“Jes-Jes, lihat itu! Ada mahasiswa baru.” Kata Monik sambil menunjuk kearah Dara. Karena Monik sendiri hampir tidak mengenali Dara. Pandangan Jessica dan Nita lalu mengarah pada telunjuk Monik. Dara semakin dekat kearah Jessica. Biasanya saat melihat Jessica, Dara selalu putar balik namun kali ini Dara ingin menunjukkan kalau ia bukanlah Dara yang dulu.
“Pagi Jes,” sapa Dara saat melintasi Jessica dan teman-temannya. Mereka bertiga terpaku melihat wajah Dara yang begitu cantik. Jessica mengernyitkan alisnya. “Dia mengenalku? Memang siapa dia?” gumam Jessica dalam hati.
“Berhenti!” ucap Jessica. Dara menghentikan langkahnya. Jessica, Nita dan Monik lalu mengitari dan mengililingi Dara. Melihat Dara dari ujung kaki sampai ujung kepala.
“Sepertinya wajah elo nggak asing.” Ucap Nita.
“Gue rasa, gue tahu siapa dia.” Kata Jessica.
“Sepertinya gue juga tahu, Jes.” Sahut Monik.
“Si buruk rupa!” ucap Jessica, Monik dan Nita dengan kompak. Mereka lalu dengan kompak mentertawakan Dara.
“Wah-wah, sepertinya ada yang pingin nyaingin kecantikan gue dikampus ini.” Ucap Jessica dengan tatapan sinis.
“Kayaknya dia pingin jadi kayak kita deh. Miss popular dan beautiful! Siapa sih yang tidak kenal kita?” sahut Monik dengan senyum mengejek.
“Jadi selama dua bulan ini, elo sibuk memperbaiki diri elo ya? Dapat uang darimana melakukan perawatan seperti itu, Dara? Kemana wajah belang elo itu?” kata Jessica sambil mencapit dagu Dara.
“Oh, jangan-jangan bokapnya ngrampok lagi buat permak wajah anaknya ini.” Seloroh Monik.
“Nah, pasti itu. Pasti dia dan bokapnya sibuk maling buat ngumpulin uang supaya bisa seperti ini. Mustahil saja buruk rupa dan miskin seperti ini bisa pergi ke dokter kulit.” Ucap Jessica dengan begitu pedasnya. Dara hanya diam, membiarkan mereka berbicara sesuka hati.
“Rambut mie keritingnya saja jadi lurus. Kacamata kudanya juga hilang dan belangnya juga hilang. Wah, sungguh perubahan yang luar biasa.” Imbuh Nita sambil membelai rambut lurus Dara yang indah itu.
“Dan lihat juga bajunya? Ini pasti juga nyolong nih. Dari atas sampai bawah pasti barang curian semua. Ini baju mahal, branded, darimana kamu mendapatkannya Dara?” sahut Jessica.
Dara menghela. “Apa kalian sudah selesai menilai diriku?” ucap Dara dengan mengangkat kepalanya.
“Tundukkan pandanganmu, Dara!” bentak Jessica.
“Maaf, aku sibuk dan tidak ada waktu meladeni kalian.” Ucap Dara seraya berlalu meninggalkan Jessica dan gengnya.
Jessica menghentakkan kakinya. ”Sialan! Dia sudah berani melawan gue.”
“Tenang dulu Jes. Gue curiga sama Dara. Bagaimana dia bisa berubah seperti itu? Dia itu miskin, bagaimana bisa dia berubah menjadi cantik seperti itu. Bahkan luka diwajahnya pun hilang sempurna.” Kata Monik.
“Bener juga yang elo bilang, Mon. Apalagi pengobatan untuk wajah seperti itu tidak murah. Belum lagi semua pakaiannya itu branded.” Imbuh Nita.
