Teeet. Bunyi bel jam istirahat.
Semua siswa di kelas Belva pun keluar dari dalam kelas, termasuk Belva. Sebenarnya Belva tidak ingin keluar kelas tapi karena ia merasa tenggorokannya kering dan perutnya keroncongan, mau tak mau Belva pun ikut keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin.
Saat hendak menuju kantin, Belva melihat Cellia yang sedang berjalan bergandengan tangan dengan seorang pria, siapa lagi kalau bukan Antonio.
Belva pun memanggil Cellia.
"Cell.. Cellia." teriak Belva.
Bukan Cellia yang menengok melainkan Antonio dan ketiga teman Antonio yang ada di belakang Antonio dan Cellia. Padahal Cellia sengaja tidak menengok karena ia sudah tau itu suara Belva. Tapi apa boleh buat karena kekasihnya menengok, mau tak mau Cellia pun ikut menengok.
"Itu kan anak kelas satu yang kena marah Aura tadi pagi. Loe kenal dia Cell?" Tanya salah satu teman Antonio.
"Kok dia bisa manggil kamu beb?" Tanya Antonio.
"Mana aku tau beb. Udah yuk, aku laper." Cellia pun cepat-cepat menarik tangan Antonio sebelum Belva mendekati mereka.
***
Kini Belva sudah berada di kantin. Makanan yang ada di kantin sekolah itu sangat jauh berbeda dengan makanan yang ada di kantin sekolah kampung. Malahan ada sekolah yang tidak memiliki kantin dan hanya mengandalkan para penjual cilok, cilor, batagor, cuanki, dll yang berhenti di depan sekolah mereka saat jam istirahat tiba.
Nama-nama makanan di kantin itu ala-ala barat dan membuat mata Belva juling karena Belva tidak tau makanan seperti apa yang tertulis di papan menu karena tidak menyertakan gambarnya.
Karena pusing dengan nama-nama menu yang terpampang, Belva pun berniat untuk keluar dari kantin, tapi baru saja ia memutar tubuhnya, ia melihat sosok Cellia yang sedang suap-suapan mesra dengan Antonio.
"Itu Celli. Tanya Celli aja deh, ada jual batagor gak disini." Gumam Belva.
Belva pun berjalan mendekati meja dimana Cellia dan Antonio duduk.
BRUUUK. Tiba-tiba saja Belva terjatuh. Ada orang yang sengaja mencekal kaki Belva.
Seketika Belva pun menjadi bahan tertawaan penghuni kantin termasuk Cellia. Tak ada satupun orang yang membantu Belva.
"Udah jelek, udik, buta lagi!!" Teriak salah satu siswa.
"Kok bisa sih alien kayak loe masuk sekolahan elite kayak gini?" Teriak siswa yang lainnya.
"Alaaaah paling juga anak supir atau pembantu yang di sekolahin sama majikannya karena majikannya baik hati." Jawab siswa yang lain.
Hinaan bertubi-tubi terus datang pada Belva. Belva yang sudah tidak sanggup lagi pun berdiri dan lari dari tempat itu menuju tempat yang sepi untuk menumpahkan air matanya
***
Tiga tahun berlalu, masa SMA pun berhasil Belva lewati meski harus dengan hinaan di setiap harinya. Bukan hanya hinaan, tapi Belva juga di perlakukan seperti budak, dan di perlakukan seperti budak juga Belva terima begitu sampai di rumah oleh Tante Monika dan Cellia jika Om Tora sedang tidak ada dirumah, bahkan Tante Monika dan Cellia memanggil Belva dengan panggilan upik abu.
Secara manusiawi Belva sudah tidak kuat dan ingin kembali ke kampung halamannya. Tapi saat dirinya teringat akan almarhum kedua orangtuanya, Belva pun kembali bersemangat.
Dan semua penderitaannya di sekolah dan di rumah Om Tora terbayar dengan Belva yang di terima Universitas terbaik di negri itu. Meski udik tapi kalau soal otak, otak Belva tidak udik. Terbukti dengan hanya tiga orang dari sekolah Belva yang di terima masuk Universitas bergengsi di negri itu.
Meski Belva masuk dalam ketiga orang itu, bukan berarti orang-orang yang membully Belva menjadi kagum dengan kecerdasan Belva, mereka terlihat biasa saja dan enggan memberi selamat pada Belva.
Namun hal itu tidak sama seperti yang di rasakan Cellia. Cellia merasa iri dengan Belva. Cellia yang tidak mau kalah pun merengek pada papanya untuk menyogok Universitas itu agar Cellia juga bisa masuk ke sekolah itu, tapi sayang, hasilnya nihil. Sebesar apapun uang yang di pakai untuk menyogok dan setinggi apapun jabatan koneksi orang dalam yang di punya, Universitas itu sama sekali tidak bisa menerima siswa-siswi yang tidak lulus seleksi. Jadi, mau tidak mau Cellia harus melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi yang lainnya.
Hari ini adalah hari pertama Belva masuk kampus. Seperti biasa, hari pertama adalah hari dimana Pengenalan Kampus atau biasa di kenal dengan Ospek.
Di kampus tempat Belva menimba ilmu tidak ada istilah rambut di kuncir sesuai umur atau memakai karung goni sebagai tas, dan hal-hal sejenis itu. Melainkan mahasiswa baru hanya disuruh menggunakan pita sesuai dengan jurusan yang mereka ambil serta mengumpulkan minimal sepuluh tanda tangan senior yang menjadi panitia ospek.
