"Baik lah Nona. Mulai hari ini, anda tidak perlu pulang kerumah atau ke kampus. Karena kami akan membawa anda ke apartemen sebelum anda kami berangkatkan ke Negara P." Ucap Tuan Adrian.
"Memangnya kapan saya berangkat?"
"Malam ini." Jawab Tuan Adrian dengan senyum penuh arti.
"Tapi saya belum memberitahu Om saya. Dan bukan kah saya harus mengambil surat keterangan dari kampus lama saya?"
"Soal kampus lama anda, kami sudah mengurus semua itu, dan untuk Om anda, kami sudah menghubungi Om anda dan sebentar lagi Om anda akan datang kesini."
"Benar kah??? Kok bisa???!!" Tanya Belva terheran-heran.
Belva tidak tau saja kalau selama ini ada orang yang selalu memperhatikan Belva. Orang itu adalah Tuan Simeon.
Saat melihat putranya Bams membela Belva, Tuan Simeon meminta orang untuk mencari tau tentang Belva. Dan berdasarkan hasil laporan yang Tuan Simeon dapatkan, kalau selama ini hidup Belva menderita, Tuan Simeon pun langsung menyusun rencana untuk membawa Belva pergi jauh dari orang-orang jahat seperti Tante Monika dan Cellia. Dan dengan cara memberikan beasiswa ini lah, Tuan Simeon ingin menjauhkan Belva dari orang-orang yang selalu menyakitinya. Apalagi setelah Tuan Simeon tau kalau anaknya yang introvert itu telah menolaknya.
Jangan kan urusan kampus, urusan visa dan tempat tinggal Belva selama di Negara P, sudah Tuan Simeon persiapkan semuanya dan tinggal mengeksekusi di waktu yang tepat.
Tok Tok Tok. Pintu ruang kerja Tuan Adrian pun terketuk.
"Masuk." Perintah Tuan Adrian pada orang yang mengetuk pintu. Tuan Adrian yakin kalau orang yang mengetuk pintu sudah bersama Om dari Belvania.
Ceklek.
"Tuan, Tuan Tora sudah datang." Kata sekretaris Tuan Adrian.
"Baik lah suruh masuk." Jawab Tuan Adrian.
"Wah.. secepat itu Om saya datang?" Kata Belva keheranan.
Ceklek. Pintu kembali terbuka.
"Om Tora." Belva langsung berdiri dari tempat duduknya dan berlari menghampiri sang Om lalu memeluk Om nya itu.
"Om bangga sama kamu Belva. Om gak nyangka kalau kamu bisa mendapatkan beasiswa dari salah satu perusahaan raksasa se ASIA ini." Kata Om Tora dengan suara yang bergetar sambil mengusap kepala keponakannya itu.
"Pasti ibu sama bapak mu bangga melihat kamu seperti ini." Kata Om Tora lagi.
"Maaf menyela." Tiba-tiba suara Tuan Adrian memecah keharuan Om Tora dan Belva.
"Perkenalkan nama saya Adrian." Kata Tuan Adrian sambil menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Om Tora.
Om Tora melepas pelukan Belva, lalu membalas uluran tangan Tuan Adrian.
"Saya Tora, Om nya Belva."
"Senang berkenalan dengan anda Tuan Tora. Pasti anda bangga memiliki keponakan seperti Nona Belva."
"Iya Tuan, saya bangga sekali. Saya tidak menyangka kalau keponakan saya ini bisa meluluhkan hati perusahaan sebesar Simeon's Group yang saya tau perusahaan ini sangat selektif mengeluarkan beasiswa."
"Itu semua karena Nona Belva memang pantas menerimanya." Jawab Tuan Adrian.
"Baik lah. Sebelum Belva berangkat pukul tijuh malam nanti, Tuan Tora dan Nona Belva bisa menghabiskan waktu berdua. Kalau kalian mau menghabiskan waktu di luar, akan ada supir yang akan mengantar."
"Apa saya boleh pulang dulu Tuan untuk mengambil barang-barang?"
"Tidak usah Nona Belva, karena Simeon's Group sudah menyiapkan semua keperluan anda disana."
"Tapi..." belum sempat Belva meneruskan kata-katanya Tuan Adrian sudah menyela.
"Nona Belva." Sela Tuan Adrian dengan nada yang berat.
"Baik lah." Balas Belva dengan wajah tertunduk.
"Kalau begitu saya tinggal. Beritahu saja sekretaris saya kalau Tuan Tora dan Nona Belva ingin pergi keluar, tapi ingat tidak pulang kerumah." Kata Tuan Adrian mengingatkan.
Belva dan Om Tora menganggukkan kepalanya paham.
***
Setelah kurang lebih delapan belas jam perjalanan, kini Belva sudah berada di Negara P. Begitu sampai di bandara, Belva di jemput dengan mobil Van untuk mengantar Belva menuju apartemen yang sudah Tuan Simeon siapkan untuk Belva.
Dan setelah kurang lebih setengah jam dalam perjalanan, akhirnya Belva pun sampai di apartemennya.
"Ini Nona kunci apartemen anda. Dan ini adalah kartu debit untuk anda pakai selama anda di negara ini. Anda bisa menggunakan kartu ini untuk membeli kebutuhan anda sehari-hari. Dan besok anda sudah bisa langsung masuk kuliah." Kata Tuan Zack, asisten Tuan Simeon yang mengurus perusahaan Simeon's Group yang ada di Negara P.
Belva menerima kunci dan kartu debit yang di berikan Tuan Zack.
"Besok saya akan menjemput anda pukul delapan pagi. Jadi saya harap besok sebelum saya datang, anda sudah bersiap." Kata Tuan Zack lagi.
