Hari berlalu begitu cepatnya, sudah sebulan Willdan dan Mamah Elsa tinggal di sebuah rumah kontrakan.
"Sudah sebulan kamu nggak bekerja, apa nggak sebaiknya mencari pekerjaan. Tabungan kita telah menipis," Mamah Elsa menatap sinis pada Willdan.
"Willdan juga lagi usaha, mah. Tapi memang jaman sekarang cari kerja nggak segampang membalikkan telapak tangan," jawab Willdan ketus.
"Ya sudah, kita ke rumah Om Melvin saja. Siapa tahu dia bisa bantu, buruan ganti baju. Mamah tunggu kamu di depan kontrakan," Mamah Elsa beranjak bangkit dan melangkah ke halaman kontrakan.
Willdan berganti pakaian, walaupun rasanya enggan untuk pergi ke rumah Om Melvin.
Tak berapa lama kemudian, sampailah Mamah Elsa dan Willdan di rumah Om Melvin.
"Tante, Mas Willdan. Kenapa kalian kemari?" tanya Sherlyn ketus seraya menatap sinis pada Willdan dan Mamah Elsa.
"Nak, kok kamu ketus sama kami? nggak seperti biasanya, bukannya kamu akan menjadi menantu tante " kata Mamah Elsa.
"Itu dulu, tante. Tapi sekarang aku nggak sudi jadi bagian dari kalian, yang sudah miskin dan tak punya apa-apa lagi. Yang ada aku bisa sengsara," Sherlyn melirik sinis seraya berlalu begitu saja.
"Mah, lebih baik kita pulang saja. Mamah lihat kan? Sherlyn saja bersikap seperti itu apa lagi Om Melvin, aku nggak mau di permalukan lagi." Willdan akan melangkah pergi dari rumah Om Melvin.
Namun Mamah Elsa mencekal lengannya.
"Tunggu dulu, kita kan belum mencoba. Jangan pesimis dulu, Sherlyn seperti itu belum tentu Melvin juga seperti itu." Mamah Elsa menahan Willdan untuk pergi.
Akhirnya Willdan menuruti kemauan Mamah Elsa. Mereka berjalan masuk rumah Om Melvin dan menemuinya.
"Ada apa kemari, mbak?" tanya Melvin menyelidik.
"Melvin, kami ingin minta tolong padamu. Sudah sebulan Willdan mencari pekerjaan tapi tak jua mendapatkan. Kiranya ada lowongan kerja di kantormu kan, Melvin?" Mamah Elsa menatap Melvin dengan sendu.
"Maaf, mbak. Kebetulan di kantorku sudah penuh karyawan, tidak lagi membutuhkan karyawan," ucap Melvin sekenanya.
"Jangan seperti itu, Melvin. Bukankah sebentar lagi Sherlyn akan menikah dengan Willdan. Jadi apa salahnya, kamu menolongnya," kembali lagi Mamah Elsa membujuk Melvin.
"Jangan kepedean, mbak. Sherlyn sudah mengatakan padaku jika sudah tidak peduli lagi pada Willdan. Lagi pula yang di katakan Sherlyn ada benarnya, jika anakku tetap memutuskan bersama Willdan, pasti hidupnya akan sengsara. Mau di taruh dimana mukaku, kalau semua klienku tahu anakku menikah dengan seorang pengangguran," Ejek Melvin seraya tersenyum sinis pada Willdan dan Mamah Elsa.
"Melvin, tega sekali kamu berbicara seperti itu pada kami," perlahan mata Mamah Elsa menitikkan bulir bening.
"Aku bicara fakta, mbak. Jadi janganlah tersinggung seperti itu," Melvin terkekeh.
"Mah, sebaiknya kita pulang saja." Willdan bangkit dari duduknya, seraya mengajak Mamah Elsa bangkit pula dari duduknya.
Mereka pergi dari rumah Melvin dengan perasaan terhina dan malu.
"Mamah keras kepala, coba tadi dengerin apa kataku! pasti kita tidak di hina seperti ini! malu aku tahu, mah!" Willdan mendengus kesal.
"Maafkan mamah, nak. Pikir mamah, Om Melvin akan membantumu." Mamah Elsa tertunduk lesu.
Willdan hanya diam saja, terus saja berjalan ke arah kontrakan seraya mengacak-acak rambutnya.
Sementara Mamah Elsa, berjalan seraya memikirkan bagaimana supaya Willdan bisa bekerja lagi.
"Jalan satu-satunya aku harus pintar merayu Kristin. Besok pagi aku akan ke kantornya, untuk meminta bantuan Kristin," batin Mamah Elsa seraya menyunggingkan senyum.
