BAB 4 Mempertimbangkan

Masih di kamar apartemen, setelah Sean dan Reza pergi, Dara segera mandi sebelum ia pulang. Selesai mandi, Dara melihat sebuah kotak berwarna merah berisi sebauh pakaian, lengkap dengan sepatu yang sangat cantik. Dara tidak pernah memakai baju dan sepatu sebagus ini. Dara berlenggak-lenggok di hdapan cermin menatap dirinya sendiri. Dara memakai dress dan sepatu itu serasa seperti seorang Cinderella.

“Kenapa aku merasa cantik ya memakai pakaian ini? Pakaian ini seperti memiliki magic. Sudah pasti ini karena mahal.” Gumamnya dengan rasa decak kagum.

“Aku harus pulang, Ayah pasti khawatir.” Dara pun bergegas keluar dari apartemen. Saat keluar dari apartemen, dua orang bertubuh kekar mengawal Dara sampai menuju mobil. Ya, sebuah mobil mewah. Dara tidak bisa berkata-kata apalagi selain terkejut dengan apa yang diberikan oleh Sean. Dua pengawal tadi mempersilahkan Dara masuk ke dalam mobil. Dara menurut dan masuk ke dalam mobil itu.

 

Sesampainya di rumah, Dara mengendap masuk ke kamarnya. Dara sendiri memilih di turunkan di depan gang. Ia tidak ingin warga bergunjing tentangnya. Dara menghela nafas lega saat ia sampai di kamar dengan selamat tanpa harus terpergok oleh Ayahnya. Sesampainya di kamar, Dara segera berganti pakaian supaya Ayahnya tidak curiga. Setelah berganti pakaian, Dara lalu keluar dari kamarnya dan disaat yang bersamaan, Pak Lukman juga baru saja masuk ke rumah.

“Dara, kamu sudah pulang nak?”

“Baru saja, Yah. Ayah darimana?”

“Dari warung membeli gula. Mau buat kopi tapi gulanya habis.” Ucap Pak Lukman dengan senyum lebarnya.

“Maaf ya Yah, Dara lupa beli. Ayah sudah makan?”

“Belum Dara. Ayah menunggu kamu. Tapi Ayah sudah memasak untuk kamu. Tapi Cuma telur dadar saja.”

“Tidak apa-apa Ayah. Itu sudah cukup.”

“Oh ya, Ayah tidak melihat motor kamu.”

“Mmmmm motornya mogok, Yah. Jadi Dara tinggal di bengkel teman Dara.” Dara terpaksa berbohong pada Ayahnya. Kalau Dara menceritakan yang sebenarnya, sudah pasti akan membuat Pak Lukman semakin sedih.

“Ya sudah, kalau begitu kita makan ya.”

“Iya Ayah.”

Malam itu Dara benar-benar tidak bisa tidur. Berkali-kali ia membaca dokumen perjanjian dari Sean. Dara bingung harus mengatakan apa pada Ayahnya.

“Aku bingung, apa yang harus aku lakukan sekarang? Tidak mungkin aku bilang pada Aayah kalau aku akan menimah. Tapi orang-orang itu siapa? Kenapa mereka memintaku untuk menjadi istrinya? Apa mereka hanya modus saja ya. Atau sebenarnya mereka ingin menjual dan menculikku? Aku tidak bisa menandatangainya dulu sebelum semuanya jelas. Aku juga tidak tahu siapa mereka? Jaman sekarang banyak sekali orang jahat. Setidaknya aku butuh bukti kalau mereka orang baik. Ya, aku tidak boleh gegabah. Sebaiknya aku belajar saja untuk menyiapkan ujian besok.”

 

Keesokan harinya, saat Dara sedang di halte menunggu angkot, tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berhenti tepat di depan Dara. Seorang pria bertubuh kekar dengan setelan kemeja turun menghampiri Dara. Dara merasa takut namun ia merasa tidak bisa kabur.

“Selamat pagi Nona Dara. Tuan Sean meminta saya untuk mengantar anda ke kampus.”

“Hah? Tu-tuan Sean?” ucap Dara tergagap sambil membenarkan kembali kacamata tebalnya. Melihat seksama pria dihadapannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. SERAM! Itulah yang ada di pikiran Dara.

“Ti-tidak usah. Aku naik angkot saja.” Jawab Dara tergagap.

“Tolong jangan menyulitkan pekerjaan saya Nona. Saya bisa dipecat hari ini juga.” Kata pria yang merangkap sebagai supir sekaligus bodyguard itu.

“Apa aku ikut saja ya? Tapi bagaimana kalau aku di culik dan dikirim ke luar negeri? Tapi kalau orang ini benar-benar di pecat kasihan juga.” Gumam Dara dalam hati.

“Baiklah kalau begitu.” Ucap Dara. Pria bertubuh kekar itu lalu membuka pintu belakang mobul dan mepersilahkan Dara untuk masuk.

“Sekalian saja aku membuktikan kalau dia benar-benar manusia yang baik atau bukan.” Gumam Dara dalam hati. Tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk di ponsel Dara. Dan ternyata pesan itu dari Sean.

Sean : Selama motormu masih di bengkel, supirku akan mengantar dan menjemputmu ke kampus.

Mata Dara terbelalak mendapat pesan dari Sean. Karena ia tidak merasa menyimpan nomor pria tidak dikenal itu. Apakah dia sungguh orang baik atau modus? Aku harus lebih hati-hati. Dan Dara lebih memilih mengabaikan pesan dari Sean.

