Kini Bams dan Belva sudah sampai di sebuah restoran bintang lima yang menyediakan fasilitas VIP Room.
Dan disini lah mereka sekarang, di VIP Room.
"Kliennya udah dimana?" Tanya Belva sambil mendaratkan bokongnya.
"Gak tau." Jawab Bams.
"Ya di telpon dong Tuan. Kasih tau kalau kita udah disini." Geram Belva.
"Kita makan dulu lah. Baru mikirin klien." Balas Bams.
"Sebenarnya ada apa sih Tuan, kok seperti ada yang Tuan sembunyikan dari saya?" Tanya Belva mulai curiga.
"Gak ada apa-apa kok. Perasaan kamu aja." Balas Bams.
"Ya udah kamu mau makan apa, cepetan pilih." Ucap Bams lagi.
Belva pun mengambil dan membaca buku menu yang di letakkan pelayan di depannya.
Saat sedang melihat-lihat menu makanan, tiba-tiba saja ponsel Belva berbunyi, tanda panggilan masuk.
Mendengan nada dering di ponsel Belva, Bams pun memberi peringatan pada Belva untuk tidak menjawab panggilan itu dengan dalih, mereka masih berada pada jam kerja.
Tidak masuk akal memang, tapi ya sudahlah namanya juga Presdir. Apalagi Bams selalu mengancam dengan surat perjanjian yang sudah Belva dan Simeon's Group buat, jadi dari pada menghamburkan tenaga dan air liur untuk berdebat dengan Bams, Belva memilih mengalah.
Makanan pun sudah di pesan. Pelayan pun keluar dari dalam ruang VIP itu untuk menyiapkan makanan pesanan Bams dan Belva.
Selagi menunggu pesanan mereka datang, Belva seperti sapi ompong, karena Bams yang terus sibuk dengan ponselnya.
"Kalau dia aja bisa main ponsel!!" Celetuk Belva pelan, tapi masih bisa di dengar Bams.
"Aku bukan main ponsel. Aku ini cek kerjaan." Dalih Bams. Padahal Bams sedang melihat perkembangan pemberitaan tentang Belva.
Belva memutar bola matanya malas mendengar alasan Bams.
Melihat pemberitaan tentang Belva di sosial media yang semakin tak beraturan, Bams pun mencoba melakukan panggilan ke nomor Tuan Adrian.
Tapi baru saja ia ingin menekan tombol memanggil, tiba-tiba Tuan Adrian sudah menghubungi terlebih dahulu.
Bams pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menjauhi Belva, agar Belva tidak mendengar pembicaraannya dengan Tuan Adrian.
"Halo." Jawab Bams.
"Tuan Muda, ada masalah." Ucap Tuan Adrian.
"Masalah apa lagi?"
"Lihat indeks saham Tuan."
"Ada apa dengan saham?"
"Saham kita merosot tajam."
"Apa ini karena pemberitaan tentang Belva?"
"Benar Tuan. Tapi Tuan tenang saja, saya sudah membuat tim khusus untuk mengurusnya."
"Terus pemberitaan tentang Belva bagaimana?" Tanya Bams.
"Itu juga akan kami urus Tuan."
"Apa papa dan mama sudah mendengar kabar ini?"
"Sudah Tuan. Tapi Tuan Besar mempercayakan kita untuk mengurusnya, kalau masalah ini tidak selesai dalam waktu tiga hari, baru Tuan Besar yang akan turun tangan sendiri."
"Ya sudah. Kalian urus saja, biar saya urus Belva dulu sambil memikirkan solusi yang tepat." Jawab Bams.
Panggilan pun berakhir.
Bams pun membalikkan tubuhnya.
Begitu Bams membalikkan tubuhnya, Bams terkejut melihat Belva yang sudah memegang ponselnya.
Tadi sewaktu Bams menerima panggilan dari Tuan Adrian, Belva yang penasaran dengan siapa yang melakukan panggilan ke nomornya pun diam-diam mengambil ponselnya untuk melihat si pemanggil.
Dan ternyata si pemanggil juga mengirim link tentang pemberitaan buruk tentang Belva.
"Bel..." panggil Bams.
Perlahan Belva mendongakkan wajahnya untuk melihat Bams.
Dan terlihat lah oleh kedua mata Bams air mata Belva yang sudah membasahi pipi Belva.
Belva sudah melihat pemberitaan buruk tentang dirinya.
"Bel, kamu gak pa-pa?" Tanya Bams sambil berjalan mendekati Belva.
"Be-berita ini.." lirih Belva dengan suara yang bergetar karena terisak.
Tak tahan melihat Belva menangis, Bams langsung memeluk Belva.
"Tenang Bel, semua akan baik-baik saja. Aku akan mengurusnya." Ucap Bams sambil mengelus kepala Belva.
Mendengar jawaban Bams, bukannya merasa tenang, Belva malah marah. Ia merasa Bams telah membohongi dirinya.
Belva mendorong tubuh Bams.
"Jadi kakak sudah tau tentang berita ini?" Tanya Belva.
