"Kakak ingin menunjukan sesuatu. Tapi kamu harus merahasiakan ini dari Ayahmu." ucap Peter setelah isi pikirannya menemukan sesuatu atau semacam ide untuk menghibur Lisa.
Lisa menoleh. "Apa itu ?" tanyanya.
"Bukankah kamu membenci Perusahaan itu." tanya Peter, sambil menunjukkan bangunan gedung. Dan Lisa mengangguk-angguk kepalanya.
Peter bangkit dari duduknya. "Kamu jangan kemana-kemana, tetapi disini dan perhatikan bangunan yang kamu benci itu." ucapnya, lalu ia berjalan menjauhi Lisa yang masih setia duduk di bangkunya.
Lisa tak menjawab, ia sedikit memiringkan dan mengerut dahinya. Bertanda itu bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh Peter. Lisa memandang Peter yang berjalan menuju ke bangunan cabang Perusahaan Guild Brown. Lisa terbelalak, melihat Peter melompat tinggi dengan cepat ke langit.
Lisa kebingungan, ia tak melihat kemana Peter lagi. Ketika melihat-lihat sekelilingnya, tiba-tiba terdengar suara heboh. Ia menoleh ke arah sumber suara itu, seketika ia terbelalak melihat bangunan cabang Perusahaan Guild yang ia benci tiba-tiba tidak memiliki dinding. Jadi seisi ruangan yang tadinya tertutup kini terlihat semua.
Banyak sekali karyawan yang panik. Bahkan banyak yang mengeluarkan senjata mereka masing-masing, yang mengira akan adanya muncul Portal tiba-tiba. Banyak sekali kertas berkas, dokumen, berterbangan keluar. Bahkan semua barang-barang terjatuh karena tiba-tiba ada angin menghembus datang.
Lisa terkejut bukan main melihat hal itu. Tak hanya dia, orang-orang yang ada di taman juga tak kalah terkejutnya. Bahkan sampai ada yang melarikan diri karena mengira ada penyerangan Moster yang tiba-tiba keluar dari Portal. Bahkan ada yang tetap tinggal, karena mereka adalah Hunter.
Semua melangkah maju menuju ke bangunan cabang Perusahaan Guild itu yang sudah tak memiliki dinding. Mereka cepat-cepat ingin segera masuk Portal yang dianggap darurat dan mencari inti monster. Dan tinggallah Lisa yang masih duduk membeku melihat pemandangan itu.
"Yuk kita jalan-jalan lagi."
Tiba-tiba ada suara di sampingnya yang mengatakan mengajak pulang. Lisa menoleh, ia terbelalak melihat Peter sudah duduk di sampingnya.
"Kakak dari mana ?" tanya Lisa yang masih memasang ekspresi terkejut di wajahnya.
"Bagaimana ? Apa puas yang sudah kakak tunjukkan ke kamu ?" tanya Peter.
"Bagaimana apanya ? Aku tanya aoa, kakak jawabnya ap...." kata Lisa menggantung.
Lisa menoleh ke arah gedung cabang Perusahaan Guild yang ia benci kini tak memiliki dinding. Lalu ia kembali menoleh dan memandang Peter. "Apa kakak yang melakukannya ?" tanyanya.
Peter hanya tersenyum. Lalu ia berdiri. "Ayo." ajaknya.
Lisa pun menurut, ia juga berdiri dari duduknya. Mereka berdua pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa Lisa tau, salah satu tangan Peter yang disembunyikan dibalik badannya, terlihat cahaya hijau yang perlahan menghilang.
Ya, Peter yang menggunakan Time Stone-nya untuk memutar waktu pada gedung cabang Perusahaan Guild Brown barusan. Dan hasilnya dinding gedung itu menghilang.
.....
Disisi Lain, Sean sedang melatih Budi dengan keras. Sean tidak tanggung-tanggung memberi serangan yang tak biasa. Budi hanya bisa menahan dan bertahan. Serangan Budi tidak ada yang mengenai Sean, atau membuat kulit Sean yang terlihat tergores. Setiap serangan Budi yang ia lancarkan belum ternilai di mata Sean.
Setiap Budi menyerang, tubuh Sean seakan seperti tak tersentuh. Bahkan Sean membuat bayangan atau klon dalam jumlah lebih dari 4. Bahkan Budi sempat mengambil senjata bazoka yang sebelumnya di buang oleh Sean. Akan tetapi ketika ia mengarahkannya ke arah Sean, dan menekan pelatuknya.
Tetapi bukanlah rudal yang keluar dan menyerang Sean, melainkan kupu-kupu keluar berterbangan. Tentu saja Budi terkejut dibuatnya. Sean hanya tersenyum dan tertawa geli melihatnya. Ya, inilah kekuatan dari Reality Stone-nya. Budi membuang senjata itu, ia pun melompat maju ke arah Sean.
