BAB 19 Merasa Bersalah

Dara terus berlari untuk meninggalkan kampus, namun tiba-tiba ada seseorang yang melempar Dara dengan telur busuk dan tomat busuk. Dara terkejut dan menghentikan langkahnya. Dan munculah segerombolan orang yanv sudah terprovokasi oleh Jessica.

“Dasar anak maling! Penipu! Anak napi!” begitulah teriakan dan cacian yang diterima Dara. Mereka semua yang terhasut dan terprovokasi oleh Jessica menyerang Dara dengan brutal.

“Keluar dari kampus ini! Pergi dari kampus ini!” teriak mereka semua. Melihat Dara yang dibully dan diserang habis-habisan, Jessica merasa sangat puas. Apalagi Jessica menyewa orang yang menyamar sebagai mahasiswa untuk menyerang Dara.

“Ayahku tidak bersalah! Itu semua fitnah! Ayahku tidak bersalah!” teriak Dara berusaha menyangkal semuanya. Namun tidak ada yang peduli, mereka terus saja menyerang Dara. Entah sebau apa tubuh Dara saat ini.

 

Sementara itu Pak Lukman baru saja sampai di kampus untuk mengantar tugas makalah Dara yang tertinggal di meja makan tadi dengan menggunakan ojek. Pak Lukman begitu takjub melihat kampus Dara yang sangat besar dan terbilang mewah.

“Ternyata disini tempat putriku kuliah. Ini bahkan pertama kalinya aku menginjakkan kaki ku disini. Aku segera mencari Dara, kasihan kalau sampai dia tidak mendapatkan nilai karena tugasnya ini tertinggal.” Gumam Pak Lukman. Pak Lukman menyusuri koridor kampus namun ia bingung dan tidak tahu dimana kelas Dara. Namun tiba-tiba saja Pak Lukman melihat sebuah kerumunan dan hendak bertanya pada mereka. Akan tetapi ditengah kerumunan itu terdengar sebuah hujatan.

“Pasti semua gosip itu benar kan Dara? Kamu bisa berubah cantik dan punya segalanya dari hasil mencuri kan? Ayahnya pencuri, otomatis anaknya juga lah. “

“Dan pasti juga dia memang jual diri. Atau memang Ayah dan anak komplotan pencuri?”

“Sudahlah, itik buruk rupa jangan berharap menjadi angsa yang cantik.” Mereka pun tertawa sambil terus melempari Dara dengan telur busuk dan tomat busuk. Mereka juga melempari Dara dengan tepung yang sudah banyak tungaunya. Mendengar itu, Pak Lukman sangat syok. Pak Lukman menerobos kerumunan itu dan melihat tubuh Dara yang sudah sangat kotor dan bau busuk.

“Dara!” seru Pak Lukman. Dara terkejut melihat Ayahnya sudah berdiri dihadapannya. Pak Lukman kemudian memeluk putrinya. Akhirnya kenyataan pahit yang selama ini Dara simpan terbongkar tepat didepan mata Ayahnya sendiri.

“Dara, maafkan Ayah. Kamu pasti selama ini sangat menerita karena Ayah.”

“Tidak Ayah, ini bukan salah Ayah.”

“Maafkan Ayah, Dara.” Dan tiba-tiba dada Pak Lukman terasa nyeri dan sesak, sampai akhirnya Pak Lukman tidak sadarkan diri.

“Ayah, bangun! Ayah! Tolong bawa Ayahku kerumah sakit, aku mohon.” Tangis Dara pada mereka semua yang menindasnya. Berharap mereka masih memiliki hati untuk menolong Dara.

“Kalian pantas mendapatkan semua itu, keluarga maling.” Sahut salah satu dari mereka.

“Hentikan! Bubar kalian semua! Aku akan melaporkan kalian semua ke kantor polisi dengan pasal perundungan dan perbuatan tidak menyenangkan. Tega sekali kalian!” Suara Reza terdengar menggelegar lantang. Reza menyesal karena harus datang terlambat. Mendengar ancaman Reza, mereka semua akhirnya bubar. Dara melihat kearah Reza namun Dara tidak menyadari itu karena Reza sedang menyamar dengan kumis, wig dan seragam kebersihan kampus.

“Pak, tolong bawa Ayah saya kerumah sakit.” Tangis Dara sambil memeluk Ayahnya. Dan datanglah dua bodyguard yang membantu Reza mengangkat tubuh Pak Lukman. Dara masih bingung siapa mereka. Namun saat Pak Lukman sudah berada di mobil, Reza melepas wig dan kumisnya.

“Tuan bayangan!” ucap Dara dengan tangisnya.

“Nona Dara, aku akan membawa Pak Lukman ke rumah sakit. Di depan sudah ada mobil Tuan Sean, sebaiknya Nona ikut Tuan untuk membersihkan diri dulu.”