Belva menganggukkan kepalanya paham.
"Mmmm. Tuan, apa saya boleh menanyakan sesuatu?" Tanya Belva ragu-ragu.
"Menanyakan apa Nona?"
"Bagaimana wujud Tuan Simeon sebenarnya? Karena saya belum pernah melihat yang namanya Tuan Simeon." Tanya Belva. Sejak keberangkatannya dari Negara I ke Negara P, hanya pertanyaan itu lah yang selalu mengusik batin Belva.
"Anda bisa melihatnya di internet Nona. Disana akan langsung terpampang nyata wajah Tuan Simeon dan segala jenis usahanya." Jawab Tuan Zack sambil tersenyum.
"Baik lah Nona Belva, saya permisi dulu. Silahkan anda beristirahat. Kalau anda lapar anda bisa menekan angka tiga pada telepon yang ada disamping ranjang anda. Tapi kalau anda ingin masak sendiri, kulkas sudah terisi dengan banyak bahan masakan, anda bisa memakainya sesuka anda." Kata Tuan Zack lagi.
"Baik Tuan, saya mengerti." Balas Belva.
Tuan Zack pun pergi dari hadapan Belva dan keluar dari unit apartemen mewah itu.
Begitu Tuan Zack keluar, Belva pun mengambil ponselnya untuk mencari tau siapa Tuan Simeon itu.
"Oh.. ini Tuan Simeon." Kata Belva saat melihat pria paruh baya yang keluar dari jejaring internet.
Belva pun membaca keterangan tentang Tuan Simeon dan perusahaan yang berada di bawah naungan Simeon's Group.
Tuan Simeon memiliki istri bernama Kalina dan satu anak laki-laki bernama Bramasta Simeon. Dan ini lah anak perusahaan yang berada di bawah naungan Simeon's Group...
Begitulah isi artikel yang Belva baca. Sayangnya di dalam foto itu tidak di tampilkan foto anak tunggal Tuan Simeon.
***
Keesokan harinya.
Jam baru menunjukkan pukul lima subuh, tapi Belva sudah bangun karena terlalu bersemangat ingin masuk kuliah di kampus barunya. Belva pun keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuknya.
Setelah selesai menyiapkan sarapannya, Belva kembali ke dalam kamarnya lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya. Mata Belva ternganga melihat ukuran, perabotan serta perlengkapan mandi yang ada di dalam kamar mandi.
"Woah.. rumah Om Tora saja sudah besar, tapi kamar mandinya tidak semewah ini." Kata Belva.
Ukuran kamar mandinya sama dengan kamar Belva, ukuran bathub nya bisa menampung lima orang, serta toilet yang menggunakan sensor tangan, tinggal melambaikan tangan penutup toilet sudah terbuka. Begitupun showernya, tinggal melambaikan tangan air di shower pun keluar. Dan kita bisa memilih suhu air yang ingin dipakai mandi.
"Apa ini yang dinamakan apartemen sultan?" Gumam Belva lagi setelah selesai mencoba semua fasilitas yang ada di kamar mandi itu.
Setelah puas terkagum-kagum, Belva pun melepas pakaiannya dan masuk ke dalam bathub, lalu menuangkan tujuh jenis sabun cair yang tersedia di samping bathub sedikit-sedikit. Sebenarnya tujuh jenis sabun itu di pakai untuk hari yang berbeda-beda karena mengandung aromatherapi, tapi karena Belva tidak tahu, Belva malah menuangkan tujuh jenis sabun cair itu sedikit demi sedikit secara bersamaan.
Setelah hampir setengah jam di kamar mandi, Belva pun keluar dari dalam kamar mandi dengan menggunakan bathrobe. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang ganti untuk mencari pakaian yang pantas untuk pergi ke kampus.
Masih dengan keudikkannya, Belva ternganga melihat begitu banyaknya pakaian yang ada di dalam lemari. Semua pakaiannya bagus-bagus dan mahal-mahal. Belva tau itu mahal, dari label harga yang masih melengket di pakaian itu.
"Kenapa mahal-mahal sekali pakaian ini, bagaimana kalau aku merusakkan pakaian ini? Apa Tuan Simeon akan meminta ganti rugi?" Gumam Belva.
"Tapi kalau tidak di pakai terus aku mau pakai apa ke kampus?" Gumam Belva lagi.
Mau tak mau Belva pun mengambil satu kemeja dan satu celana bahan untuk dia pakai ke kampus. Setelah memakai pakaiannya, ia pun keluar dari dalam ruang ganti dan berjalan menuju meja rias.
Sama seperti melihat isi kamar mandi dan isi lemari, Belva kembali terperangah melihat berbagai macam jenis skincare, make up dan alat kecantikan yang ada di meja rias.
"Oalah... ini yang di pake yang mana?" Lirih Belva.
Belva pun melihat satu persatu keterangan yang tertera di kemasan. Karena tak mengerti step penggunaan skincare dan make itu, Belva hanya mengambil pelembab, bedak padat, dan lipglos saja lalu mengaplikasikannya ke wajah dan bibirnya.
Selesai urusan wajah, Belva pun menyisir rambutnya dengan sisir catokan yang membuat rambutnya lebih bervolume seperti di blow.
"Semangat Belva, demi menjadi orang sukses agar bisa membalas orang-orang yang membully mu dulu. Buat mereka semua tidak lagi memandang mu sebelah mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Ney Maniez
👍👍👍
2022-07-06
0
Ney Maniez
ohhh😲😁
2022-07-06
0
Aqiyu
tuan Simoen luar biasa baik
2022-07-04
1