Budi tak menyerah melancarkan pukulannya. Kini ia hanya bisa mengandalkan pukulannya. Sebelumnya ia menggunakan pedang katananya, entah kenapa tiba-tiba pedangnya katananya yang selama ini ia banggakan malah menjadi pedang kayu, hingga akhirnya dipatahkan, setelah direbut Sean.
Nafas Budi sudah tak beraturan. Ia mulai kelelahan. Inilah salahnya sendiri karena tak pernah melatih tubuhnya. Ia melihat Sean masih terlihat fit dan tak terlihat kelelahan sama sekali. Ia bergumam. "Dia hebat."
Cahaya yang menyelimuti tubuhnya pun menghilang. Budi pun ambruk berlutut ditanah ia sudah mendapat beberapa luka di tubuhnya. Cahaya merah yang menyelimuti tubuh Sean pun juga menghilang, dia masih terlihat biasa-biasa saja.
"Latihan dilanjut besok." kata Sean, ia berjalan mendekati Budi, dan mengulurkan salah satu tangannya.
Budi pun menerimanya. Ia berdiri dengan bantuan daro Sean. Sean bersuara. "Meski buruk, tetapi tidak membuatku kecewa."
"Ya, ini salahku, aku yang tak pernah melatih tubuhku." jawab Budi sambil mengangguk kepalanya.
"Lebih baik kamu bersihkam dirimu. Dan beristirahat 'lah." balas Sean.
Budi pun mengangguk kepalanya. Ia pun berjalan dengan pelan, karena ia masih merasa rasa sakit dan kelelahan pada tubuhnya. Budi tak menyangka akan mendapat latihan seperti ini.
Sean memang melatihkannya dengan keras. Sebelum melatih Budi, ia melatih Peter. Peter juga sama mengalami apa yang dialami Budi. Meskipun latihan yang diberikam Sean keras, dia tau batasan. Bila Sang Junior yang ia didik sudah sangat kelelahan dan mencapai batasnya, maka Sean menyudahi latihannya.
Mau bagaimana pun, Sean hanya mau melatih Junior yang ia didik dalam kondisi prima. Kalau membuat Junior yang ia didik sudah sangat kelelahan dan mencapai batas, Sean langsung menyudahinya, kalau tetap meneruskan latihannya itu bukanlah didikan yang Sean jalankan, karena ia tak ingin berlebihan.
Sean berjalan mendekati Reyhan dan Arkhan yang duduk di sofs dengan teh hangatnya yang datangnya entah dari mana. Reyhan bersuara. "Bagaimana ?"
Sean menjawab. "Aku tidak bisa mengatakan kalau dia hebat atau tidak. Tetapi, aku merasakan perasaan yang kuat ketika melatihnya barusan."
Reyhan mengangguk-angguk kepalanya. Sean melihat sekelilingnya. Entah kenapa hanya ada Reyhan, Arkhan, dan keempat sahabatnya Budi yang masih belum sadarkan diri. Sean bersuara. "Kemana Gadis Gila itu ?"
Reyhan dan Arkhan saling melirik. Arkhan langsung memijit pelipisnya. Reyhan menjawab. "Dia pergi jalan-jalan, karena bosan."
Sean membalas. "Jalan-jalan kemana dia ? Dia Vampir, tapi berbeda dari Vampir versi Dunia asalku. Dia Vampir yang aneh, masa bisa jalan-jalan disiang hari."
Reyhan dan Arkhan hanya terkekeh mendengarnya.
.....
Disisi Lain terlihat seperti Gadis Cantik mengenakan Gaun hitam biru yang sedang berjalan kaki di trotoar. Dia tak lain Queen. Ia berhenti, demi memandang taman kecil. Ia merasa nostalgia, karena zaman di Dunia D-22 sama dengan Dunia tempat ia menjalani kehidupan pertamanya.
Tiba-tiba ada ada sekelompok berjumlah 4 orang laki-laki mendekatinya. Mereka pun berdiri memandang Queen dari atas dan bawah. Mereka terlihat masih berumur 20 tahunan.
"Wah ada yang bening nih."
"Dan lebih wow."
"Ahh, sayang sekali, kita ada misi masuk ke Portal, kita tak bisa bersenang-senang dulu."
"Hei, kamu mau ikut dengan kami ? Pasti kamu bisa bersenang-senang."
Queen memandang mereka ber-4 dan tersenyum menyeringai. "Boleh, aku ikut dengan kalian."
_______________________
Jangan Lupa Like.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Bukti Nyata
ayooooooo...thorrrrrrrr...di tunggu nichhhhhhhhhhhhh
2022-02-22
1
poetrae raentaeo
lanjutkan
2022-02-22
0
poetrae raentaeo
lanjut
2022-02-22
0