Belva pikir setelah menjadi mahasiswi, dirinya tidak akan lagi mendapat bullyan seperti saat dirinya SMA, karena menurut Belva orang-orang yang ada di kampus itu adalah orang-orang yang cerdas dan tidak memandang penampilan seseorang. Tapi ternyata Belva salah, di hari pertama pengenalan kampus Belva sudah langsung menjadi bulan-bulanan bahan lelucon para senior.
Walaupun mereka tidak membully dengan kasar seperti yang dirinya terima saat SMA tapi dengan menjadikan dirinya bahan lelucon, tapi bagi Belva itu sama saja dengan membully.
Tapi Belva bersyukur, karena ada satu orang yang selalu membela dirinya disaat dirinya di jadikan bahan lelucon para senior. Hal yang tidak pernah Belva dapatkan saat dirinya duduk di bangku SMA.
Orang itu adalah Bams. Bams adalah mahasiswa semester lima dan juga salah satu panitia ospek. Bams membela Belva dari para panitia ospek lainnya bukan karena Bams menyukai Belva melainkan karena Bams memang tidak suka melihat sebuah penindasan.
Sayangnya pembelaan yang Bams berikan untuk Belva di salah artikan oleh Belva. Mungkin efek Belva yang telat puber dan sering mendapat penghinaan makanya begitu ada yang membela, dirinya langsung baper.
Tapi apalah daya Belva, ia hanya bisa mencintai Bams dalam hati saja. Karena ia sadar dengan wajah Bams yang tampan dan tubuh yang atletis, pasti banyak wanita yang mengejar-ngejar Bams.
***
Enam bulan kemudian.
Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa satu semester sudah Belva jalani menjadi seorang mahasiswi di kampus yang sangat diincar banyak orang.
Pagi ini Belva di kejutkan dengan sebuah pesan. Pesan dari seseorang yang ia cintai. Siapa lagi kalau bukan Bams. Entah dari mana Bams mendapatkan nomor Belva, apalagi isi pesan Bams mengatakan kalau Bams menunggu kedatangan Belva di kampus.
Seperti menang togel empat angka, begitulah yang Belva rasakan saat ini.
Tanpa membalas pesan dari Bams, Belva langsung pergi mandi dan bersiap ke kampus. Padahal hari ini jadwal jadwal kuliah Belva dimulai pukul satu siang.
Tak sampai satu jam, Belva pun sampai di kampus. Sesampainya di dalam kampus, Belva langsung mengirim pesan pada Bams untuk sekedar memberitahu Bams kalau dirinya sudah berada di kampus.
Dan siapa sangka, baru tiga detik Belva mengirim pesan itu, tiba-tiba nada dering panggilan masuk diponselnya berbunyi dan itu adalah panggilan dari Bams.
Cepat-cepat Belva menggeser tombol hijau yang ada di layar ponselnya.
"Iya, halo kak." Sapa Belva.
"Posisi kamu dimana sekarang?" Tanya Bams dengan suara beratnya. Jangankan Belva, perangkat keras di ponsel Belva saja langsung melunak seketika begitu mendengar suara Bams yang berat tapi seksi.
"A-ku masih di pintu masuk satu kak."
"Oh. Tunggu aja di pos satpam, aku jemput kamu disitu." Kata Bams.
Setelah itu Bams pun mengakhiri panggilan teleponnya.
Mendengar Bams akan menjemputnya di pos satpam, hati Belva seketika berubah menjadi taman bunga, banyak kupu-kupu menggelitik hatinya.
Padahal Bams ingin menjemput Belva karena jarak dari pintu satu ke ruang BEM cukup jauh. Apalagi Belva hanya mengandalkan goyang lututnya, pasti akan menyita waktu dan tenaga yang cukup banyak.
Setelah lima menit Belva menunggu, akhirnya Bams pun datang ke pos satpam itu dengan menggunakan motor balapnya.
"Ayo naik." Kata Bams.
Belva pun menganggukkan kepalanya malu-malu, lalu naik ke atas motor.
Setelah Belva naik ke atas motor, barulah Bams melajukan motornya menuju ruang BEM. Dan sayangnya Belva tidak tau kalau Bams akan membawanya ke ruang BEM. Belva pikir Bams akan membawanya ke taman atau ke kantin.
Kini mereka sudah sampai di depan ruang BEM.
"Ini kan..." lirih Belva pelan tapi masih bisa di dengar Bams karena sekarang Bams berdiri tepat di samping Belva.
"Iya, ini ruang BEM." Bams melanjutkan kata-kata Belva yang menggantung.
"Ayo masuk, udah di tunggu yang lain." Bams pun menarik tangan Belva untuk masuk ke dalam ruangan.
Dalam keadaan yang masih terkejut saat Bams mengatakan sudah di tunggu yang lain, Belva pun masuk ke dalam ruangan lalu duduk disalah satu kursi yang kosong. Sedangkan Bams bergabung dengan senior yang lain.
Ternyata Bams mengajukan Belva menjadi salah satu anggota BEM. Betapa kagetnya Belva saat mengetahui itu.
Walau sebenarnya Belva merasa kurang percaya diri menjadi anggota BEM, tapi Belva senang karena dengan begitu Belva akan memiliki teman dan yang paling utama bisa lebih sering melihat Bams.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ney Maniez
nyimak
2022-07-06
0
SitiNur20969975
msh nyimak kereeeeeeennnn juga😍😍😍
2022-05-27
1
Tina Syahripani
ramai cerita awal nya
2022-04-29
1