Dara dan Pak Lukman dibuat takjub begitu sampai di rumah baru mereka. Rumah yang tentu saja lebih besar dari rumah mereka sebelumnya. Bagi mereka rumah itu terlalu mewah.
“Bagaimana Pak? Apa anda menyukainya?” tanya Reza.
“Tuan, rumah ini terlalu besar untuk kami tempati berdua.” Kata Paak Lukman.
“Nanti kan anda juga pasti akan memiliki cucu Pak jadi rumah seperti ini adalah ukuran yang pas.” Seloroh Reza. Sean mendelik dan menginjak kaki Reza. Reza hanya nyengir saat melihat wajah marah Sean yang tidak setuju dengan ucapannya.
“Baiklah Pak, mari kita masuk ke dalam.” Ajak Sean. Sean dan Reza lalu mengajak Dara dan Ayahnya masuk ke dalam.
“Jaga ucapanmu, Reza.” Bisik Sean.
“Hehehe, sudah, bos diam saja biar aku yang mengurusnya. Makanya jangan sembunyi terus,” ledek Reza.
Saat masuk ke dalam rumah, Dara dan Pak Lukman semakin takjub. Rumah itu sangat mewah bagi mereka.
“Tuan Sean, apa benar rumah ini untuk kami?”
“Tentu saja, Pak. Bahkan rumah ini sudah atas nama Dara. Besok pengacara ku akan datang memberikan sertifikat rumah ini.” Jelas Sean dengan sedikit tergagap.
“Jadi di lantai bawah ini ada ruang tamu, dua kamar tidur, ruang tengah, dapur, kamar mandi dan kamar dua kamar pembantu. Nah disana ada kolam renangnya juga, Pak. Disamping ruang tengah atau ruang keluarga ini, pemandangannya langsung menuju kearah kolam renang. Dengan pintu geser dari kaca, memudahkan anda untuk membuka dan menutup pintu juga melihat pemandangan langsung dari dalam.” Jelas Reza.
“Maaf Tuan tapi rumah sebesar ini, saya sudah tidak sanggup untuk membersihkannya. Saya ini sudah tua. Lebih baik rumah yang kecil saja.” Kata Pak Lukman.
“Tenang Pak. Disini nanti akan ada dua pelayan dan satu tukang kebun yang akan mengurus semuanya. Jadi Pak Lukman tenang saja.” Kata Reza.
“Sekali lagi maaf Tuan, tapi saya mana bisa membayar gaji mereka semua.” Kata Pak Lukman dengan begitu polosnya.
Reza tersenyum. “Anda tidak usah khawatir karena Tuan Sean yang akan mengurusnya. Jadi anda hanya perlu menikmati hari tua anda dengan tenang Pak Lukman.”
Pak Lukman dan Dara saling menatap. Mereka tidak tahu harus senang atau bagaimana karena mereka bingung dengan semua ini. Dara bahkan tidak bisa berkata apa-apa.
“Pak Lukman, ini membuktikan bahwa Tuan Sean sangat serius. Lebih baik kita sekarang keatas.” Lanjut Reza. Reza lalu mengajak Dara dan Pak Lukman menuju lantai atas. Sementara Sean memilih duduk santai di tepian kolam renang. Akhir-akhir ini ia sungguh lelah dan sibuk mengurus kesepakatan dengan Dara.
“Diatas sini ada dua kamar, Pak. Sebelah kanan ini adalah kamar utama dan di dalam ini sudah ada toiletnya. Jadi diatas sini juga ada toilet dalam dan toilet luar. Di sebelah sini ada teras balkon juga. Jadi anda bisa menikmati pemandangan dari atas sini.” Reza pun menjelaskan semua tata letak ruangan yang ada di rumah itu. Reza juga mengajari Dara dan Pak Lukman cara menyalakan AC, menyalakan shower dan kran di kamar mandi karena disana ada pengaturan untuk air panas dan dingin. Reza juga mengajari cara berendam dalam bathup bahkan sampai cara menyalakan kompor modern. Setelah menjelaskan semuanya, mereka kembali menuju ruang tengah.
“Dara, sebaiknya kamu tidur diatas saja ya Nak. Biar Ayah dibawah saja, capek kalai harus naik turun.”
