"Bagaimana caraku untuk bisa kembali dengan Kristina?" gerutu Willdan seraya menyetir mobil.
Tak berapa lama kemudian, sampailah Willdan di rumah.
"Nak, darimana saja kamu? kasihan Sherlyn, dari tadi menunggumu dari sejak kamu pergi sampai sekarang. Temuilah dia, Willdan," Mamah Elsa memerintah Willdan.
"Untuk apa, mah? aku sudah putus sama Sherlyn, aku juga ingin kembali pada Kristin," kata Willdan seraya menatap Elsa sinis.
"Kamu nggak boleh egois, hubunganmu dengan Sherlyn sudah terlampau jauh. Nggak etis rasanya memutuskan sepihak setelah apa yang kamu lakukan pada Sherlyn," Mamah Elsa terus membujuk Willdan.
"Kok mamah ngomong seperti itu, kita melakukannya atas dasar suka sama suka. Lagi pula aku juga tidak pernah memaksa Sherlyn, malah dia yang selalu memancingku. Wajarlah, mah. Aku pria normal, pada saat itu jauh dari istri. Otomatis aku nggak menolak apa yang Sherlyn tawarkan padaku," kata Willdan panjang lebar.
"Nak, mamah nggak pernah mengajarkanmu untuk mencampakkan wanita begitu saja," kata Mamah Elsa dengan nada tinggi.
"Mamah lupa, bukannya mamah yang mengajarkan aku untuk melepaskan Kristin, padahal dia istri dan ibu yang sangat baik. Gara-gara bujukan mamah, aku jadi terjerumus pada Sherlyn!" Willdan emosi mendengus kesal.
"Sudahlah, mah. Jangan paksa aku untuk kembali pada Sherlyn. Justru saat ini aku ingin kembali pada Kristin," Willdan berlalu pergi begitu saja.
Mamah Elsa hanya geleng-geleng kepala saat melihat Willdan pergi begitu saja.
"Jalan salah satunya, aku harus menyingkirkan para lelaki yang dekat dengan Kristin. Dengan begitu Kristin tidak akan menolakku lagi, langkah awal aku singkirkan Mike." Gerutu Willdan menyeringai licik.
📱" Hallo, Bro. Ada kerjaan buat loe, katanya loe sedang butuh uang."
📱" Siap, kiranya siapa yang harus gwe singkirkan?"
📱" Ntar gwe kirim foto dan alamat orang yang perlu kamu singkirkan. Karena dia yang menyebabkan rumah tanggaku hancur."
Setelah sejenak menelpon teman yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran, Willdan lekas mematikan panggilan telpon. Tak lupa Willdan mengirim alamat rumah serta foto Mike melalui notifikasi chat pesan.
Setelah mendapatkan tarjet, pembunuh bayaran tersebut langsung melancarkan aksinya.
"Ini dia rumah tarjet, wah gwe sabotase saja rem mobilnya. Biar seolah murni kecelakaan." Gerutu pembunuh bayaran.
"Wah, keberuntungan sedang berpihak pada gwe. Mobilnya tak ada pengaman, seperti mobil-mobil yang lain jika di dekati alarm berbunyi." Pembunuh bayaran langsung beraksi memutus kabel rem mobilnya.
"Mantap, besok tinggal tunggu kabar baiknya " pembunuh bayaran berlalu pergi begitu saja.
****
Tak terasa pagi menjelang, seperti biasa Mike buru-buru pergi untuk ke kantor Kristina.
"Sial, gara-gara semalam lihat bola jadi kesiangan. Padahal pagi ini aku akan membicarakan kerjasamaku dengan Kristin!" Mike lekas melajukan mobilnya dengan laju yang cukup cepat.
Hingga saat berada di lampu merah, mobil tidak bisa di rem.
"Loh, kenapa nggak bisa di rem. Aaaahh....Brakkk...." Mobil menabrak pohon besar.
Asap mengepul dari mobil Mike, seketika itu juga mobil meledak di saat Mike masih di dalam mobil.
Kejadian naas yang menimpa Mike sampai juga ke telinga Kristina dan Willdan.
"Ya Tuhan, malang benar nasibmu Mike. Harus meninggal dengan cara tragis, aku nggak menyangka umurmu hanya sampai di sini." Gumam Kristina saat berada di pemakaman Mike.
"Hhaaa, ternyata usahaku tak sia-sia. Satu permasalahan telah aku musnahkan, tinggal yang lain lagi." gerutu Willdan saat di depan pemakaman Mike.
Willdan sangat puas dengan hasil kerja temannya yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran.
"Sasaran berikutnya adalah lelaki tampan yang waktu itu tak sengaja aku temui saat aku bertemu Mike," gerutu Willdan dalam hati.
