BAB 16 Kekhawatiran Sean

Melihat video klarifikasi Dara, Jessica sangat geram.

“SIAL! Lagi-lagi dia bisa lolos. Kalian ini bisa nggak sih kerja yang bener? Bukti yang kalian dapatkan itu sama sekali tidak akurat. Makanya dia bisa lolos dengan mudah. Persetan dengan orang bodoh yang membantu Dara merubah penampilannya. Tapi bukti ini terlalu lemah.” Marah Jessica.

“Kita mana tahu ceritanya begitu, Jes. Jangan salahin kita dong.” Kata Monik.

“Kita pikirkan cara lain lagi, Jes.” Kata Nita.

“Iya, cara apa?”

“Ya kita sebar isu kalau Dara oplas. Seru tuh! Biar cowok-cowok lebih hati-hati lagi mau deketin Dara karena wajahnya semuanya palsu.” Usul Nita.

“Ide bagus! Pastikan isunya lebih kenceng dari berita tadi.” Timpal Monik.

“Dan pastikan kita pakai jasa orang ketiga supaya kita tidak ketahuan.” Kata Jessica.

“Itu pasti, Jes.” Kata Nita.

 

Sementara itu, setelah membuat video klarifikasi itu, Dara kemudian mengirimkan video itu pada Sean.

Tuan, maafkan aku. Aku harus membuat video klarifikasi itu karena mereka menuduhku dan memfitnahku kalau aku menjual diri demi merubah penampilanku. Sekali lagi maafkan aku, Tuan. Hanya cara itu yang bisa aku lakukan. Mereka selalu berusaha menjatuhkanku.

Begitulah isi pesan Dara pada Sean. Melihat ada pesan masuk, Sean segera membacanya.

“Dara. Rupanya Dara masih di ganggu juga.” Gumam Sean seraya memutar video itu.

“Wah, kasihan Nona Dara. Dia masih saja di rundung.” Sahut Reza yang berdiri disamping bosnya yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu.

“Bos, sebaiknya bos juga harus ke psikiater supaya fobia sosial bos itu hilang. Kalau seperti ini kasihan Nona Dara. Nona Dara butuh anda untuk melindunginya. Pasti setelah ini mereka membuat ulah lagi. Pasti itu gerombolannya Jessica itu.”

“Kamu pantau saja Dara dikampus. Dan bantu dia saat dia ada dalam masalah.”

“Bos, sebentar lagi kalian akan menikah. Bagaimana kalian akan menjalankan rumah tangga kalau bosa saja masih seperti ini? Apa bos sudah menceritakan sakit bos pada Dara? Setidaknya Dara harus tahu, bos.”

“Kita pikirkan itu nanti, Reza. Kamu harus menyamar sebagai apa gitu suapaya bisa mengawasi Dara. Kamu tahu kan pernikahan ku dengan Dara itu palsu jadi aku tidak bisa muncul sembarangan. Kamu ingin aku mati?”

“Setidaknya bos berobat. Jangan hari ini berobat terus besoknya absen lagi. Ingat bos, jangan sampai jabatan itu diberikan pada Tuan Vino.”

“Sudah, kerjakan saja apa yang aku minta. Karena setelah ini mereka akan membuat ulah lagi dan aku yakin cepat atau lambat mereka juga akan menyebarkan berita tentang Ayah Dara. Aku tidak menyangka jika universitas milik keluargaku memiliki cerita buruk seperti ini.”

“Lalu apa yang ingin bos lakukan pada mereka yang suka membuat onar itu?”

“Tentu saja aku akan membuat perhitungan. Dan juga cek semua latar belakang orang tua ketiga perundung itu. Sekalipun reputasi kampus dipertaruhkan.”

“Siap bos, aku akan melakukan yang terbaik. Kalau begitu, aku permisi.” Ucap Reza seraya berlalu meninggalkan ruangan Sean. Tak lama kemudian, datanglah Vino keruangan Sean.

“Permisi Sean.”

“Ad-ada apa Vino?”

