BAB 15 Menepis Fitnah

“Mah,” sapa Sean saat melihat Mamanya sibuk di dapur.

“Sean, akhirnya kamu datang juga sayang.” Ucap Nyonya Sonia seraya menghampiri lalu memeluk putranya.

“Siang Tante,” sapa Dara seraya mengecup punggung tangan Nyonya Sonia.

“Siang juga Dara. Maaf ya kalau Tante mendadak meminta kamu datang kerumah. Tante ingin mengajak kamu makan siang sama-sama tapi Tante bingung mau masak apa, soalnya chef mendadak ijin sakit. Kamu bisa bantu Tante masak? Tante tidak bisa masak."

“Ya sudah Tante, Dara bantu ya.”

“Baiklah kalau begitu, Tante senang sekali. Maaf ya kalau Tante mengganggu waktumu.”

“Tidak kok, Tante.”

“Sean, Mama pinjam Dara dulu ya.”

“Iya Mah.” Singkat Sean. Sean lalu memilih pergi ke halaman belakang rumah melihat koleksi tanaman Mamanya. Sementara Dara membantu Nyonya Sonia memasak.

“Tante mau masak apa?”

“Ini Dara, disini ada daging sapi, jagung manis, buncis, wortel, kentang dan sawi. Enaknya apa ya kalau siang-siang begini? Di kulkas juga masih ada bahan yang lain kok. Cumi, udang segala macam seafood ada. Daging ayam juga ada, macam-macam ikan juga ada.”

“Tante dan Om ada pantangan makanan kah?”

“Sejauh ini tidak ada Dara. Terserah kamu saja mau masak apa.”

“Masakan rumahan mau Tante?”

“Tidak apa-apa, Dara.”

“Baiklah Dara akan masak sup daging. Nanti wortel, buncid dan kentangnya dijadikan satu sama dagingnya. Terus dadar jagung sama sambel terasi Tante.”

“Sambel terasi?”

“Iya Tante. Itu sambal favorit Dara dan Ayah.”

“Ya sudah, bolehlah kamu buat.” Ucap Nyonya Sonia. Dara kemudian mulai memasak. Tentu saja masakan rumahan bukanlah hal yang sulit untuk Dara lakukan. Nyonya Sonia pun kagum melihat tangan Dara yang begitu terampil dan cekatan dalam memasak.

Satu jam kemudian, semua masakan Dara sudah tersaji di meja makan.

“Dara, aromanya menggugah selera.” Kata Nyonya Sonia.

“Mah, aroma apa ini? Bukan aroma seperti biasanya.” Sahut Tuan Gunawan yang berjalan menuju arah ruang makan.

“Ini lho Pah, Dara buat sambal. Semua ini Dara yag memasak lho, Pah.”

“Wah, hebat juga kamu ya.”

“Hanya masakan rumahan biasa Om.”

“Terus Sean mana? Dia tidak ikut?” tanya Tuan Gunawan pada Dara.

“Ikut kok, Om. Dara pikir Sean bersama Om.”

“Ya sudah biar Mama panggil. Tadi Mama lihat Sean di halamaan belakang.” Ucap Nyonya Sonia seraya berlalu.

“Anak itu, masih tetap sama.” Gumam Tuan Gunawan. Nyonya Sonia kemudian berlalu utnuk memanggil Sean.

“Oh ya, Om mau apa? Biar Dara ambilkan.”

“Semuanya ingin aku coba, Dara.”

“Baiklah Om.” Dara kemudian melayani Tuan Gunawan dengan sepenuh hati. Dara meperlakukannya seperti mempelakukan Ayahnya. Saat Sean masuk kedalam, ia melihat Dara melayani Papanya dengan penuh kehangatan. Nyonya Sonia pun tampak senang melihat pemandangan itu.

“Sean, sepertinya Papa memang menyukai Dara.” Bisik Nyonya Sonia.

“Baguslah kalau begitu Mah.” Singkat Sean seraya berlalu menuju ruang makan.

“Darimana kamu Sean? Kenapa tidak menemui Papa?”

“Maaf Pah. Aku hanya ingin melihat tanaman Mama yang lebih menyejukkan.” Jawab Sean. Tuan Gunawan mendengus kasar mendengar ucapan putranya itu.

“Sayang, tolong tuangkan nasi kedalam piringku.” Pinta Sean pada Dara.

“I-iya.” Ucap Dara. Dara merasakan hubungan kedua Ayah dan anak seperti tidak akur.

“Kamu mau yang mana?” tanya Dara.

“Semuanya. Karena masakanmu sudah pasti enak.” Kata Sean tanpa berekspresi. Dara hanya mengangguk. Mendadak makan siang menjadi hening.

“Hmmm ini enak sekali Dara, apalagi sambalnya.” Kata Nyonya Sonia yang berusaha mencairkan suasana.

“Terima kasih, Tante. Biasnya Dara memakannya dengan ikan asin.” Jawab Dara apa adanya.

“Bagaimana Pah? Enak tidak?” tanya Nyonya Sonia pada suaminya.