“Sudah pasti dari nyolong lah. Atau bisa jadi dia nipu. Secara bokapnya kan mantan napi. Dia pasti mau sok-sokan gaya seperti kita. Kita lihat saja nanti darimana dia mendapatkan itu semua.” Ucap Jessica sambil mengeratkan rahangnya.
Saat memasuki kelasnya, semua teman-teman Dara terpesona melihat kecantikan Dara hari itu. Mereka bahkan pangling dengan penampilan baru Dara. Dara beruntung setidaknya ia tidak satu kelas dengan Jessica. Meskipun ia kerap mendapat bullyan dikelasnya tapi bullyan itu hanya kata-kata pedas dan mengejek. Namun tak jarang mereka juga menatap Dara dengan tatapan merendahkan. Tetapi kali ini mereka semua menatap Dara dengan penuh decak kagum.
“Elo beneran Dara kan?” tanya teman sekelas Dara.
“Iya. Aku Dara.”
“Dara, kamu beda sekali. Kamu sangat cantik. Apa ini alasanmu menghilang?” tanya mereka yang lain.
“Iya. Aku pergi berobat untuk menyembuhkan lukaku.”
“Sebenarnya kamu sudah cantik Dara hanya saja penampilanmu kemarin terlalu kuno. Bahkan lukamu sebenarnya bisa di tutup oleh make up.” Sahut yang lainnya lagi.
“Kenapa kamu baru mengutarakan pendapatmu sekarang, Na? Kenapa kamu tidak mau mebantuku kemarin? Apa karena aku miskin dan tidak punya uang?” kata Dara. Teman sekelas Dara itu hanya bisa terdiam mendengar ucapan Dara.
“Saat aku tampak kuno dan menyeramkan, kalian sama sekali tidak mau memandangku. Mengajakku bicara juga tidak. Memangnya apa yang salah dengan diriku yang dulu? Aku bahkan tidak pernah merugikan kalian. Luka diwajahku pun hanya bekas luka bakar saja. Rambut keritingku juga tidak merugikan kalian. Jaman sekarang rambut lurus ataupun keriting sudah menjadi tren mode. Jangan menjadi rasis karena warna kulit atau rambut kita berbeda. Sebagai mahasiswa dikampus elit dan terbaik ini, seharusnya kalian menilai seseorang jangan hanya sekedar dari penampilan fisik luarnya karena kalian menganggap aku beda. Seharusnya seorang mahasiswa itu mempunyai sudut pandang yang luas dalam berpikir bukan malah sebaliknya. Mudah sekali memandang rendah orang lain hanya karena berbeda kasta dengan kalian. Bukankah dimata Tuhan kita semua sama? Kenapa kalian memberikan jarak untuk si kaya dan si miskin, si cantik dan si buruk rupa? Kita bahkan sama-sama berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah juga. Bukankah itu pemikiran yang sempit untuk kita para mahasiswa di kampus yang bertaraf international ini?” ucap Dara panjang lebar. Ucapan Dara itu mampu membungkam mulut mereka semua.
“Kalian tahu kenapa Negara kita sulit untuk maju? Itu karena terlalu banyak orang nyinyir yang hobinya mencari kesalahan orang lain. Paling tidak kita harus sering-sering berkaca, apakah diri kita sudah sempurna? Apalagi untuk kita yang sesama wanita, mudah sekali lidahnya untuk menghujat orang.” Tandas Dara. Mereka yang berada di kelas tidak bergeming. Ucapan Dara dan keberanian Dara kali ini seperti skak mat untuk mereka semua yang selama ini merendahkan Dara. Mereka tidak menyangka bahwa Dara kini menjadi lebih berani dari sebelumnya. Dara mengatur nafas berkali-kali, setelah berbicara panjang lebar kepada mereka yang merendahkannya selama ini. Rasanya sungguh memacu adrenalin, bersikap diluar dirinya yang dulu.
“Dara, kamu memang harus berani dan tegas seperti ini. Semangat Dara! Mereka bahkan tidak berani lagi mengejekmu.” Gumam Dara dalam hati.