Vino kemudian memberikan sebuah proposal pada Sean. “Ini proposal yang sudah aku buat, Sean. Bagaimana menurutmu, Sean? Karena pesaing kita dari perusahaan asing juga. Kalau kita sampai berhasil mendapatkan proyek ini, bukan hanya sekedar keuntungan yang kita dapat tapi juga nilai saham perusahaan akan semakin meroket. Karena ini adalah proyek international.” Jelas Vino. Sean kemudian memeriksa isi proposal yang dibuat oleh Vino.

“Maaf Vin, kalau isi proposalmu seperti ini kamu akan ditertawakan. Apalagi pesaing kita bukan main-main. Kamu harus punya strategi khusus yang bisa membuat klien mu penasaran dan akhirnya mereka tertarik.”

Vino tersenyum. “Dan aku ingin kali ini kamu yang melakukan presentasi itu.”

Sean tercekat. “Apa maksudmu?”

“Sean, sampai kapan mau sembunyi? Semua keberhasilanku juga berkat campur tangan mu. Ini kesempatan bagimu untuk membuktikannya pada Papa.”

“Tidak ada yang ingin aku buktikan pada Papa, Vin. Aku akan membuat ulang proposal ini dan akan mengirimnya lewat emailmu.”

“Tapi Sean, kamu adalah pemimpin yang sesungguhnya diperusahaan ini, bukannya aku. Aku selalu menjadi baying-bayangmu sejak dulu. Kamu selalu memerintahku melakukan apa yang ada dalam pikiranmu. Kenapa kamu tidak melakukannya sendiri? Sejujurnya aku juga tertekan dengan sikap Papa yang selalu menuntutku sempurna.”

“Vino, kamu bisa mengatasinya, sementara aku? Apa yang bisa aku lakukan?”

“Setidaknya pergilah ke psikiater, Sean. Sebentar lagi kamu akan menikah dengan Dara. Kalau kamu tidak berani keluar, bagaimana kamu bisa melindungi Dara? Pikirkan itu baik-baik, Sean. Aku permisi.”

Sean hanya menghela mendengar ucapan Vino. Entah sudah berapa ratus kali Reza dan Vino memintanya untuk pergi ke psikiater dan fokus berobat namun Sean selalu mengabaikannya.

 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam harinya dirumah Dara…

“Ayah sedang sibuk apa?” tanya Dara yang melihat Ayahnya tampak sibuk diruang tengah dengan segala macam peralatan menggambar.

“Ayah sedang mendesain sebuah bangunan, Nak, Ayah akan menggambar denah bangunan ini supaya kita ada pemasukan. Ayah tidak mau menggantungkan kamu ataupun Nak Sean. Dan selama kamu belum menikah, kamu tetaplah tanggung jawab Ayah. Ayah akan menawarkan desain-desain Ayah ini ke berbagai perusahaan. Ayah juga tadi membeli kayu dan papan bekas yang akan Ayah jadikan kursi dan meja. Ayah tidak bisa hanya diam. Setidaknya saat orang tua Nak Sean kerumah, Ayah bisa menjawab kalau Ayah punya pekerjaan, bukan pengangguran. Ayah tidak mau dianggap memanfaatkan Nak Sean, Dara.”

“Apa yang Ayah katakan benar juga. Meskipun keluarga Tuan Sean baik tapi tetap saja aku takut Yah. Dara bahkan tidak bisa melepaskan kata Tuan dalam memanggilnya. Dara merasa rendah diri sekali, Yah. Dara merasa tidak pantas mendapatkan semua ini. Dara bahkan masih bingung dan tidak percaya dengan apa yang kita alami sekarang. Dara takut jika ini hanya mimpi.”

“Dara, sekalipun ini mimpi untuk kita setidaknya Tuhan memberikan kita kesempatan menjadi orang yang lebih baik dan meraskan tidur dikasur yang empuk ini. Bukankah begitu?” kata Pak Lukman dengan tawa kecilnya.

“Ayah selalu saja bisa menghiburku. Ayah cepat istirahat ya, ini sudah larut malam.”

“Iya-iya, kamu juga cepat istirahat. Besok harus pergi kuliah.”

“Iya Ayah.”