“Dara dibawah saja menemani Ayah. Kana da dua kamar dibawah.” Kata Dara.
“Terserah Nona Dara dan Pak Lukman saja mau tidur dimana. Besok pelayan akan datang kerumah. Pelayan disini hanya sementara, mereka akan membantu Nona Dara dan Pak Lukman beberes.”
“Saya tidak tahu harus bahagia atau bagaimana. Karena saya masih bingung dengan seua keadaan yang tiba-tiba berubah ini.” Kata Pak Lukman.
“Tidak apa-apa, Pak. Kami mengerti semuanya. Maafkan kami jika kedatangan kami ini membuat anda dan Nona Dara terkejut.”
“Lalu bagaimana dengan rumah kami disana Tuan Reza?” tanya Pak Lukman.
“Tuan Sean ingin membelinya jika anda mengijinkan.” Ucap Reza.
“Tapi saya tidak ingin menjualnya. Itu adalah satu-satunya kenangan kami yang masih tersisa.”
“Kalau anda tidak mau tidak masalah. Kalau begitu biar rumah lama anda kami renovasi.”
“Tidak usah, Tuan. Kami tidak mau merepotkan kalian. Apa yang kalian berikan sudah cukup bahkan sangat berlebihan.”
“Baiklah, anda bisa pikirkan itu kembali Pak. Kalau begitu kami permisi dan selamat beristirahat.”
“Dara, istirahatlah!” kata Sean. Dara hanya mengangguk. Sean dan Reza kemudian berpamitan dan pergi.
“Dara, Ayah ingin bicara denganmu, Nak.” Kata Pak Lukman yang mengajak Dara menuju teras samping.
“Iya Ayah, ada apa?”
“Sebenarnya apa yang terjadi sampai ada seorang pria yang tiba-tiba melamarmu dan memberikan segalanya, Dara. Kamu tiddak melakukan suatau kesalahan yang membuat kamu harus membayarnya kan Nak?”
“Sungguh Ayah, Dara tidak melakukan apapun.”
“Apa kamu tahu siapa dia sebenarnya?”
“Dara, tidak tahu. Dara hanya sekali melihat wajahnya. Dara bahkan tidak tahu apa pekerjaannya.”
“Dara, bagaimana ini Nak? Bagaimana kalau ternyata semua ini jebakan? Atau jangan-jangan dia Bandar narkoba ya? Sekarang Ayah menjadi khawatir dan cemas.”
“Sebenarnya Dara sekarang juga bingung. Tapi Dara sudah setuju Yah. Apalagi Tuan Sean sudah menolong kita dari fitnah itu. Semoga Tuan Sean benar-benar tulus.”
“Tapi dia sedikit aneh. Sepertinya dia jarang bicara ya, bahkan Ayah perhatikan dia tampak gugup saat berhadapan dengan banyak orang.”
“Dara juga tidak tahu dia kenapa seperti itu. Ayah, sebaiknya kita beres-beres dulu ya.”
“Iya, baiklah Nak.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya, saat Dara hendak menyiram tanaman di halaman depan, tiba-tiba terlihat sosok pria berhenti didepan rumahnya.
“DARA!” Teriak Tommy, sahabat Dara.
“Tommy!” Dara lalu berlari kecil membuka pintu gerbang rumahnya.
“Ayo masuk! Masukin motor kamu sekalian.” Kata Dara yang begitu senang menyambut kedatangan sahabatnya itu. Setelah Tommy memarkir motornya, Dara mengajak Tommy duduk diteras. Pandangan Tommy mengedar melihat rumah Dara yang mewah itu.
“Dara, apa sebenarnya yang terjadi? Kena kehidupanmu mendadak berubah seperti Cinderella seperti ini?”
“Bukannya tanya kabar, malah tanya yang lain.”
“Heheheh maaf. Habisnya rumahmu bagus sekali. Bagaimana kabarmu dan kabar Ayah?”
“Yang jelas, Ayah sudah bebas dari penjara dan Ayah baik-baik saja, Tom. Bagaimana dengan ekdua orang tuamu? Apa mereka mereka sehat-sehat saja?”