“Masakanmu mengingatku pada masakan neneknya Sean, lebih tepatnya Ibuku, Dara. Tapi sayangnya beliau sudah meninggal. Kalau beliau masih ada, beliau pasti akan memuji masakanmu.”

“Dara senang karena Om dan Tante menyukainya.”

“Oh ya Pah, Sean ingin Papa segera menemui Ayahnya Dara.” Ucap Sean.

“Kamu yakin ingin menikah, Sean?” tanya Nyonya Sonia.

“Iya Mah. Sean ingin secepatnya saja.”

“Oke, Papa akan segera menemui orang tua Dara. Kapan kamu ingin Papa kesana?”

“Minggu depan!” singkat Sean. Jawaban Sean membuat Dara tersedak.

“Ma-maaf.” Ucap Dara seraya menuangkan air ke dalam gelas dan meminumnya.

“Ap-apa itu tidak terlalu cepat sayang?” sahut Dara.

“Tidak sayang. Lebih cepat lebih baik kan? Aku tidak mau pacaran lama karena itu hanya membuang waktu saja.”

“Tapi kuliahku belum selsai.”

“Tidak masalah setelah menikah kamu masih kuliah.”

“Aku juga harus memikirkan pekerjaan, sayang. Nanti bagaimana kehidupanku dengan Ayah selanjutnya?”

“Kamu tidak usah bekerja. Karena kamu sudah tanggung jawabku.”

“Maaf tapi ilmu yang aku pelajari selama kuliah percuma, sayang.”

“Kamu pikirkan saja ingin membuka usaha apa, nanti aku akan membuatkanmu sebuah usaha.”

“Mmmmm aku tidak mau merepotkanmu. Aku sudah terbiasa bekerja jadi rasanya aneh jika harus berdiam diri dirumah.” Kata Dara yang merasa tidak enak.

“Dara, apa yang dikatakan Sean benar. Kamu hanya perlu mengurus Sean saja.” Kata Nyonya Sonia.

Tuan Gunawan terkekeh. “Kamu lucu sekali, Dara. Kenapa kamu masih memusingkan pekerjaan setelah lulus? Kehidupan dan masa depanmu sudah pasti terjamin. Kalau kamu ingin bekerja, bekerja saja diperusahaan karena Sean pasti akan membutuhkanmu. Kamu akan menjadi bayangan keduanya setelah Reza. Karena calon suami mu ini, tidak akan mampu berdiri didepan orang banyak.”

Mendengar ucapan Papanya, membuat Sean sangat marah. Sean menyudahi makanannya dan beranjak dari duduknya.

“Kita pulang Dara!” ajak Sean.

“Tapi…,”

“Ayo pulang!” perintah Sean. Sean kemudian menarik tangan Dara, mengajaknya segera pergi.

“Terus saja bersembunyi seperti pengecut, Sean. Sampai kapan kamu seperti itu?” kata Tuan Gunawan dengan suara meninggi. Sean terus melanjutkan langkahnya sambil menyeret Dara tanpa mempedulikan ucapan Papanya.

“Sebenarnya ada apa dengan Tuan Sean dan Papanya.” Gumam Dara dalam hati. Selama perjalanan pulang, Sean hanya diam. Dara pun tidak berani bersuara. Bahkan Sean hanya mengantarkannya di depan rumah tanpa mampir terlebih dahulu.

 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

 

Keesokan harinya Dara berangkat ke kampus seperti biasa. Namun hari ini ia merasa ada yang aneh. Karena sejak kemarin sore Sean tidak memberi kabar sama sekali sekalipun itu hanya pesan pendek. Sepanjang perjalanan menuju kampus, Dara terus bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada Sean.

“Mungkin Tuan Sean sedang sibuk,” gumam Dara.

Sesampainya di kampus, Dara segera menuju kelasnya. Namun pagi ini ada yang aneh karena semuanya menatap Dara dengan sinis.

“Mereka kenapa? Biasasnya mereka ramah tapi kali ini kenapa lagi? Apa Jessica membuat ulah?” Gumam Dara dalam hati. Namun Dara terus berjalan sampai ia sampai di kelasnya. Dikelas, semua teman Dara berkerumun sambil memegang ponsel masing-masing.

“Pagi semua!” sapa Dara dengan ramah.

“Dara, lihatlah ini!” kata Nana yang menunjukkan pesan berantai dari nomor tak dikenal. Dara terkejut melihat isi pesan itu.

“Dara, apa semua tuduhan ini benar? Demi merubah penampilanmu, kamu sampai menjual diri?”

“Untuk apa aku melakukan itu, Na. Itu tidak benar. Siapa yang tega memfitnahku seperti ini?”

“Ini ada rekaman suaramu berbicara dengan seseroang melalui sambungan telepon.” Ucap Nana seraya memutar rekaman itu. Tentu saja Dara terkejut karena itu adalah pembicarannya dengan Sean kemarin.

“Astaga, sudah jelas ini fitnah. Itu memang rumah lamaku dan itu juga rumah baruku yang sekarang.” Ucap Dara.