“Bagaimana dengan Ayahku, Tuan?”

“Nona tenang saja. Pak Lukman pasti baik-baik saja. Nona tidak mungkin pergi kerumah sakit dengan kondisi seperti ini.” Kata Reza. Dara baru menyadari jika tubuhnya entah berbentuk seperti apa, ditambah aroma busuk dari telur dan tomat itu. Dara mengangguk dan membiarkan Ayahnya dibawa kerumah sakit oleh Reza. Dara kemudian segera menuju mobil Sean. Dara mengetuk kaca pintu depan mobil Sean dan Sean sangat terkejut melihat kondisi tubuh Dara yang sangat bau berantakan itu. Namun ia juga merasa iba melihat kondisi Dara seperti itu.

“Masuklah.” Kata Sean seraya membuka pintu depan untuk Dara.

“Apa yang terjadi Dara? Dan bagaimana Ayahmu bisa disana?”

“Mereka menyebarkan berita tentang Ayah, Tuan. Seperti kekhawatiranku beberapa hari lalu. Dan aku sendiri tidak tahu kenapa Ayah bisa di kampus dan tiba disana disaat aku seperti saat ini. Aku khawatir dengan Ayah. Bagaimana kondisi Ayahku, Tuan?” tangis Dara. Sean kemudian memberikan sapu tangannya pada Dara.

“Terima kasih.” Ucap Dara.

“Aku akan membawamu ke apartemenku. Bersihkan tubuhmu dan setelah itu kita kerumah sakit.” Ucap Sean. Sesampainya di apartemen, Dara segera mandi dan Sean menunggu di ruang tamu. Tiba-tiba ponsel Sean berdering, ada nama Vino di layar ponselnya.

“Halo Sean!” suara lantang itu sudah jelas bukan suara Mamanya tapi Papanya.

“Ada apa Pah?”

“Dimana kamu? Kenapa kamu meninggalkan kantor dan meninggalkan rapat penting?”

“Pah, sudah ada Vino disana. Maaf Pah, aku sangat sibuk dan secepatnya aku kembali ke kantor.” Kata Sean dengan santainya seraya mengakhiri panggilannya.

“Dasar anak kurang ajar!” umpat Tuan Gunawan dengan geram.

Satu kemudian, Dara pun sudah selesai mandi dan berpakaian rapi. Tentu saja butuh waktu lama untuk membersihkan tubuh Dara yang berlumuran tepung, telur dan tomat busuk. Dara kemudian meminta Sean untuk segera menuju rumah sakit. Dara tidak bisa menutupi rasa khawatirnya. Sepanjang perjalanan, ia terus beroda supaya kondisi Ayahnya baik-baik saja.

Sesampainya dirumah sakit, Dara dan Sean segera menuju ruang ICU. Disana, mereka melihat Reza yang juga tampak mondar-mandir di depan ruangan.

“Tuan Reza, bagaimana kondisi Ayah?” tanya Dara dengan matanya yang begitu sembab.

“Pak Lukman masih belum sadar, Nona. Dan sekarang sudah dimasukkan keruang ICU untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

“Ayah, harus kuat. Dara tidak mau sendiri.” Tangis Dara sembari melihat Ayahnya yang terbaring lemah di dalam dari balik kaca kecil di pintu itu.

“Reza, apa bukti-buktinya sudah lengkap?” bisik Sean.

“Sudah bos. Dan pelakunya adalah orang tua salah satu dari mereka yang suka membully Nona Dara.”

“Oke,  kita akan segera menangkap pelaku yang sesungguhnya dan untuk para pembully itu, rasakan akibatnya.”

“Bos, bagaimana kalau Tuan Gunawan tahu dan tidak merestui hubungan anda dengan Nona Dara?”

“Itu urusan belakang karena aku akan tetap menikahi Dara. Lagi pula kita juga sudah punya bukti yang akurat.” Ucap Sean.

“Dara, duduklah. Aku sudah menyiapkan dokter terbaik untuk Ayahmu.”

“Tuan, aku sudah tidak punya siapa-siapa di dunia ini selain Ayahku.”

“Iya Dara, aku mengerti. Percayalah padaku, kamu tidak akan kehilangan Ayahmu.” Sean kemudian mendekati Dara, ia lalu merebahkan kepala Dara di dadanya, mengikuti nalurinya saat ini.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

verlyn08

verlyn08

yg sabar ya Dara... 🤗🤗🤗

2022-03-17

1

Epo Sarifah

Epo Sarifah

kasian dara, dan sembuhkan lah ayah dara

2022-03-17

1

Tutun Imam

Tutun Imam

jgn bikin ayah dara meninggal thor kasian dara

2022-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!