Istri Bayaran, Tuan SEAN!
Apakah salah menjadi orang miskin? Apakah salah memiliki wajah yang tak secantik dewi di kahyangan? Semua hal itu seolah menutup satu kelebihan yang dimiliki oleh Adara Ayunda, yang kerap disapa oleh Dara. Menjadi siswa berprestasi, nyatanya tidak membuat Dara di pandang oleh banyak orang. Bekas luka bakar beberapa tahun silam, membuat Dara mendapat julukan si buruk rupa. Apalagi bekas luka itu menutup separuh wajah kiri Dara.
Masuk di sekolah favorit dan elit bukanlah pilihan Dara, melainkan karena beasiswa. Mengetahui Dara adalah siswa berprestasi, pihak sekolah selalu merekomendasikan Dara disekolah yang terbaik. Semua itu di lakukan supaya pendidikan Dara terjamin.
Namun saat terberat bagi Dara adalah, ketika ia masih duduk di bangku kelas 2 SMA, Ayahnya yang seorang kuli bangunan, di fitnah hingga masuk bui. Saat itu Ayah Dara menjadi kuli di sebuah proyek pembangunan apartemen. Hasil pekerjaan Ayah Dara memang sangat bagus dan itu membuat Ayah Dara, Pak Lukman, dekat dan di sukai oleh mandor. Namun ada saja orang yang iri dengan Pak Lukman. Sampai akhirnya Pak Lukman difitnah mengambil bahan baku bangunan dan menimbun di rumahnya. Disanalah Dara semakin terpuruk, bukan hanya di pandang rendah karena miskin dan buruk rupa tapi di pandang rendah karena Dara di cap sebagai anak pencuri.
Bullyan itu tidak pernah berhenti mengunci hidup Dara, bahkan hingga Dara masuk universitas.
Suatu hari saat di kantin, Dara tidak sengaja menumpahkan bakso di pakaian Jessica, dewinya kampus.
''Ma-maaf Jessica. Aku tidak sengaja." Kata Dara sambil membersihkan baju Jessica.
''Maaf-maaf, elo sengaja kan?'' bentak Jessica.
''Aku tidak sengaja. Itu dia menjegalku.'' Kata Dara sambil menunjuk salah satu mahasiswi yang duduk tak jauh darinya.
''Hei, jangan fitnah ya? Elo aja yang jalan nggak pakai mata,'' sahut gadis itu. Lagi-lagi Dara mendapat fitnah yang begitu menyakitkan. Namun ia hanya bisa diam.
''Tuh denger sendiri, elo jangan cari alasan deh. Elo iri kan sama gue? Elo iri sama kecantikan gue kan? Makanya elo sengaja numpahin kuah panas kebadan gue, supaya badan gue melepuh kayak wajah elo, si buruk rupa. Oh ya, gue lupa! Elo anaknya pencuri itu ya? Sudah pasti bibit kriminal ada dalam darah elo.'' Jessica menoyor kepala Dara dengan kerasnya sampai Dara tersungkur di lantai.
Dara mengepalkan tangannya, berusaha menahan rasa sedih, sakit dan malu. ''Ayahku bukan seorang kriminal.'' Kata Dara terbata.
''Dengar ya semua! Kalian hati-hati ya, anak napi seperti dia pasti bibit nyurinya nular juga. Gue heran ya, kenapa ya kampus se-elit ini bisa menerima manusia seperti ini. Sudah jelek, miskin, kriminal lagi! Pokoknya ganti baju gue ini. Elo tahu harga baju ini berapa? Ini harganya puluhan juta." Jessica menoyor lagi kepala Dara. Padahal Dara sudah tersungkur di lantai.
''Tapi aku tidak punya uang sebanyak itu, Jes.''
''Kenapa elo nggak nyoba nyuri aja? Supaya dapat uang banyak. Bokap elo kan pencuri jadi elo belajar aja mencuri buat ganti baju gue.'' Jessica lalu mengambil mangkok bakso miliknya, yang belum sempat ia makan. Jessica kemudian memasukkan satu botol sambal kedalam bakso itu. Lalu Jessica mengguyurkan semangkok bakso itu ke kepala Dara. Mata Dara terasa perih dan sakit karena sambal itu.
''Perih, Jes!" rintih Dara yang tidak bisa membuka matanya.
''Kita impas!" kata Jessica seraya berlalu meninggalkan kantin. Tidak ada satupun yang berani menolong Dara. Dara kemudian berusaha berdiri dan segera menuju toilet. Dara melepas tangisnya, sambil membasuh mukanya yang terasa panas dan pedih.
Jessica sudah memiliki semuanya tapi ia masih saja menyimpan rasa iri pada Dara. Jessica tidak terima jika ada yang lebih unggul darinya. Bukan hanya Dara saja yang ia bully tapi siapapun yang terlihat lebih menonjol darinya. Jessica benci pada Dara karena beberapa waktu lalu, Dara memenangkan lomba mading, sementara Jessica justru kalah telak dari Jessica.
