BAB 10 Adara Ayunda

Hampir dua bulan Dara menghabiskan waktunya di Korea, disana ia mendapat bimbingan langsung dari pelatih taekwondo yang sudah Sean rekomendasikan untuk Dara. Meskipun latihan itu menguras energi, namun hal itu juga lebih membuat mental Dara terlatih dari sebelumnya. Kini Dara bersama Sean dan Reza telah berada di dalam pesawat yang sebentar lagi akan tiba ditanah air.

“Tuan, apa yang harus aku lakukan saat kita sampai di Indonesia?”

“Aku akan mengajakmu menemui keluargaku.”

“Ap-apa? Menemui keluarga anda?” Dara tergagap.

“Iya. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, jangan panggil aku Tuan.”

“Lalu aku harus memanggil Tuan apa?”

“Panggil sayang saja, Nona.” Celetuk Reza yang duduk di bangku belakang.

“Ap-apa? Sa-sayang?” lagi-lagi Dara tergagap.

“Mmmm ide Reza bagus juga. Supaya semuanya yakin dengan hubungan kita. Aku juga akan memanggilmu dengan sebutan itu. Berlaku saat bersama keluargaku dan orang terdekat saja. Di luar itu kembali ke mode biasa.” Jelas Sean.

“Wah, kemajuan nih si bos tidak gagap lagi.” Celetuk Reza.

“Diam KAU!” sahut Sean.

 

Akhirnya mereka sampai juga di tanah air setelah perjalanan kurang lebih 7 jam. Sean langsung mengantar Dara pulang ke rumahnya. Semua orang takjub melihat perubahan Dara terutama Ayah Dara. Mata Pak Lukman berkaca-kaca begitu melihat wajah putrinya kembali seperti sediakala.

“Dara, ini sungguh kamu nak?” ucap Pak Lukman sambil menangkup wajah Dara. Mata Dara pun ikut berkaca-kaca.

“Iya Ayah, ini Dara.”

“Anakku.” Pak Lukman lalu memeluk putrinya dengan sangat erat.

“Kamu cantik sekali nak, persis almarhum Ibumu.”

“Dara merindukan Ayah.”

“Ayah juga merindukan kamu. Dua bulan rasanya seperti sewindu bagi Ayah. Kamu sangat cantik, Nak.”

Sean tersenyum kecil melihat kebahagiaan dihadapannya itu, begitu juga dengan Reza. Mereka berdua ikut berjuang dalam merubah Dara baik secara fisik maupun mental.

“Tuan Sean, terima kasih untuk semuanya. Akhirnya wajah putriku kembali seperti dulu. Bahkan kini ia tidak perlu memakai kacamata lagi dan rambutnya yang ikal ini pun menjadi lurus begini. Terima kasih Tuan sudah membuat Dara berubah seperti ini.”

“Sama-sama Pak.”

“Bagaimana Pak Lukman? Bukankah Tuan Sean adalah menantu idaman untuk anda?” sahut Reza yang begitu pintar meyakinkan hati seseorang.

“Iya Tuan Reza. Aku merestui hubungan Dara dengan Tuan Sean.”

“Karena Tuan Sean akan menjadi menantu anda, kurang tepat jika anda memanggilnya Tuan. Panggil saja Sean, Pak. Begitu juga denganku, panggil saja Reza.” Ucap Reza.

“Iya nak Sean, nak Reza. Dan panggil saja aku Ayah.” Ucap Pak Lukman.

“Oke Ayah!” jawab Reza dengan senyum lebarnya.

“Maafkan Dara, Ayah. Karena pernikahan ini hanyalah sebuah perjanjian hitam diatass putih.” Gumam Dara dalam hati.

Setelah mengantar Dara pulang, Sean pun juga pulang. Sesampainya dirumah, ternyata disana sudah ada Tuan Gunawan dan Nyonya Sonia.

“Darimana saja kamu, Sean?”

