Bel tanda jam kerja usai pun berbunyi.
Cepat-cepat Belva membereskan barang-barangnya.
"Sedang apa kamu?" Tanya Bams saat melihat Belva membereskan barang-barangnya.
"Karena saya mau pulang Tuan." Jawab Belva.
"Wah... apa kamu tidak lihat pekerjaan ku masih menumpuk. Kamu udah mau pulang aja." Dumel Bams.
"Terus saya harus tetap disini begitu, menemani anda, Tuan?" Tanya Belva penuh penekanan.
Bams tidak menjawab, ia malah menatap wajah Belva sampai membuat Belva salah tingkah.
"Ekhem... kenapa menatap ku seperti itu Tuan?" Tanya Belva salah tingkah.
"Lama tidak bertemu, kamu banyak berubah yah." Jawab Bams dengan tatapan yang belum juga berpaling dari wajah Belva.
"Jadi mau Tuan, saya harus menjadi Belva yang dulu, begitu?"
"Tidak. Aku malah suka dengan dirimu yang seperti ini." Jawab Bams sambil menggelengkan kepalanya.
Blush. Wajah Belva memerah mendengar jawaban Bams.
"Tapi alangkah bagusnya kalau sikap mu yang seperti ini kamu terapkan pada orang-orang yang menindas mu saja, bukan pada ku, atasan mu!" Kata Bams lagi dengan tegas.
Baru saja Belva tersipu malu dengan kata-kata Bams, wajahnya langsung berubah tiga ratus enam puluh derajat begitu mendengar kata-kata Bams selanjutnya.
"Jangan pulang sebelum pekerjaan ku ini selesai." Perintah Bams.
"Tapi Tuan, jam kerja saya kan sudah selesai." Protes Belva.
"Kan ada istilah lembur. Ya ini adalah jam lembur mu." Jawab Bams tidak mau kalah.
"Haish.." geram Belva.
"Apa semenjak menjadi Presdir kepribadian anda berubah Tuan? Jadi tukang tindas?!" Dumel Belva.
"Memangnya aku menindas apa?"
"Menindas waktu saya. Kalau saya lembur, itu sama saja anda mengurangi waktu istirahat saya, Tuan!" Jawab Belva.
"Itu namanya resiko pekerjaan Belva. Apa kamu pikir aku suka mengurangi waktu istirahat ku dengan bekerja?" Tanya Bams.
"Sebenarnya bisa saja satu atau dua jam sebelum jam pulang kerja aku pulang duluan. Tapi itu tidak aku lakukan karena aku tau kalau aku melakukan itu, sama saja aku tidak bertanggung jawab dengan jabatan yang ku emban." Kata Bams.
"Tugas Presdir tidak seenak yang kamu pikir Belva. Kamu lihat lembaran-lembaran kertas ini. Apa kamu pikir lembaran kertas ini tidak ada artinya? Lembaran-lembaran ini adalah nyawa ratusan ribu orang-orang yang bekerja di Simeon's Group. Kalau aku mengabaikan lembaran-lembaran ini, itu sama saja aku mengabaikan nyawa ratusan ribu orang-orang yang bekerja di Simeon's Group." Kata Bams lagi.
"Maaf Tuan, saya tidak bermaksud meremehkan pekerjaan Presdir. Hanya saja..."
"Hanya apa?"
"Hanya saja, hari ini saya ingin mencari kos-kosan Tuan." Jawab Belva.
Ceklek. Tiba-tiba saja pintu ruang kerja Bams terbuka.
Belva dan Bams pun menengok ke arah pintu.
"Apa anda hari ini juga lembur Tuan Muda?" Tanya Tuan Adrian pada Bams.
"Iya Paman." Jawab Bams.
"Apa Nona Belva juga akan ikut lembur bersama anda?" Tanya Tuan Adrian lagi.
"Pastinya." Jawab Bams.
"Tapi Tuan..."
"Jangan membantah Nona, ingat surat perjanjian yang sudah tanda tangani." Kata Tuan Adrian penuh penekanan.
"Baik lah." Jawab Belva pasrah sambil menghela nafas panjangnya.
"Ada perlu apa paman ke sini? Apa ada yang ingin Paman sampaikan?" Tanya Bams.
"Pertama saya ingin menyampaikan pada anda kalau Nyonya Besar akan berangkat malam ini dari Negara J ke sini. Dan yang kedua untuk Nona Belva." Jawab Tuan Adrian.
"Untuk saya? Saya kenapa?" Tanya Belva bingung.
Tuan Adrian berjalan mendekati Belva lalu memberikan kartu yang merupakan kunci apartemen pada Belva.