Bams menganggukkan kepalanya perlahan.
"Kenapa kakak gak ngasih tau aku? Kenapa malah nyembunyiin dari aku?" Tanya Belva dengan nada yang sedikit meninggi.
"Karena aku gak mau kamu down karena pemberitaan ini." Jawab Bams.
"Urusannya sama kakak aku down atau gak apa? Apa kakak pikir aku gak bisa menyelesaikan masalah ku sendiri?! Apa kakak mau bikin aku baper lagi sama kakak dengan cara sok-sok ngelindungin aku, iya?" Teriak Belva.
Efek emosi karena pemberitaan buruk tentangnya, Belva sampai berpikir negatif tentang Bams.
Bams ternganga mendengar tuduhan Belva padanya.
"Bukan gitu Bel, aku tuh cuma...."
"Aku gak mau denger apa-apa lagi dari mulut kakak!!! Semua itu omong kosong!!!" Teriak Belva menyela kata-kata Bams, lalu keluar dari ruang VIP itu meninggalkan Bams.
"Belva tunggu...." teriak Bams dan berusaha mengejar Belva. Namun langkah Bams terhalang pelayan yang membawa troli yang berisi makanan pesanan Bams-Belva. Dan itu membuat Bams harus kehilangan jejak Belva, karena saat Bams melanjutkan mengejar Belva sampai di pintu depan restoran, Belva sudah masuk ke dalam taksi.
"Aaargh!!!!" Teriak Bams frustasi sambil menjambak rambutnya.
***
Kini Belva sudah sampai di apartemennya.
Belva langsung masuk ke dalam kamarnya lalu mengacak-acak meja riasnya penuh emosi.
"Kenapa bisa ada berita seperti itu?" Monolog Belva di depan cermin.
Tiba-tiba ponsel Belva berdering.
Belva pun mengambil ponselnya yang masih berada dalam tas.
Ternyata Om Tora yang menelponnya.
"Astaga... bagaimana ini. Pasti Om Tora sudah melihat beritanya." Lirih Belva.
Belva memilih untuk tidak menjawab panggilan Om Tora dan setelah nada dering berhenti, cepat-cepat Belva mematikan daya ponselnya.
Setengah jam sudah Belva berada di dalam kamar dan duduk di lantai dengan tubuh yang ia sandarkan di pinggiran ranjang.
Menangis, menangis dan menangis. Itu lah yang Belva lakukan saat ini. Semua pelajaran ketangguhan yang Nyonya Kalina berikan pada nya sesaat menghilang dari pikirannya karena masih syok dengan pemberitaan tentang dirinya. Belva memang sudah biasa di bully tapi kali ini satu negara bahkan mungkin satu dunia sedang membully nya, karena dari yang Belva lihat di internet, berita tentang Belva bukan hanya keluar di negaranya saja, melainkan juga ada di artikel-artikel luar negri.
Ting Tong Ting Tong. Bel unit apartemen Belva berbunyi. Siapa lagi yang datang kalau bukan Bams.
Belva tak menghiraukan bunyi bel itu. Ia malah menutup telinganya.
Ting Tong Ting Tong. Bel kembali berbunyi dan kali ini di iringi suara gedoran pintu yang sangat keras.
Kesal karena suara berisik, mau tak mau Belva keluar dari dalam kamar dan berjalan mendekati pintu.
Ia melihat orang yang ada di depan pintu apartemennya dari layar monitor.
"Kak Bams. Mau apalagi dia?" Gumam Belva.
"Bel, buka pintunya!!! Aku tau kamu di dalam, cepat buka Bel!!" Teriak Bams dari depan pintu.
Belva menekan tombol pengeras suara yang ada di monitor itu.
"Aku lagi pengen sendiri kak. Tolong jangan ganggu aku." Jawab Belva tanpa membuka pintu unit apartemennya.
"Tapi aku gak tenang Bel. Tolong buka pintunya dulu, aku pengen ngeliat keadaan kamu dulu." Balas Bams.
"Aku mohon kak, tinggalin aku." Balas Belva.
Bams menghela nafasnya kasar. Dia pun mengalah dan pergi dari depan unit apartemen Belva.
Melihat Bams pergi, Belva pun kembali ke dalam kamarnya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Ia memilih merendam tubuhnya di dalam bathtub untuk menenangkan pikirannya.
Sedangkan Bams, setelah pergi dari depan unit apartemen Belva, Bams pun menghubungi Tuan Adrian. Ia meminta Tuan Adrian untuk mengumpulkan wartawan dan mengadakan konferensi pers.
Bams memutuskan untuk turun tangan langsung memutus pemberitaan ini. Selain untuk menyelamatkan saham perusahaannya, Bams juga ingin membersihkan nama baik Belva.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ney Maniez
😲😲🤔🤔
2022-07-07
0
SitiNur20969975
kaya nya harus dinikah kan biar clear belva sama bams🤔🤗
2022-05-28
2
Alya Yuni
Orng kya tpi syangnya prgrkannya msih lmbat blm bisa hpus video bodoh amat
2022-03-16
1