 

####

 

Hari itu lagi-lagi mereka menatap penuh selidik kearah Dara namun Dara cuek saja. Dara bersama Nana dan Lita sedang berada di kantin. Dan benar dugaan Dara, hari ini Jessica membuat ulah lagi. Kali ini Jessica membuat tuduhan bahwa Dara melakukan operasi plastik.

“Dara, lihatlah ini.” Kata Nana seraya menunjukkan ponselnya pada Dara.

Dara menghela. “Aku tahu mereka akan memfitnahku seperti ini. Sangat mudah menepis berita ini. Kalian juga tahu saat aku menjadi itik buruk rupa bentuk hidungku dan bibirku sudah seperti ini. Aku bahkan bisa menjamin kalau dihidungku tidak ada implant. Kamu boleh memegangnya.”

 

“Siapa sih yang akhir-akhir ini sering membuat berita buruk tentangmu Dara?” tanya Lita.

“Aku juga tidak tahu, Lita. Aku merasa seperti seorang selebriti yang banyak sensasi padahal aku punya banyak prestasi.” Kata Dara terkekeh.

“Kali ini aku tidak akan menghiraukan berita ini.” Ucap Nana.

“Oh ya Dara, kamu bisa mengupload foto masa kecilmu. Supaya mereka tahu kalau wajahmu masih asli.” Usul Lita.

“Bener tuh kata Lita. Biar aku bantu sebarkan Dara.”

“Baiklah, aku akan mencari foto-foto masa kecilku.” Ucap Dara. Dan tiba-tiba datanglah gerombolan Jessica ke kantin.

“Wah-wah si itik buruk rupa, muka badut dan si gentong lagi kumpul di kantin nih.” Ucap Jessica dengan tatapan mengejek.

“Oh, jadi ternyata ini yang dikabarkan oplas? Waduh, ternyata palsu juga  ya.” Sambung Monik.

“Kita semua tertipu dengan julukan Dewi.” Sahut Nita.

“Nana, Lita, ke kelas yuk! Kita kan mahasiswa kompeten jadi sebaiknya kita juga berkumpul dengan orang berkompeten, bukan dengan tukang ghibah dan tukang bully.” Kata Dara dengan tatapan meledek.

“Iya yuk! Percuma sih wajah cantik tapi hati busuk.” Timpal Nana.

“Pantas saja aku mendadak mencium aroma tidak sedap seperti bangkai.” Sambung Lita sambil mengendus kearah Jessica dan gengnya. Jessica mengeratkan rahangya mendengar ucapan Dara, Nana dan Lita yang begitu pedas.

“Jaga mulutmu ya! Dasar kurang ajar.” Jessica lalu melayangkan tangannya untuk menampar Dara namun Dara dengan sigap menangkisnya. Bahkan Dara mencengkeram erat pergelangan tangan Jessica sampai Jessica tidak bisa berkutik.

“Aku sudah memperingatkanmu Jessica. Berhenti berulah!” Dara kemudian melepaskan cengkramannya. Dara, Nana dan Lita kemudian pergi meninggalkan kantin. Dara merasa sangat puass bisa membungkam mulut Jessica.

“Puas sekali bisa membalas mengatai mereka.” Bisik Nana.

“Kita hanya membutuhkan keberanian untuk melawan nenek sihir itu.” Sambung Lita.

“Iya, kalian benar sekali. Kita harus menumpas perundungan.” Kata Dara dengan semangat.

“SETUJU!” kompak Nana dan Lita.

 

Bersambung..... Dapatkah Dara membuktikan tuduhan yang dibuat oleh Jessica kali ini? Lalu apa lagi ulah yang akan dibuat oleh Jessica untuk menyingkirkan Dara dari kampus?

 

Terpopuler

Comments

muthia

muthia

semangat selalu thor 💪💪

2022-04-02

1

Irsa Arini

Irsa Arini

benar sean kamu harus berobat agar kamu kedepannya bisa mejaga dara dari bullyian

2022-03-17

1

Epo Sarifah

Epo Sarifah

dara tidak akan tersingkirkan dr kampus, yg ada jesica dan gengnya yg tersingkirkan

2022-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!