“Papa kan menyuruh Sean pergi ke Korea. Jadi Sean juga baru pulang, Pah.”

“Iya tapi kenapa kamu sampai dua bulan disana? Sudah tahu pekerjaan di kantor banyak, untung saja Vino bisa menghandle semuanya. Kamu ini teledor sekali. Kamu pasti sengaja mangkir dari tanggug jawabmu kan?”

“Pah, Sean baru sampai. Jangan marahin dia dong, Pah.” Nyonya Sonia berusaha menenangkan.

“Apa perlu jabatan sebagai CEO Papa berikan pada Vino? Karena kamu juga tidak ada kemajuan sejauh ini. Selalu menggunakan Reza sebagai bayang-bayangmu. Mau sampai kapan begini terus?” suara Tuan Gunawan semakin meninggi. Padahal selama ini, semua gebrakan untuk memajukan perusahaan adalah ide brilian Sean.

“Papa ini bicara apa sih? Anak kandung kita itu tetap Sean, bukan Vino. Vino hanya angkat saja sekaligus adik ipar Sean.” Kata Nyonya Sonia.

“Siapaun itu Mah, kalau Papa rasa dia pantas, akan Papa berikan jabatan itu. Mau sampai kapan kamu sembunyi seperti itu, Sean? Dan juga mana gadis yang mau kamu bawa ke rumah? Karena kalau sampai kamu tidak membawa gadis itu, sudah Papa pastikan, Papa akan mencarikan calon istri untukmu dan kalau kamu menolak, jangan harap warisan Papa akan jatuh ketanganmu.”

“Besok aku akan membawanya ke rumah saat makan malam dirumah.” Ucap Sean seraya berlalu menuju kamarnya.

“Oke, Papa tunggu besok. Dasar anak kurang ajar!” teriak Tuan Gunawan.

“Sudah Pah, sebaiknya kita pulang. Buktinya Sean juga bisa menyelesaikan tugasnya di Korea kan? Acara di kampus juga sukses, Pah.”

“Sukses apanya? Pidato saja pakai masker, sampai dia mendapat julukan pangeran bertopeng. Dia juga membatalkan acara tatap muka dengan mahasiswa kan?”

“Tapi kan dia ganti dengan membalas surat-surat mereka, Pah. Sudah, ayo pulang! Biar Sean istirahat.”

“Paling di sana dia juga selalu mengunci diri.” Kata Tuan Gunawan dengan kesal.

Dikamarnya, Sean menatap wajahnya dicermin. Tidak ada yang salah dari wajahnya yang memang tampan itu. Sean mengepalkan tangannya lalu memukul cermin dihadapannya sampai retak bahkan tangannya berdarah. Ia lalu menangis dan membiarkan darah menetes dari tangannya. Social anxiety disorder adalah gangguan kesehatan mental yang sudah diidap Sean sejak kecil. Itu adalah sejenis gangguan mental yang ditandai dengan rasa takut akan diawasi, dihakimi, atau dipermalukan oleh orang lain. Gangguan itu juga disebut kecemasan sosial. Semua itu teerjadi karena Sean mengalami rasa trauma sejak ia masih duduk dibangku sekolah dasar di tambah dengan pola asuh Tuan Gunawan yang terlalu keras dan menuntut. Apalagi posisi Sean sebagai anak laki-laki pertama dalam keluarga dan di gadang-gadang sebagai penerus kerajaan bisnis keluarga. Untuk itu, saat berhadapan dengan banyak orang, Sean akan merasa takut, gugup, gelisah bahkan sampai berkeringat dingin. Kalaupun dipaksakan, Sean pasti akan pingsan dan langsung demam. Namun kedua orang tua Sean tidak memahami itu, apalagi Papanya yang hanya menuntut  kesempurnaan dari Sean sang pewaris. Jadi selama ini Sean merasa nyaman saat bersama orang terdekat atau keluarga saja, itupun Sean juga tidak terlalu banyak bicara. Namun yang jelas, Sean sangat menyayangi adik perempuannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

 

Keesokan harinya, Dara dengan penuh semangat bersiap ke kampus. Saat melihat wajahnya dicermin, Dara menyunggingkan senyumnya. Dara sangat senang karena bisa melihat dengan jelas tanpa menggunakan kacamata. Bekas luka bakar itupun kini tidak terlihat lagi.