“Pak, tolong turunkan di pinggir jalan saja ya. Jangan sampai masuk ke dalam.”

“Iya Nona.”

Akhirnya setelah tiga puluh meneit perjalanan, Dara sampai juga di kampus.

“Terima kasih ya, Pak.”

“Sama-sama Nona.”

Dara dengan langkah yang berat, melangkahkan kakinya memasuki pelataran kampus. Kejadian kemarin benar-benar membuat Dara trauma namun Dara harus tetap kuat untuk Ayahnya. Memang tidak semua orang membullynya namun kekuatan Jessica untuk menghasut yang lain, membuat mereka terpengaruh dan ikut membully Dara. Dan Jessica selalu mengancam akan menyebarkan berita tentang Ayahnya kepada semua orang kalau sampai Dara berani mengadu.  Apalagi mereka dulu satu SMA.

“Masih punya nyali juga si buruk rupa itu.” Sinis Jessica saat melihat Dara memasuki pelataran kampus.

“Iya ya. Gila ya dia nyalinya gede banget. Eh tapi kemarin siapa yang nyelamatin dia? Orang-orang bayaran kita sampai lari terbirit-birit.” Sahut Mona.

“Memang ada yang mau nylametin si buruk rupa itu?” sinis Jessica.

“Ada yang bilang kayak gitu sama gue, Jes.” Kata Monik.

“Iya ya, gue juga penasaran. Dari dulu sampai sekarang dia kita tindas, tidak ada yang berani ikut campur lho.” Sambung Nita.

“Emang wajahnya nggak kelihatan apa?” tanya Jessica.

“Nggak Jes. Mereka pakai masker jadi sudah pasti tidak ada yang tahu. Mereka juga pakaian hitam-hitam.” Kata MOnik. Jessica menjadi penasaran siapa yang menolong Dara.

“Oke, kita pikirkan itu nanti. Sekarang kita fokus ujian saja.”

“Hah? Fokus? Yakin bisa?” Seloroh Nita dengan tawanya.

“Setidaknya ada elo yang bisa kita andalkan, Nit.” Jawab Jessica terkekeh.

 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

 

Sementara itu, Sean di dalam ruangannya sedang sibuk membaca semua surat dari mahasiswi di kampus kemarin. Dan ia melihat ada satu nama yang tidak asing baginya, Adara Ayunda.

“Oh, jadi Dara ikut terpilih juga kemarin?” gumam Sean. Sean lalu membaca isi surat itu.  Di dalam surat itu, Dara meminta untuk sarana dan prasarana pembelajaran mahasiswa di tambah. Dan hal yang paling menarik bagi Sean adalah, saat Dara menyuarakan tentang perundungan. Karena mereka yang dirundung terlalu takut untuk melaporkan kejadian itu, sehingga Dara ingin meminta sebuah kotak surat. Didalam kotak surat itu, semua mahasiswa bebas mengutarakan pendapatnya termasuk tentang perundungan yang dialami oleh mereka yang lemah.

Dengan kotak surat itu, saya harap mereka berani bersuara dan hendaknya kotak surat itu bisa diperiksa minimal satu minggu sekali. Selain itu para mahasiswa bisa memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kampus. Saya disini juga bukan sekedar membahas tentang perundungan fisik saja melainkan perundungan tentang status sosial. Semua orang di lahirkan dengan kehidupan yang berbeda. Semua orang jika diminta memilih, mereka pasti akan memilih dilahirkan dari keluarga yang terpandang, terhormat dan berkecukupan secara materi. Namun tidak semua orang memiliki keadaan seperti itu dan kita tidak bisa memilih meminta di lahirkan dari keluarga seoarang presiden, pengusaha,  petani, nelayan bahkan sekalipun seorang perampok. Setidaknya pihak kampus tidak melihat asal usul keluarga mereka karena semua anak pasti ingin menjadi yang lebih baik dari orang tuanya. Yang penting anak itu sendiri tidak mempunyai catatan kriminal, bagi saya itu sudah cukup untuk diterima belajar di universitas ini. Saya harap Bapak memiliki kebijakan seperti itu dan lebih mengutamakan prestasi dan keseriusan mereka untuk benar-benar ingin belajar di universitas ini. Karena banyak sekali kejadian seperti itu dan anak-anak lah yang menanggung semua kesalahan itu.

Begitulah Pak isi surat yang ingin saya sampaikan kepada Bapak. Mohon maaf jika ada ucapan saya yang tidak sopan dan tidak berkenan di hati anda. Dan saya harap surat ini bukan hanya sekedar dibaca tapi juga akan terealisasikan dengan pembaharuan perturan. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca surat saya, Pak.

Hormat saya, Adara Ayunda.

Sean dibuat termenung dengan isi surat Dara. Tentu saja Sean tahu semua yang dialami oleh Dara. Dan selama ini ia belum bertindak apapun. Apalagi untuk urusan yayasan, baru kali ini Sean terlibat.

 

Bersambung…. Apakah yang akan di lakukan Sean selanjutnya???

Terpopuler

Comments

Tutun Imam

Tutun Imam

ayo sean bangkit tolongin puaan hatimu dara gadis baik

2022-03-07

2

Irsa Arini

Irsa Arini

dara kamu isdebes 👍👍

2022-03-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!