Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Belva yang ketiduran karena lelah menangis meratapi nasib nya pun terbangun karena suara nada notifikasi pesan masuk di ponselnya.
Belva meraba kasur untuk mengambil ponselnya. Lalu mengerjapkan matanya untuk melihat siapa pengirim pesan itu, tapi ternyata pesan itu dari nomor yang tidak dikenal.
Belva yang belum sadar seratus persen dari tidurnya, membuka pesan masuk itu.
XXX : Selamat Malam, kami dari Simeon's Group mengucapkan selamat kepada Nona Belvania atas terpilihnya anda untuk menerima beasiswa ke negara P dari perusahaan kami. Jika anda berminat mengambil beasiswa ini anda bisa langsung mendatangi perusahaan Simeon's Group dengan menunjukkan pesan ini.
Begitu lah isi pesan dari nomor yang tidak di kenal itu.
"Ish.. modus penipuan baru!" Gerutu Belva saat membaca pesan itu.
Belva pun tidak menanggapi pesan itu tapi tidak juga menghapusnya. Ia pun melihat jam yang ada di ponselnya. Matanya membelalak saat melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan.
Seketika kesadaran Belva terkumpul 100%. Belva pun langsung mendudukkan dirinya.
"Auw..." ringis Belva saat merasakan sakit di bagian belakang pinggangnya.
Perlahan Belva pun turun dari kasurnya.
"Astaga sakitnya." Keluh Belva tapi sekuat tenaga ia berjalan keluar dari dalam kamarnya.
Dengan langkah tertatih Belva menuruni anak tangga.
Begitu sampai di lantai bawah, Belva mendengar suara orang tertawa-tawa dari ruang keluarga, yang Belva yakini kalau itu adalah suara Om Tora, Tante Monika dan Cellia. Belva berhenti sejenak di tangga.
Merasa ada orang yang mengawasi dari tangga, Om Tora pun menoleh kebelakang.
"Belva. Kamu udah bangun." Sapa Om Tora.
Belva hanya melemparkan senyum pada Om Tora.
"Sini sayang, gabung." Kata Om Tora lagi.
Mata Cellia langsung melotot seolah ingin mengatakan 'jangan kesini!!'.
"Belva mau makan dulu Om."
"Loh kamu belum makan, kata tante mu kamu udah makan." Tanya Om Tora sambil melirik istrinya.
"Tadi udah Om, tapi sekarang laper lagi." Jawab Belva yang tau kalau Tante Monika sudah membohoongi Om Tora.
"Oh.. ya udah, makan dulu sana." Ucap Om Tora.
Belva pun meneruskan langkahnya menuju dapur dengan langkah tertatih.
Melihat langkah Belva tertatih seperti orang kesakitan, Om Tora pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Belva.
"Kamu gak pa-pa?" Tanya Om Tora.
"Gak pa-pa kok Om." Jawab Belva sambil menundukkan kepalanya.
Merasa tidak ada yang beres dengan keponakannya itu, Om Tora pun mengangkat dagu Belva untuk melihat wajah Belva. Betapa terkejutnya Om Tora melihat wajah Belva yang memar.
"Kenapa wajah kamu memar gini Bel? Kamu di pukulin? Sama siapa? Bilang sama Om, jangan takut, jangan di tutupin." Ucap Om Tora.
"Mmm.." Belva ragu mengungkap identitas pelaku penganiayaan pada dirinya.
Cellia yang takut Belva akan menceritakan kejadian yang sesungguhnya pada Papinya cepat-cepat berjalan mendekati Belva.
"Astaga Bel, pasti senior kamu yah yang ngelakuin ini lagi sama kamu? Kok kamu diem aja sih!!! Orang-orang kayak senior kamu itu emang harus di kasih pelajaran sekali-sekali biar mereka gak nindas kamu terus-terusan kayak gini." Kata Cellia.
"Jadi selama ini kamu di bully sama senior kamu?" Tanya Om Tora menyelidik dengan nada meninggi.
Belva diam tak menjawab.
"Om akan laporin senior kamu itu ke dekan!" Ancam Om Tora.
"Jangan Om. Gak usah."
"Gak usah gimana!! Ini tuh udah tindakan kriminal!!"
"Tadi memang Belva yang salah Om, karena Belva gak sengaja numpahin minuman ke makalah senior. Makanya senior itu jadi marah sama Belva."
"Tetap aja Bel, sekalipun kamu salah tapi gak sepantasnya kamu di perlakukan seperti ini."
"Nanti kalau mereka berbuat seperti ini lagi, baru kita laporin Om." Kata Belva sambil melirik Cellia seolah ingin memberi peringatan juga untuk Cellia.