Sudah empat tahun, Ayah Dara mendekam di balik jeruji. Minggu depan adalah hari pembebasan Ayah Dara. Tentu saja Dara sangat sedih karena keadilan belum juga di tegakkan. Bukti itu terlalu kuat mengarah pada Pak Lukman. Selama empat tahun pula, Dara menjalani kehidupan seorang diri di sebuah rumah sederhana. Karena Ibu kandung Dara sudah meninggal saat usia Dara masih 7 tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Dara menerima les privat setelah selesai kuliah. Meskipun tidak seberapa namun hasil dari les privat, bisa Dara gunakan untuk menyambung hidup dan bisa untuk mengirim makanan untuk Ayahnya.
Setelah membersihkan diri di toilet, Dara lalu menuju kelasnya. Semua memandang rendah Dara. Apalagi disana 90% adalah mayoritas anak orang kaya. Sedangkan Dara, hanya mengandalkan otak untuk bisa bertahan disana.
''Dara, kenapa bajumu?'' tanya Pak Burhan, dosen pembimbing di kelas Dara.
''Tidak apa-apa, Pak. Tadi jatuh.''
''Jatuh dicomberan kali, Pak!" seloroh salah satu mahasiswa yang disambut tawa oleh semuanya. Dara hanya bisa diam sambil memeluk tubuhnya yang terasa dingin karena pakaiannya basah dan bau sambal.
''Sudah-sudah, jangan berisik! Kita mulai pelajaran. Dara, kamu silahkan duduk.''
''Terima kasih, Pak.''
Bullyan dan hinaan bahkan diperlakukan memalukan, masih bisa Dara tahan. Tapi jika menyinggung Ayahnya, hati Dara terasa sakit sekali. Ingin membalasnya, namun Dara tidak mempunyai kekuatan untuk membalas mereka. Dara hanya bisa pasrah meratapi nasibnya sembari terus berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya.
Setelah jam pelajaran selesai, Dara segera menuju tempat parkir. Dara harus buru-buru pulang karena dua jam lagi ia harus pergi untuk les privat. Namun naas, ban motor butut milik Dara bocor. Sebuah motor honda 800 yang sudah di modif oleh Ayah Dara dulu itu, menjadi tunggangan sehari-hari Dara. Tidak pernah ada rasa malu dalam benak Dara. Disaat semuanya menggunakan mobil dan motor yang bagus, Dara tetap percaya diri dengan tunggangan jadulnya itu. Apalagi itu adalah pemberian dari Ayahnya.
''Ya ampun, apes lagi.'' Kesal Dara. Dari kejauhan Jessica dan kedua temannya mentertawakan Dara.
''Emang enak, rasain elo Dara. Sok-sokan mau ngalahin gue sih!"
''Iya lho, gue gedek banget lihat dia!" sahut Nita, teman Jessica.
''Apalagi gue? Gayanya sok cupu tapi anaknya penipu!" timpal Monik.
''Besok kita kerjain dia lagi, masih belum puas gue.'' Kata Jessica seraya berlalu.
Akhirnya Dara terpaksa menuntun motornya sampai satu kilometer, hingga akhirnya ia menemukan tukang tambal ban. Dara tidak tahu lagi bagaimana bentuk muka dan pakaiannya yang bau ini. Sadar diri, Dara memilih menjauh dari orang-orang yang sedang mengantre.
Setelah satu jam menunggu, akhirnya motor Dara sudah di tambal. Ia segera bergegas untuk pulang dan mandi, bersiap untuk pergi ke rumah seorang anak bernama Nicko. Sudah dua bulan Dara mengajar Nicko. Tidak banyak memang yang menggunakan jasa les privat Dara. Terlebih melihat penampilan Dara yang kumal, culun dan buruk rupa, para orang tua tidak yakin menggunakan jasa Dara. Bukan hanya itu, anak-anak juga merasa takut dengan Dara.
Bahkan saat mengajar anak remaja pun, Dara justru di bully dan di kerjai oleh mereka. Mereka yang badung tentu saja malas belajar dan ingin Dara menyerah dengan sendirinya. Begitu banyak cobaan dan ujian yang Dara lewati. Dara berharap suatu saat ia bisa menemukan kebahagiaannya.
''Kenapa mereka selalu melihat dengan fisik? Tidak bisakah mereka melihat sisi lain dariku, yaitu hatiku. Aku ingin sekali mempunyai teman dan bisa meluangkan waktu bersama mereka. Tapi kenapa mereka selalu mengkotak-kotakan diri mereka, antara si kaya dan si miskin. Juga si cantik dan si buruk rupa. Bukankah dimata Tuhan kita semua sama?'' gumam Dara dalam hati, saat ia bercermin di kamarnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Upi Upi
aq mampir thor...
2022-09-11
0
muthia
mampir thor, semangat💪
2022-04-01
2
Lavinka
hai kak. salam destiny RiBay
2022-03-04
0