"Bagaimana, mah? apakah Kristin mau membantuku?" Willdan bangkit dari duduk menghampiri Mamah Elsa yang baru sampai di teras halaman kontrakan.
"Mamah malah lupa nggak meminta bantuannya, yang mamah bicarakan malah hal lain yakni memintanya kembali padamu." Mamah Elsa menghempaskan pantatnya di kursi depan kontrakan seraya menghela napas panjang.
"Hem, ya sudahlah. Mau bagaimana lagi, mungkin besok aku akan mencari kerja sedapatnya saja, mah." Willdan melenggang masuk dalam kontrakan dengan rasa malas.
Berbeda dengan Kristin yang saat ini sedang sangat sibuk, karena dia memegang dua perusahaan sekaligus.
Sebelah kantornya telah berhasil di belinya tanpa ada kesusahan sedikit pun.
"Tok tok tok." Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Kristina.
"Masuk." Jawabnya singkat.
"Kupikir siapa, ada apa Re?" tanya Kristina sejenak menutup berkas yang sedang di cek.
"Aku lihat tadi mantan mertuamu kemari, pasti ingin minta bantuan padamu ya?" kata Rere.
"Iya kemari, bukan minta bantuan. Tapi memintaku kembali pada anaknya," kata Kristina seraya bangkit dari duduknya di kursi kerjanya berpindah ke sofa.
"Hem, aku pikir minta bantuan. Memangnya kamu benar-benar nggak tahu tentang kabar mantan suamimu?" Rere menatap menyelidik pada Kristina.
"Sejak aku cere darinya, aku sama sekali hilang kontak. Aku sengaja tak ingin berurusan denganya, hanya menambah lukaku saja." Kata Kristin seraya mengambil minuman di dalam kulkas.
"Boleh nggak aku ingin cerita sedikit yang aku tahu tentang mantan suamimu," Rere sedikit ragu hingga meminta persetujuan.
"Ceritalah, paling seputar Mas Willdan menikah atau dengan wanita lain," kata Kristin seraya menyunggingkan senyum.
"Bukan, mantan suamimu kan sudah bangkrut beberapa bulan lalu. Kabarnya semua aset di jual untuk melunasi hutang di bank serta membayar para buruh, juga info yang aku dengar ada dua karyawannya yang juga membawa kabur uang perusahaan hingga mantan suamimu rugi besar. Intinya sekarang mantan suamimu tinggal di kontrakan dan pengangguran," kata Rere panjang lebar.
"Hem, pantes pagi tadi mamahnya kemari. Picik juga akalnya, ingin numpang hidup denganku," Kristin menyeringai sinis.
" Sory, Kristin. Bukan aku membuka luka lama dengan cerita kondisi mantan suamimu yang sekarang," Rere menggenggam tangan Kristin.
"It's ok im fine, nggak usah baper begitu. Biar mereka menikmati apa yang telah mereka tabur," Kristina bangkit melangkah ke meja kerjanya.
"Salut aku sama kamu, begitu tegarnya hadapi problema hidupmu. Kalau wanita lain pasti, ku menangis...hheee," kata Rere terkekeh.
"Menangis dan meratapi nasib serta mengasihani diri sendiri," kata Kristina terkekeh.
"Hhaaa iya, kebanyakan seperti itu kan? Tapi kamu beda dari yang lain, bisa tegar seperti itu. Kuncinya apa, Kristin?" tanya Rere penasaran.
"Hanya satu kuncinya, berserah pada Tuhan dan selalu yakin semua akan indah pada waktunya. Cuma itu saja yang aku percaya saat ini dan aku berusaha untuk selalu positif tinking," kata Kristina tersenyum renyah.
"Heh, kok kamu malah asik ngobrol denganku? Balik kerja sana, masih banyak tugas yang harus kita selesaikan dengan segera," Kristina mengusir Rere secara halus.
"Hheee, ok baiklah. Selamat bekerja dan semangat selalu," kata Rere seraya mengedipkan matanya dan berlalu pergi dari ruang kerja Kristina.
Kristina kembali berkutat dengan pekerjaannya hingga waktu makan siang tiba, dia memutuskan untuk makan siang di cafe bersama Rere.
"Kamu sudah siap kan, Re?" tanya Kristina.
"Yuk, lets go." Rere menggandeng tangan Kristina melenggang keluar kantor.
Langsung saja Rere melajukan mobilnya menuju cafe yang telah mereka sepakati bersama
Tak berapa lama kemudian, sampailah mereka di cafe tersebut. Dan langsung memilih tempat duduk yang strategis.
Kristina tak sadar jika dirinya duduk dekat dengan tempat duduk Sherlyn.
