yang kubunuh hilang begitu saja, bahkan aku tak sempat mencoba darah mereka, setetes darah pun tidak." jawab Queen yang terkesan datar.
Semua terdiam, mereka tak mau menanggapi Gadis setengah Vampir itu. Tetapi berbeda dengan Budi, ia bersuara. "Tentu saja, semua Monster dari setiap Dungeon, pasti akan berakhir bagaikan debu. Dan lagian, kenapa Nona ingin mencoba darah Monster, kaya Vampir saja. "
Keempat memandang Budi dengan ekspresi datar, disisi Budi, ia tak menyadari tatapan mereka. Queen menoleh dan memandang Budi dengan sedikit memiringkan kepalanya. "Tentu saja, aku ini Manusia setengah Vampir, bodoh !! Aku juga menginginkan darah mereka. Tetapi yang ada, tubuh mereka malah hilang begitu saja, dan hanya meninggal kristal yang rasanya tak enak."
Budi terkejut mendengar pengakuan dari Gadis setengah Vampir ini. Ia semakin terkejut mendengar kalau Gadis ini mengatakan rasa kristal, yang tak lain inti Monster atau core. "Anda memakannya, Nona ?"
Gadis setengah Vampir itu menjawab. "Tentu saja aku membuangnya, Bodoh !! Buat apa aku memakan barang yang tidak penting itu."
"Kenapa harus dibuang ?!?" tanya Budi terbelalak dengan nada membentak, karena kesal juga.
Queen melebar kedua matanya. Mata kirinya berubah merah menyala. Ia berkata dengan tak kalah dari bentakan pemuda itu. "Kau membentakku. Atas hak apa kamu berani membentakku ? Kita sama-sama merasa asing dan kamu berani membentakku ?" ia perlahan maju mendekati Budi.
Budi gemetaran, ia perlahan berjalan mundur. Ia tak mau Gadis setengah Vampir itu mendekatinya. Peter pun menengahinya. Ia membelakangi Budi, dan memandang Queen dengan senyuman hangatnya. "Jangan berlebihan, bisakah ?" tanyanya yang masih menunjukkan senyumannya.
Gadis setengah Vampir itu terlihat seperti orang kebingungan. Semua terheran-heran karena Peter, Queen terlihat berbeda seperti sebelum. Mata kirinya pun berubah normal, Queen mengangguk kecil. Peter berbalik, ia memandang Budi.
Peter dengan ramah berbicara. "Bisakah kamu jelaskan, kenapa kamu terlihat tersinggung hanya karena kristal ? Lagi pula, tak hanya Queen saja, tetapi aku juga tak peduli dengan semua kristal itu. Dan mungkin juga Senior Sean, dan Arkhan mengabaikan semua hal yang berkaitan dengan kristal." dengan pelan ia berbicara.
Lalu ia menambahkan. "Jadi bisa kamu jelaskan ? Maklum saja, kami semua datang dari berbagai Dunia yang berbeda."
Perkataan Peter membuat hati Budi damai. Tetapi setelah mendengar semuanya hingga selesai, ia menjadi lemas, seakan ia belum makan. Lalu ia menjelaskan tentang semua kristal itu. Budi menjelaskan semuanya tanpa dikurangi bahkan dilebihkan.
Semua mengangguk-angguk kepalanya. Mereka kini paham, kenapa Budi begitu kesal ketika mendengar kristal yang merupakan sumber penghasilannya sebagai seorang Hunter. Mereka semua hanya tersenyum biasa saja, seakan tidak bersalah. Kecuali Queen, ia hanya tertarik dengan darah.
Budi pun teringat akan sesuatu yang membuatnya panik setelah ia melihat layar hologram. "Ini sudah hampir 1 jam setelah Bos Dungeon, dikalahkan. Kita harus pergi sebelum Portal ini tertutup 10 menit lagi."
Ingin sekali ia mencari semua inti Monster sebelum ia keluar dari Dungeon. Tetapi, apa daya ? Waktu tinggal 10 menit lagi
"Kenapa kamu harus panik, kita tak perlu keluar dari Portal Dungeon ini." sahut Reyhan, ia langsung menggunakan Sihirnya. Portal bercahaya muncul dihadapannya.
"Senior, kau membuka Portal andalanmu ? Bukan Portal dari Space Stone ?" tanya Sean yang berdiri disamping Reyhan, yang heran karena Reyhan menggunakan 2 jenis Sihir yang bertolak belakang untuk membuka Portal andalannya.
"Tentu saja, selama aku menggunakan Portalku di Dunia ini, itu masih berlaku. Tetapi, untuk menyebrang antar Dimensi, itu tidak bisa selama aku masih tinggal di Dunia ini." jawab Reyhan dengan tenang.
Reyhan sudah menyadari akan hal ini. Semua karena efek dari D-Danger dan Sihir Pelindung dari Edgar. Selama ia berada di dalam D-22, ia tak bisa menggunakan Portalnya untuk pergi ke Dunia lain atau Dunia asalnya. Portalnya hanya berlaku di Dunia D-22 saja.
Kecuali ia menggunakan Space Stone, tentu saja Reyhan dan yang lainnya bisa pergi dari Dunia D-22 dan D-Danger. Tanpa memandang kelima orang di dekatnya, ia pun berjalan memasuki Portalnya "Ayo pergi." ucapnya.
Sean, Peter, Arkhan, dan Queen pun berjalan mengekori Senior mereka dan memasuki Poral. Disisi Budi, ia juga masuk, ia berjalan paling belakang. Peter terbelalak melihat pemandangan yang apa ia lihat sekarang ini.
Ya, kini mereka sudah tak di dalam Dungeon. Mereka kini berada di atap gedung bangunan. Langit sudah sudah sangat gelap. Budi menjadi khawatir, karena waktu sudah mendekati tengah malam.
Reyhan memandang pemuda beranak 1 itu. "Budi, kita ke rumahmu dulu."
_______________________
Jangan Lupa Like.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
poetrae raentaeo
lanjut
2022-02-20
2
tembel rohman cimbah
lanjutkan thor
2022-02-19
2
Bukti Nyata
lanjutkan karya mu thorrrr
kalau bisa crazy up yooo🤭🤭🤭
2022-02-19
2