“Kenapa aku merasa deg-degan ya? Ayo Dara, semangat! Bagaimana kalau nanti mereka membullyku lagi?” gumam Dara yang berbicara dengan pantulan dirinya didalam cermin.

Tiba-tiba sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel Dara. Ada nama Sean disana.

Sean : Selamat pagi, Dara. Jadilah Dara yang baru dan lebih tangguh. Nanti jam 7 malam aku jemput. Dan aku perkenalkan dengan kedua orang tuaku.

Membaca kalimat terakhir Sean, Dara pun menelan ludahnya. Ia menjadi takut dan juga gugup.

“Ya Tuhan, bagaimana ini? Mereka pasti orang kaya dan terpandang, sementara aku hanyalah anak seorang buruh kuli biasa. Bagaimana aku bisa menghadapi keluarga Tuan Sean? Kalau aku mundur sebelum kontrak selesai, aku harus membayar uang penalty yang nilainya tidak kecil. Termasuk hitungan biaya operasi dan rumah ini, bahkan semua uang yang sudah Tuan Sean keluarkan untukku. Aku harus tetap maju! Ya Tuhan, maafkan aku jika kejujuranku juga harus aku gadaikan.” Akhirnya Dara lalu membalas pesan dari Sean.

Dara : Baik Tuan.

 

Setelah sarapan dan berpamitan pada Ayahnya, Dara pun segera berangkat ke kampus dengan motor kesayangannya. Dara merasa semakin percaya diri. Sementara itu dikampus, Jessica punya banyak mangsa untuk ia jajah selain Dara.

“Aduh, kenapa dikampus ini banyak sekali kuman ya?” kata Jessica yang baru saja selesai mengguyurkan segelas jus ke kepala salah satu mahasiswa yang ia tindas.

“Jadi kangen kuman abadi itu gue, Jes.” Sahut Monik.

“Kuman yang mana Mon?” tanya Nita.

“Si Dara lah, siapa lagi memangnya?” ucap Monik.

“Ah iya juga ya. Mana tuh si Dara, dua bulan nggak nongol sejak kita bikin dia basah kuyup.” Kata Jessica dengan tawa jahatnya. Jessica dan kedua sahabatnya itu lalu pergi meninggalkan kantin.

Dan hari itu kedatangan Dara membuat semua mata tertuju padanya.

“Dara ya?” kata semua mahasiswa yang berpapsan atau bahkan melihat Dara.

“Iya, aku Dara.” Jawab Dara dengan senyum ramahnya. Mereka semua begitu takjub dengan perubahan Dara hari itu. Dara yang biasanya berjalan menunduk, kini ia berani mengangkat kepalanya penuh dengan rasa percaya diri. Dara bahkan melempar senyum ramahnya pada mereka semua, walaupun sebelumnya Dara selalu bersikap ramah namun dulu keramahan Dara selalu diabaikan.

BERSAMBUNG…. Bagaimanakah reaksi Jessica saat melihat Dara? Akankah Dara akan balas dendam pada Jessica?

Terpopuler

Comments

Irsa Arini

Irsa Arini

pasti jesica kayak cacing kepanasan

2022-03-13

1

Tiarmin Malau

Tiarmin Malau

kok blom up ya kak

2022-03-08

0

Tutun Imam

Tutun Imam

bagus dara tunjukan kecantikanmu hempaskan dedemit yg selalu ngnggumu

2022-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!