“Lalu siapa yang menjemputmu Dara? Dan kamu juga pergi kerumah mewah itu. Kita tahu kalau kamu banyak tekanan Dara tapi menjual diri bukanlah pilihan yang terbaik.” Ucap Nana.

“Aku mohon kalian percaya padaku. Itu semua tidak benar.”

“Lalu siapa yang kamu panggil Tuan, Dara?” desak Nana.

“Beri aku waktu, aku akan membutkikan kalau tuduhan itu tidak benar.” Dara pun semakin panik, ia bingung dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

“Dara, kamu menjijikkan sekali.” Sahut yang lainnya.

“Apa yang harus aku lakukan?” gumam Dara dalam hati.

“Baiklah, aku akan cerita tapi terserah kalian percaya atau tidak. Tolong kalian rekam dan bantu aku klarifikasi semua ini. Aku harap kalian percaya dan mau membantuku.” Dara berusaha meyakinkan teman-temannya.

“Baiklah Dara, aku akan melakukannya. Aku tidak mau salah dalam menilaimu.” Kata Nana.

“Terima kasih, Nana.” Ucap Dara merasa lega.

“Aku tahu ini pasti ulah Jessica. Akan aku tunjukkan bahwa aku bisa licik seperti mereka.” Gumam Dara dalam hati.

“Halo semuanya. Aku membuat video ini untuk mengklarifikasi fitnah itu. Terserah kalian mau percaya atau tidak. Dengan wajahku yang dulu buruk rupa, tentu sangat menyeramkan jika aku bekerja di luar ruangan yang diharuskan berinteraski dengan banyak orang. Jadi aku memilih menyambung hidupku dengan membuka jasa les privat. Namun itu semua tidak berjalan mulus karena beberapa anak yang aku ajar, mereka takut melihatku dan akhirnya berkali-kali aku ditolak. Namun akhirnya ada satu keluarga yang tulus menerimaku, bahkan anaknya juga menyukaiku. Sungguh sebuah kebahagiaan dengan kondisiku yang tidak sempurna dan dianggap menyeramkan disukai oleh seorang anak. Bahkan anak ini yang pertama kali mengatakan kalau aku cantik. Anak itu bernama Nicko, usianya 9 tahun. Dialah yang pertama kali memujiku dan satu-satunya yang mengatakan kalau luka ku ini bisa disembuhkan karena luka ku akibat sebuah kecelakaan bukan sebuah luka permanen atau bawaan. Sampai akhirnya Nicko meminta kepada Pamannya yang dianggapnya hebat untuk membantuku menyembuhkan luka ku ini. Karena kemurahan hati mereka semua, selama dua bulan aku cuti kuliah untuk berobat. Bukan sekedar berobat, mereka juga memberiku sebuah rumah meskipun aku sudah menolaknya dengan keras. Krena bagi mereka jasaku sebagai pengajar tidak ternilai oleh uang. Disaat semua orang memandang rendah aku, memandang jijik aku karena kekuranganku tapi ternyata diluar sana masih banyak seseorang yang tulus dan melihat hatiku, bukan hanya sekedar melihat fisik dan status sosialku. Dan seseorang yang aku panggil Tuan, adalah Pamannya Nicko. Beliau memintaku untu datang kerumah keponakannya karena keponakannya tidak mau belajar tanpa aku jadi aku harus membujuknya. Kalian bisa cek kerumah besar itu jika ingin mendapatkan jawabannya. Maaf aku tidak bisa menyebutkan namanya secara mendetail karena aku ingin menjaga privasi mereka. Itu saja penjelasanku untuk fitnah itu. Dan untuk siapapun yang membuat fitnah keji ini,terima kasih karena kalian sudah mentransfer pahala untukku. Kita ini adalah mahasiswa di kampus yang sudah bertaraf international, seharusnya kita lebih bijak dalam menyikapi berita atau informasi supaya kita tidak mudah termakan hoax. Karena sungguh disayangkan kalau kita sangat mudah dihasut oleh berita hoax. Dan satu lagi, sesekali kita harus bercermin karena melihat dan mencari kekurangan orang lain sangat mudah tapi melihat kekurangan diri terasa sangat sulit. Terima kasih semuanya.” Itulah klarifikasi panjang Dara, yang Dara bubuhi dengan drama dan air mata. Dan dalam hitungan menit video itupun tersebar dikalangan mahasiswa.

Nana dan yang lainnya kemudian meminta maaf pada Dara. Dara dengan senang hati memaafkan mereka semua.

“Aku tahu Jes ini ulahmu. Setelah ini apa yang ingin kamu lakukan padaku? Nicko, maafkan Kak Dara karena harus melibatkanmu dalam situasi ini.” Gumam Dara dalam hati.

 

Bersambung…. Kira-kira apa lagi yang akan dilakukan Jessica untuk menjatuhkan Dara?

Terpopuler

Comments

Irsa Arini

Irsa Arini

lihat aja apa yang akan didapat oleh jesica nantinya

2022-03-17

1

Epo Sarifah

Epo Sarifah

tunggu pembalasannya jesica

2022-03-15

1

Tutun Imam

Tutun Imam

makin keren

2022-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!