***
Keesokan harinya.
Lebam di wajah Belva sudah mengempes, rasa sakit di seluruh tubuhnya juga sudah tidak terlalu sakit lagi. Belva pun menyemangati dirinya untuk kuliah.
Hari ini dia berpenampilan berbeda dengan hari biasanya. Jika hari biasanya rambutnya selalu cepol ala-ala mbok jamu, hari ini ia melepas cepolan rambutnya. Dan jika hari biasanya ia hanya memakai bedak bayi ke wajahnya, hari ini ia memoles sedikit bedak padat Fiksi ke wajahnya. Kalau urusan bibir memang biasanya dia Belva selalu memakai lipgloss dan hari ini pun dia juga memoleskan lipgloss itu ke bibir nya yang sedikit agak tebal. Tak lupa ia juga menyemprotkan parfume melati ke tubuhnya.
Setelah selesai dengan semua ritual perubahan penampilan versi Belva, Belva pun keluar dari dalam kamarnya dan turun ke lantai bawah untuk bergabung sarapan dengan Om Tora, Tante Monika dan Cellia.
Tapi belum sampai Belva masuk ke ruang makan, Cellia dan Tante Monika menutup hidungnya karena mencium aroma melati.
Melihat Tante Monika dan Cellia menutup hidungnya, Belva sadar kalau mereka menutup hidung mereka karena Belva.
"Cih..pake parfume apa sih si upik abu ini!!! Kok nyengat banget baunya!! Mau pergi kuliah apa mau pergi pesugihan!!" Dumel Cellia dalam hatinya.
Belva tidak memperdulikan tatapan mata sinis Tante Monika dan Cellia, ia tetap duduk di kursi dan memulai sarapannya.
Setelah selesai mengisi perutnya, Belva pun pergi kuliah dengan menggunakan ojek online karena kampus Belva tidak searah dengan kantor Om Tora dan kampus Cellia.
Setelah kurang lebih setengah jam di terpa debu jalanan, akhirnya ojek online yang membawa Belva sampai juga di kampus. Belva pun turun dari atas motor dan memberikan uang sesuai tarif yang tertera di aplikasi. Kemudian melangkahkan kakinya masuk ke area kampus.
Saat sudah sampai di gedung kampus, semua mata memandang Belva sambil berbisik-bisik dan ada juga yang tertawa kecil.
Belva mengernyitkan kening nya bingung kenapa semua orang memandang ke arahnya.
"Apa ada yang salah dengan pakaian ku? Apa riasan ku terlalu tebal? Apa aku gak pantes yah mengurai rambut?" Sambil Belva berjalan sambil bertanya-tanya dalam hatinya.
"Belva..." panggil seseorang.
Belva pun memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggil dirinya.
"Iya." Balas Belva. Ia tak menyebut nama gadis yang memanggilnya karena Belva tidak tau siapa nama gadis itu.
"Kamu tau gak kalau video kamu nembak kak Bams udah tersebar luas." Kata gadis itu.
"Ma-maksudnya?"
Gadis itu pun mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan video saat Belva menembak Bams.
Mata Belva membelalak.
"I-ini.."
"Video ini udah kesebar luas di penjuru kampus. Makanya sekarang orang-orang pada ngeliatin kamu sambil ketawa-ketawa." Lata gadis itu.
Belva pun melihat kesekelilingnya dan benar sekarang sudah banyak mata yang memandang Belva dengan tatapan mengejek.
"Kok bisa ada video ini?" Tanya Belva dengan bibir bergetar.
"Siapa lagi pelakunya kalau bukan kak Bams. Kak Bams tuh emang gitu, dia sok-sok baik sama orang lemah tapi giliran orang lemah itu baper dengan kebaikannya, kak Bams akan mempermalukan orang itu." Kata gadis itu memanas-manasi Belva.
"Sadar diri woy!!! Muka di bawah standart aja sok-sok nembak Bams!!" Teriak salah satu mahasiswi.
"Tau loe!!" Timpal mahasiswi lainnya.
Dan banyak lagi mahasiswi yang ikut nyeletuk menggunjing Belva.
Tak tahan dengan gunjingan yang di tujukan padanya, Belva pun berlari dari tempat itu sambil menangis. Ia berlari mencari keberadaan Bams untuk minta penjelasan.
Melihat Belva pergi, gadis yang tadi memanggil Belva tersenyum puas.
"Makanya jangan kepedean loe!!" Gumam gadis itu dalam hati. Ya, gadis itu adalah Jessica, orang yang sudah merekam dan menyebar luaskan video itu.