“Semuanya sehat, Dara. Bagimana dengan kampus? Apa kamu masih mendapat bullyan juga?”
“Masih sama Tom. Kemarin motorku saja dibakar.”
“Apa? Dibakar?” ucap Tommy dengasn suara meninggi.
“Sssstttt jangan keras-keras nanti Ayah mendengarnya.”
“Kamu masih saja menyembunyikan semuanya dari Ayahmu, Dar?”
“Iya Tom. Aku tidak mau membuat Ayah sedih dan khawatir.”
“Sekarang, ceritakan padaku, bagaimana kamu bisa pindah? Saat aku datang ke rumahmu, kata tetanggamu, kamu sudah pindah dan akan segera menikah dengan pangeran yang tampan. Apakah itu benar?”
“Iya, Tom. Akhir-akhir ini banyak kejadian diluar dugaanku. Aku sendiri tidak tahu harus senang ataupun sedih. Karena sebenarnya ini juga pernikahan palsu.”
“Ap-apa? Pernikahan palsu?” ucap Tommy dengan suara rendah.
“Iya. Aku mohon, jangan katakan apapun pada Ayah. Tiba-tiba dia datang dan ingin menikahiku. Dia juga akan membantuku menghadapi semua masalahku, termasuk membersihkan kembali nama Ayah. Dan rumah ini adalah pemberiannya. Tapi aku juga berpikir, apa ini saatnya aku bangkit untuk membalas mereka yang sudah menindasku. Asal kamu tahu, sebelum pindah, Ayah bahkan mendapat fitnahan lagi dari warga. Dan dia yang membantuku membersihkan nama Ayah dari tuduhan fitnah itu. Yang jelas, aku melakukan ini demi Ayah. Aku ingin Ayah bahagia. Aku bahkan tidak ingin Ayah tahu kalau selama ini aku menderita. Yang aku inginkan, aku hanya ingin Ayah melihatku hidup bahagia.” Dara pun menceritakan semuanya pada Tommy secara gamblang.
Tommy menghela. “Dara, aku akui kamu sangat tangguh dan kuat menjalani kehidupan ini. Tapi berapa lama pernikahan palsu itu akan kamu jalani?”
“Aku belum tahu, Tom.”
“Apa dia orang yang sangat baik?”
“Sepertinya begitu.”
“Sebenarnya aku tidak setuju dengan keputusanmu ini, Dar. Tapi kamu sudah membuat keputusan ini, jadi apa boleh buat? Aku hanya bisa mendoakan, semoga kamu selalu bahagia dan bebas dari penderitaan ini.”
“Terima kasih ya Tom, kamu selalu menjadi sahabat terbaikku selama ini. Kamu satu-satunya yang mau menerima semua kekuranganku.”
“Iya sama-sama.” Kata Tommy.
“Meskipun, aku mengharapkan lebih dari seorang sahabat, Dar. Tapi aku sendiri tidak punya kekuatan untuk membuatmu lepas dari pahitnya jerat kehidupan ini.” Gumam Tommy dalam hati.
Tommy adalah satu-satunya sahabat Dara yang tahu semua tentang semua penderitaan Dara. Tapi nasib Tommy sama saja dengan Dara, mereka sama-sama berasal dari keluarga sederhana. Mereka berteman saat keduanya masih duduk dibangku SMP. Namun saat lulus SMA, Tommy tidak melanjutkan kuliah karena terbentur biaya ditambah Tommy hanya mempunya otak pas-pasan, berbeda dengan Dara yang memang pintar. Namun saat SMA, orang tua Tommy kembali ke kampung karena rumah mereka yang disana kosong karena Kakek dan Nenek Tommy telah meninggal. Dan disana Kakek dan Nenek Tommy meninggalkan beberapa petak sawah, yang akhirnya orang tua Tommy memilih untuk bertani saja daripada kembali ke kota, yang biaya hidupnya lebih mahal. Sedangkan setelah lulus SMA, Tommy memeilih bekerja di sebuah bengkel karena Tommy memang pecinta otomotif.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
DAS
yuk lanjut thor...
2022-03-10
0
Tutun Imam
lanjut
2022-03-07
0
Tutun Imam
jd serius nih bacanya
2022-03-07
0