"Aku juga akan membujuknya, supaya mau rujuk dengan Willdan," batinnya kembali.
*********
Pagi menjelang, Mamah Elsa melancarkan aksinya dengan bersiap-siap untuk ke kantor Kristin.
"Mah, rapi banget mau kemana?" Willdan melirik menyelidik.
"Mau ke kantor Kristin, sekalian saja kamu ikut." Mamah Elsa memberi saran.
"Nggak, mah. Aku malu ketemu Kristin dalam kondisi seperti ini," Willdan mengalihkan pandangan entah kemana.
"Ya sudah, biar mamah ke sana sendiri. Semoga kali ini usaha mamah berhasil," Mamah Elsa berlalu pergi.
Hanya beberapa menit saja, Mamah Elsa telah sampai di kantor Kristin. Bahkan dengan percaya dirinya akan masuk ke dalam kantor Kristin, namun di tahan oleh security.
"Maaf, Nyonya. Apa sebelumnya anda telah terikat janji dengan Nona Kristin?" tanya security menghalangi langkah Mamah Elsa.
"Lepaskan, saya memang belum mengadakan janji dengan Kristin. Kalian perlu tahu, saya ini mantan mamah mertuanya namun sebentar lagi akan jadi mamah mertuanya lagi. Jadi jangan perlakukan saya dengan tidak hormat seperti ini," Mamah Elsa menepis cekalan tangan security.
"Maaf, Nyonya. Jadwal Nona Kristin sedang padat, jika sebelumnya anda tidak ada janji ya tidak bisa menemui bos kami," kata security mendengus kesal.
Namun Mamah Elsa terus saja memaksa untuk masuk ke dalam kantor, hingga akhirnya security menelpon Kristina dan memberitahukan jika di halaman kantor ada mantan mertuanya.
Setelah mendapat persetujuan dari Kristina, barulah security tak menahan Mamah Elsa kembali.
"Tok tok tok." Mamah Elsa mengetuk pintu ruang kerja Kristina.
"Masuk saja." jawab Kristina dari dalam.
Mamah Elsa lekas masuk dan duduk tepat di hadapan Kristina.
"Nak, mamah ingin minta tolong sama kamu," Mamah Elsa mengusap lengan Kristina.
"Katakan saja, tante." jawab Kristina singkat.
"Nak, mamah ingin kamu kembali lagi pada Willdan. Setidaknya pikirkan masa depan Mila, masa harus tumbuh tanpa adanya seorang papah," Mamah Elsa menatap sendu Kristina.
"Maaf, tante. Bagi saya tidak ada di kamus saya untuk kembali lagi pada mantan yang telah menyakiti. Tante juga nggak perlu khawatir untuk masalah tumbuh kembang Mila, seiring berjalannya waktu pasti Mila bisa memahami tentang apa yang aku putuskan ini." kata Kristina panjang lebar.
"Apa sedikit pun kamu sudah tak mencintai, Willdan?" tanya Mamah Elsa menyelidik.
"Cintaku sudah hilang bersama dengan semua penghianatan yang di lakukan oleh Mas Willdan," kata Kristina sekenanya.
"Maaf, tante. Sebentar lagi aku akan ada deadline, jika sudah tidak ada lagi yang ingin di sampaikan, silahkan tante pergi dari ruanganku." kata Kristina seraya mendengus kesal.
"Sombong sekali kamu, Kristin. Baru sukses sedikit sudah seperti ini, ingat roda berputar. Bisa saja suatu saat kamu hidup melarat, susah, tak punya apa-apa." Mamah Elsa beranjak bangkit seraya mencaci maki Kristina.
Kristina tak membalas ucapan mantan mertuanya, hanya menatap tajam dirinya seraya geleng-geleng kepala dan menghela napas panjang.
Sementara Mamah Elsa telah lupa apa tujuan dirinya datang ke kantor Kristin. Dia baru menyadari saat telah berada di halaman kantor.
"Kenapa tadi aku tak mengutarakan niat hatiku bertemu Kristin, aku malah bicara hal lain. Bodoh amat diriku, nggak mungkinnya aku kembali lagi masuk dan menemui Kristin untuk meminta bantuan setelah aku tadi mencaci makinya." Gerutu Mamah Elsa seraya memijit pelipisnya sendiri.
***********
Mohon dukungan like, vote, favorite..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Inyoman Raka
kesembongan bikin kita hancurrr
2024-04-23
1
El_Tien
hai kak aku mampir lagi, hari ini lanjut baca soalnya nyicil
2022-03-23
2