"Sialan, selera makanku jadi hilang kalau begini." batin Sherlyn saat melihat Kristina.
"Hay, Nona Kristin. Kebetulan bertemu, boleh kami bergabung?" sapa seorang pemuda tampan.
"Eh, Tuan Bima dan Tuan Dewa. Mari silahkan duduk." Kristina memyunggingkan senyum.
"Ya ampun, itu kan Tuan Bima dan Tuan Dewa. Aku saja ingin dekat dengannya susah, kenapa Kristin begitu mudah bisa akrab dengan dua pria tampan dan kaya raya itu?" batin Sherlyn seraya tangannya mengepalkan tinju.
"Lihat saja, Kristin! aku akan membuat dua pria tampan di sebelahmu membenci dirimu," Sherlyn segera bangkit dan menghampiri meja dimana ada Kristina, Rere, dua prian tampan tersebut.
"Hy, Kristin. Apa kabarmu? Oh, jadi begini kelakuanmu? menggugat cere suamimu, karena ingin bebas berjalan dengan pria lain. Dasar wanita murahan!" Sherlyn mencaci maki Kristina di depan banyak orang.
"Plak." Satu tamparan mendarat di pipi Sherlyn.
"Jaga ucapanmu, apa perlu aku sebarkan vidio mesummu dengan mantan suamiku? biar semua orang tahu, jika kamu ini adalah seorang pelakor. Tega merebut suami dari saudara sepupumu sendiri." Kristina memperlihatkan vidio mesum milik Sherlyn padanya.
"Lihatlah, hanya sekali pencet saja aku bisa menyebarkan vidio ini ke sosial media atau ponsel pribadiku. Tapi aku masih punya hati nurani karena kamu adalah saudara sepupuku," Kristina menyeringai sinis.
"Huh, ternyata sendiri yang pelakor malah menuduh wanita lain," cibir salah satu pengunjung cafe.
"Kalau aku lebih baik sebarkan saja vidio porno itu, biar buat pelajaran tuh si pelakor yang nggak tahu diri." cibir pelanggan cafe yang lain.
"Nona, sebaiknya anda jangan ganggu Nona Kristin. Kalau tak ingin berhadapan dengan kami berdua!" ancam Tuan Bima melotot pada Sherlyn.
"Heran, kenapa malah mereka semua bukannya membelaku malah membela Kristin!" batin Sherlyn seraya mengepalkan telapak tangannya.
Sherlyn pergi begitu saja dari tempat itu dengan rasa geram dan marah. Berbeda dengan Kristina yang melanjutkan makan siangnya.
"Bagaimana Kristin dengan mudah mendekati dua pria tampan dan kaya raya itu!" gerutu Sherlyn seraya terus menghentakkan kakinya.
***********
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa telah menjelang malam saja. Rere mengajak Kristina untuk makan malam di luar karena ada yang ingin di bicarakan juga. Hingga akhirnya Kristina menyanggupinya.
"Bu, ini Tuan Manov ingin mengadakan kerja sama dengan perusahaan kita." Rere memperkenalkan calon klien baru pada Kristina.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku dulu, jika kita akan bertemu seorang klien baru?" bisik Kristin pada Rere.
"Maaf, Nona. Memang saya yang memerintah asisten anda, untuk tidak memberitahu pada anda tentang pertemuan ini. Saya ingin bertemu dengan anda, di saat anda dalam kondisi di luar tugas atau tampil apa adanya saja," kata Tuan Manov seraya tersenyum ramah.
Setelah itu mereka bertiga langsung duduk, dan memesan makan malam seraya membicarakan kerja sama mereka.
Tanpa Kristina sadari, kembali lagi Sherlyn tak sengaja melihat pemandangan itu.
"Kenapa selalu saja keberuntungan berpihak pada Kristin, dengan di kelilingi lelaki tampan dan kaya raya! sedang aku susah sekali mencari pengganti Mas Willdan!" gerutu Sherlyn menatap tak suka pada Kristina.
🤯🤯🤯🤯🤯🤯🤯🤯🤠🤠🤠🤠🤠🤯🤯🤯
Mohon dukungan like, vote, favoritnya ka..
Biar author semangat up...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Bhebz
sherlyn oh sherlyn
2022-03-31
2
Fatma Kodja
serlyn emang pelakor tidak tahu malu, dia juga yang pelacur tapi malah ngatain Kristin yang pelacur, makanya jadi perempuan itu harusnya jaga kehormatan jangan karena cinta dan harta sampai rela menyerahkan diri, mendingan janda tapi karena dikhianati jadi terpaksa bercerai daripada masih single tapi suka menjual diri demi mendapatkan laki"
2022-03-23
1
Nonny
hhhii🤭🤭
2022-03-23
0