Willdan kembali menugaskan pembunuh bayaran tersebut untuk menghabisi Brian.
Kembali lagi, usaha pembunuh bayaran tersebut berhasil. Brian mati mengenaskan di dalam rumahnya yang terbakar.
Kembali lagi, Kristina berduka kehilangan dua rekan kerjanya.
Berbeda dengan Willdan, dia justru kembali lagi tertawa riang karena usahanya berhasil.
"Dua penghalang telah aku singkirkan hanya dalam waktu singkat dan hanya dengan sekali tiup," gerutu Willdan dalam hati.
"Aku akan selidiki, jika ada lagi pemuda tampan yang sedang dekat dengan Kristin, segera akan aku habisi. Walaupun aku harus membayar mahal untuk satu kali perintah," Willdan menyeringai sinis di depan kantor Kristina.
Mengintai apakah saat ini di samping Kristina ada seorang pemuda tampan.
"Terima kasih, Tuan Alex atas kesediaanya bekerjasama dengan perusahaan kami," Kristina menjabat tangan Alex.
"Sama-sama, Nona Kristin. Saya juga sangat puas bekerjasama dengan anda, kalau begitu saya permisi." Tuan Alex berlalu pergi dari kantor Kristina.
Tak lupa menyunggingkan senyum yang di balas oleh senyum manis Kristina.
"Hem, itu ada satu tarjet lagi yang harus aku singkirkan!" Gerutu Willdan seraya memotret Tuan Alek, dan juga mobilnya.
Kembali lagi Willdan menghubungi pembunuh bayarannya, dan mengirim foto Tuan Alex sebagai tarjet berikutnya.
******
Waktu berjalan begitu cepat, kabar duka kembali terdengar.
"Re, kamu merasa ada yang aneh nggak? dengan tiga klien bisnis kita yang meninggal?" Kristina mengerutkan kening.
"Aneh bagaimana maksudmu, Kristin?" Rere merasa bingung.
"Ya aneh, setiap kejadian mereka meninggal. Paginya itu akan bertemu denganku atau telah bertemu denganku. Aneh juga,meninggalnya karena kecelakaan tunggal, kebakaran rumah, dan yang terakhir lebih mengerikan lagi di mutilasi oleh orang," Kristina mengusap-usap tengkuknya yang merinding.
"Itu hanya perasaanmu saja, Kristin. Mungkin memang sudah takdir mereka harus meninggal dengan cara tragis," kata Rere menimpali.
"Entahlah, Re. Hatiku berkata lain, sepertinya ada hal yang tak wajar dengan meninggalnya ketiga klien ku," Kristina menghela napas panjang.
"Sudahlah, tak usah kamu pikirkan hal itu. Masih banyak yang perlu kamu pikirkan yakni tentang kerja sama kita dengan berbagai perusaahaan baru," Rere mencoba mengalihkan topik cerita.
"Hem, benar juga apa yang kamu katakan. Bagaimana perkembangan kerja sama kita dengan beberapa klien baru milik Om Melvin?" tanya Kristina menatap lekat Rere.
"Baik-baik saja kok, malah semakin banyak perkembangan. Luar biasa sekali " jawab Rere sumringah.
"Wah, bagus dong kalau begitu. Aku jadi bisa kasih bonus lagi buat kalian semua atas kerja keras kalian yang luar biasa," kata Kristina antusias.
"Kristin, perusahaanmu semakin maju pesat. Apa nggak sebaiknya kamu membuka kantor baru, dan mempekerjakan karyawan lagi? Karena aku rasa semakin hari, perusahaanmu akan semakin kewalahan untuk menghandle semua urusan kantor," Rere memberikan saran.
"Aku juga sedang berpikir tentang hal itu, namun aku belum menemukan tempat yang tepat untuk mendirikan perusahaan baru kita," Kristina memijat pelipisnya.
"Apa nggak sebaiknya kamu membangun di sebelah perusahaanmu saja, biar gampang kamu menghandlenya. Bukannya saat ini tanah sebelah perkantoran kita akan di jual?" Rere kembali memberi saran.
"Ya ampun, berita penting seperti ini aku sampai tak tahu. Padahal sejak lama aku mengincar tanah sebelah perkantoran kita, lekas saja kamu urus pertemuanku dengan pemilik tanah itu, Re. Supaya kita bisa lekas membelinya," Kristina memerintahkan Rere.
*****
Mike
Brian
Alex
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Inyoman Raka
koqbgak ada penyelidikan polisi thor????
2024-04-23
1
Nonny
medenilah snake baen aja dragon🤭🤭🤭
2022-03-24
1
Gembelnya NT
Mipil aku ya mak hehehe
2022-03-24
1