***
Belva terus berlari mencari keberadaan Bams, dan ternyata Bams sedang tertawa dengan teman-temannya di belakang kampus. Belva pikir Bams sedang menertawakan keberhasilannya karena telah mempermalukan Belva. Padahal Bams dan teman-temannya sedang menertawakan tentang kekonyolan Spongebob dan Patrik bukan menertawakan Belva. Bahkan Bams pun belum tau tentang video itu.
Tanpa mengkonfirmasi terlebih dahulu pada Bams, Belva pergi dari tempatnya mengintip Bams. Ia pergi ke toilet untuk menumpahkan air matanya.
Saat sedang khusuk menangis, tiba-tiba ponsel Belva berbunyi, tanda pesan masuk di ponselnya. Belva pun membuka ponselnya dan membaca pesan yang masuk. Pesan yang sama dari nomor tidak dikenal kemarin malam, pesan yang menawarkan beasiswa ke Negara P.
Belva yang sudah sakit hati bercampur malu, dan rasa-rasanya ingin masuk kembali ke rahim ibunya, tanpa pikir panjang langsung pergi ke perusahaan itu dengan tujuan ingin mengambil beasiswa itu.
Kini Belva sudah berada di perusahaan Simeon's Group.
Belva ternganga melihat bentuk gedung perusahaan itu, gedung yang menjulang tinggi.
"Apa benar ini Simeon's Group?" Gumam Belva.
Tak ingin rasa penasaran menguasai hati dan pikirannya, Belva pun berjalan masuk ke dalam gedung dan berjalan ke meja resepsionis.
"Selamat siang Buk." Sapa Belva pada wanita yang ada di meja resepsionis.
"Iya selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis itu.
"Begini, saya menerima pesan kalau saya mendapat beasiswa dari perusahaan ini."
"Bisa saya lihat pesannya?"
Belva pun mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pesan yang di kirim oleh nomor orang yang tidak di kenal.
Setelah melihat pesan itu, resepsionis pun tersenyum lalu mengangkat gagang telepon yang di mejanya dan menyambungkan ke meja asisten pribadi Tuan Simeon, Tuan Adrian.
Resepsionis itu pun diperintahkan untuk mengantar Belva menuju lantai dimana ruang kerja Tuan Simeon berada.
"Mari Nona saya antar." Ucap resepsionis itu.
"Jadi bener yah Buk, saya dapet beasiswa." Tanya Belva yang masih tidak percaya. Padahal awalnya Belva mengira itu hanya lah sms penipuan.
Resepsionis itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum menjawab pertanyaan Belva.
Ting. Pintu lift terbuka, tanda kalau mereka sudah sampai di lantai dimana ruang kerja Tuan Simeon berada.
"Selamat datang Nona Belvania." Sapa Tuan Adrian.
"Perkenalkan saya Adrian, asisten pribadi Tuan Simeon." Kata Tuan Adrian lagi sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Belva.
Dengan senang hati Belva pun menyambut uluran tangan Tuan Adrian.
"Berhubung Tuan Simeon tidak ada di negara ini, jadi saya lah yang akan menjelaskan tentang beasiswa untuk anda beserta persyaratan yang harus penuhi." Ucap Tuan Adrian.
"Mari Nona, ikut saya." Tuan Adrian pun berjalan terlebih dulu dan diikuti Belva dari belakang.
Sesampainya di ruang kerja Tuan Adrian, Tuan Adrian langsung menyodorkan amplop coklat ke hadapan Belva.
"Silahkan anda baca terlebih dahulu isi perjanjiannya, kalau anda setuju, anda bisa langsung menandatanganinya." Kata Tuan Adrian.
Belva pun mengambil amplop itu dan membuka lalu membaca isi perjanjian yang tertulis itu.
Karena merasa semua isi perjanjian itu tidak ada yang memberatkan baginya, Belva pun langsung menandatanganinya.
"Ini Tuan." Kata Belva sambil menyodorkan kembali surat itu.
"Baik lah Nona. Mulai hari ini, anda tidak perlu pulang kerumah atau ke kampus. Karena kami akan membawa anda ke apartemen sebelum anda kami berangkatkan ke Negara P." Ucap Tuan Adrian.
"Memangnya kapan saya berangkat?"
"Malam ini." Jawab Tuan Adrian dengan senyum penuh arti.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ney Maniez
pengagum kah?
2022-07-06
0
Ney Maniez
🤔🤔🤔
2022-07-06
0
Ney Maniez
😲😲😲
2022-07-06
0