Saat jam istirahat di kampus, Dara pergi ke kantin untuk membeli minuman karena ia merasa haus. Hari ini kantin pun tampak penuh. Tiba-tiba datanglah Jessica dan gengnya.
“Minggir sana! Ini tempat gue.” Ucap Jessica pada salah satu mahasiwi bertubuh subur itu.
“Tapi aku sedang makan, Jes. Kamu saja yang pindah.” Kata mahasiswi itu.
“Heh gentong! Minggir! Elo berani sama kita. Ini tempat duduk kita.” Sahut Monik sambil menggebrak meja. Saat mahasiswi itu hendak pergi dari meja itu tiba-tiba Dara dengan sengaja bergabung dengan mahasiswi itu.
“Aku duduk sini ya.” Ucap Dara.
“Iya silahkan.” Ucap mahasiswi itu.
“Dara, kenapa elo malah disini?” ketus Jessica.
“Ini tempat umum, Jes. Kamu duduk saja, tempatnya juga masih lega.”
“Cuih! Aku jijik duduk satu meja denganmu.” Ucap Jessica.
“Girls, kalian tahu apa yang harus kalian lakukan kan?” kata Jessica pada Nita dan Monik.
“Ya, kita tahu.” Jawab Monik dan Nita dengan kompak. Nita merebut mangkok bakso mahasiswi itu, sedangkan Monik merebut gelas minuman milik Dara. Mereka berdua hendak menuangkan itu kepada Dara dan mahasiswi itu. Namun Dara dengan sigap, mencengkeram tangan Nita dan Monik secara bersamaan. Nita dan Monik terkejut dengan sikap berani Dara, begitu pula dengan Jessica. Monik dan Nita lalu merengek merintih kesakitan.
“Dara, lepasin! Sakit.” Rengek keduanya. Sikap berani Dara itu pun menjadi pusat perhatian.
“Cepat lepasin, Dar!” rengek Monik. Perlahan Dara melepaskan tangan Monik dan Nita.
“Sekarang letakkan gelas dan mangkok itu.” Kata Dara. Nita dan Monik pun meletakkannya kembali ke meja. Mereka merintih sambil mengusap pergelangan tangannya yang sakit.
“Awas ya elo, Dar! Tunggu pembalasan gue!” ancam Jessica sambil menunjuk wajah Dara. Jessica dan gengnya lalu meninggalkan kantin. Dara menghela karena pembuat onar itu pergi juga.
“Aku Lita.” Ucap mahasiswi bertubuh subur itu.
“Aku Dara. Apa mereka sering menganggumu?” tanya Dara.
“Sering sekali tapi tadi aku berusaha untuk melawan rasa takutku. Terima kasih ya.”
“Iya sama-sama.”
“Memang harus ada yang berani melawan mereka. Karena orang tua mereka adalah donatur terbesar di kampus ini jadi mereka suka seenaknya saja. Baru juga donator, belum pemilik kampus ini tapi gayanya minta ampun.” Gerutu Lita.
“Kita lupakan saja mereka. Lebih baik kamu selesaikan makanmu dan aku menghabiskan minumanku. Nanti baksomu keburu dingin.”
“Hehehe iya.”
Dara sangat senang. Setidaknya ia bisa membantu seseorang terlepas dari perundungan. Dara merasa seperti orang kesurupan saat keberaniannya mulai keluar. Yang jelas hari ini dia puas karena bisa melawan Jessica dan gengnya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Irsa Arini
kamu harus bisa melawan mereka dan membantu teman dari perundungan dara
2022-03-13
1
Epo Sarifah
bagus dara lawan jesika, ttp semangat mbak up lg...
2022-03-11
1
verlyn08
first koment...
makasih up.nya kak dydy....
tetep semangat yach.... 😘😘😘😘
2022-03-11
1