"Ini apa?" Tanya Belva.
"Ini kunci apartemen anda Nona." Jawab Tuan Adrian.
"Hah?!" Mata Belva membelalak, mulutnya pun menganga.
"Apartemen anda ini ada di bawah apartemen Tuan Muda Bramasta. Tuan Simeon sengaja memberikan apartemen ini untuk anda, untuk mempermudah anda melakukan tugas anda sebagai sekretaris pribadi Tuan Muda Bramasta. Anda tau kan Nona Belva apa saja tugas sekretaris pribadi?"
Belva menggelengkan kepalanya.
Melihat Belva menggelengkan kepalanya Tuan Adrian hanya tersenyum lalu mengeluarkan secarik kertas yang berisi tugas-tugas Belva.
"Ini Nona, bacalah. Disana semua sudah tertulis apa-apa saja yang anda harus lakukan sebagai sekretaris pribadi Tuan Muda. Mulai dari pagi hari sampai Tuan Muda kembali ke apartemennya." Kata Tuan Adrian.
Belva pun mengambil secarik kertas itu dan mulai membaca apa yang tertulis di secarik kertas itu.
"Whaaaaat???!" Kaget Belva saat membaca point pertama dan kedua.
1. Membangunkan Tuan Muda dan menyiapkan pakaian kerja Tuan Muda.
2. Menyiapkan sarapan, entah itu di buat sendiri atau di beli. Yang penting saat Tuan Muda turun dari kamarnya, sarapan harus sudah tersaji di meja makan.
Dari dua point itu, secara tidak langsung Belva diminta setiap hari untuk masuk ke dalam unit apartemen Bams.
Walaupun point pertama dan kedua sudah membuat Belva shock, tapi tetap saja Belva terus membaca keseluruhan point.
"Maaf Tuan Adrian. Bukan kah semua yang tertulis ini tugas asisten pribadi? Saya kan hanya sekretaris."
"Sekretaris pribadi Nona." Ucap Tuan Adrian menambahkan.
"Tuan Muda tidak memiliki asisten pribadi. Jadi sebagai sekretarisnya, maka anda lah yang kami percaya untuk merangkap menjadi asisten pribadi Tuan Muda. Apalagi anda dan Tuan Muda memang sudah saling mengenal." Kata Tuan Adrian lagi.
"Tapi Tuan..." belum selesai Belva protes, Bams sudah menyela perbincangan Belva dengan Tuan Adrian.
"Saya setuju Paman kalau Belva yang membantu saya mengurus keperluan pribadi saya." Sela Bams.
Mata Belva membelalak mendengar ucapan Bams.
"Blweee." Bams menjulurkan lidahnya mengejek Belva karena tau pasti Belva semakin kesal padanya.
"Anda sudah dengar Nona, Tuan Muda saja setuju kalau anda yang menjadi sekretaris dan asisten pribadinya. Jadi kerjakan lah tugas anda dengan baik dan profesional Nona." Kata Tuan Adrian.
"Iya tapi aku yang gak setuju." Jerit Belva dalam hati.
"Baik lah Tuan." Jawab Belva pasrah sambil menghela nafasnya.
"Kalau begitu saya permisi. Silahkan lanjutkan lembur kalian. Maaf saya tidak bisa menemani, karena saya harus menunggu kedatangan Nyonya Besar." Setelah mengatakan itu, Tuan Adrian pun pamit undur diri dari ruang kerja Bams.
"Hey, kenapa wajah mu begitu? Harusnya kamu senang dong punya tempat tinggal gratis." Kata Bams.
"Gratis apanya kalau setiap hari aku harus mengurus kamu!!" Gerutu Belva dalam hati.
"Sudah ayo kita lanjut kerja. Apa kamu mau pesan sesuatu untuk cemilan?" Tanya Bams.
"Terserah anda, Tuan." Jawab Belva lemas, ia masih tidak bisa menerima tugas-tugas yang di berikan Tuan Adrian.
"Baik lah. Kalau begitu, aku pesan kan pizza saja, gimana? Nanti selesai bekerja, baru aku traktir kamu makan di restoran. Mau?"
"Terserah anda, Tuan." Jawab Belva masih dengan nada dan raut wajah yang sama.
Bams yang tidak peka pun mengeluarkan ponselnya lalu memesan pizza dari sebuah aplikasi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
@shiha putri inayyah 3107
sekertaris pribadi,,, yang di persiapkan untuk menjadi calon istri... hahaha 🤭🤣🤣🤣🤣
2023-02-18
0
R_3DHE 💪('ω'💪)
😂😂😂😂😂
2022-11-17
0
Ney Maniez
🙄😒
2022-07-06
0