3 Bulan telah berlalu dari kecelakaan.
Hari-hari Kristina jalani di rumah saja, karena kelumpuhan kakinya. Bekerja pun dari rumah.
"Mas bangun mas! tolong, aku ingin ke kamar mandi " Kristina mengguncang-guncang tubuh Willdan yang masih tertidur pulas.
"Sejak kamu lumpuh, selalu saja merepotkanku " Willdan terpaksa bangun seraya mendengus kesal.
"Mas, adanya aku seperti ini juga karena menolongmu, apa kamu lupa atau pura-pura lupa?" Kristina melirik sinis pada Willdan.
"Apa aku minta kamu menolongku? itu kan kemauanmu sendiri, nggak ikhlas namanya kalau sudah menolong tapi selalu mengungkitnya "cibir Willdan seraya terpaksa bangun dari pembaringan.
Dengan sangat terpaksa, Willdan memapah Kristina ke kamar mandi.
"Lain kali pakai kursi roda, jadi nggak merepotkanku " kata Willdan ketus.
"Kalau aku nggak berlatih berjalan sedikit demi sedikit, bagaimana aku bisa jalan kembali" Kristina menyahut dari balik kamar mandi.
"Aah, kamu nggak akan bisa berjalan lagi, buktinya sudah 3 bulan kamu masih saja seperti ini " cibir Willdan kesal.
"Kamu kok berkata seperti itu mas? harusnya kamu mensuport, memberi semangat bukannya malah mengecilkan nyali dan semangatku untuk sembuh " Kristina membanting pintu kamar mandi.
"Mulai sekarang kamu cari saja perawat untuk merawat dirimu, jadi nggak tergantung denganku! " Willdan berlalu dari kamar seraya membanting pintu kamar.
Willdan telah berada di ruang makan bersama Mamah Elsa, tak berapa lama Kristina datang.
"Ahh, nggak selera makan jadinya" Willdan mendengus kesal seraya membanting sendok dan garpu di atas piringnya.
"Kamu kenapa sih Will, tiap hari marah-marah terus?" tanya Mamah Elsa.
"Apa mamah nggak jijik makan dengan seorang monster" sindir Willdan seraya melirik sinis pada Kristina.
"Mas, aku bukan monster, seandainya waktu itu aku nggak menolongmu pasti kamu yang akan mengalami hal sepertiku " Kristina geram seraya pergi dengan kursi rodanya membawa sepiring sarapannya ke dapur.
"Will, kasihan juga istrimu seperti itu, pasti rasanya tersiksa sekali " Mamah Elsa berkata seraya menghela napas panjang.
"Loh, kok mamah belain menantu mamah, kenapa nggak belain aku " katanya seraya beranjak dari duduk beralih ke kamar untuk mandi.
Sementara selesai sarapan, Kristina menghubungi sebuah yayasan penyalur tenaga kerja.
"Memang benar apa yang di katakan Mas Willdan, aku akan mencari salah satu tenaga kerja yang sudah berpengalaman untuk merawatku, setidaknya membantuku di saat aku membutuhkan " gumamnya seraya mengetik nomor telepon sebuah yayasan penyalur tenaga kerja.
Sore harinya, datanglah seorang wanita lumayan cantik dari sebuah yayasan penyalur tenaga kerja untuk bekerja di rumah Kristina.
"Namamu siapa ?" tanya Kristina menatap lekat pada wanita yang akan bekerja itu.
"Nama saya Menik, bu " jawabnya singkat.
"Kamu sudah tahu apa tugasmu di sini?kamu akan membantu saya, karena kondisi saya seperti ini. Kamu paham kan?" tanya Kristina pada Menik.
"Iya bu, saya sudah paham dan mengerti "jawabnya seraya menyunggingkan senyum.
Tak berapa lama kemudian pulanglah Willdan, dirinya menatap heran pada Menik.
Berbeda dengan Menik, yang sangat terpesona dengan ketampanan Willdan.
"Siapa dia " tanya Willdan seraya menatap pada Kristina.
"Dia yang akan membantuku menyiapkan apa pun yang aku butuhkan " jawab Kristina.
"Hemm, baguslah, dengan begitu kamu tidak menyita waktuku dan tidak merepotkanku " ucapnya seraya berlalu begitu saja.
"Iih, ganteng-ganteng kok jutek banget sih, sepertinya mereka berdua tidak akur "gumam Menik di dalam hati.
"Pastilah ya, secara wajah istrinya menyeramkan bagaikan monster, sementara dia gantengnya luar biasa "gumamnya kembali dalam hati.
Tak terasa sudah satu bulan Menik bekerja di rumah Kristina, dirinya punya pikiran picik yakni ingin meluluhkan hati Willdan.
"Wah, bu Kristin sudah tidur karena pengaruh obat yang aku berikan, dia nggak tahu kalau obatnya aku ganti " gumamnya dalam hati seraya mengecek kondisi Kristina.
Menik mencari keberadaan Willdan, yang ternyata ada di ruang kerjanya.Dirinya berganti baju yang bagus dan bersolek supaya terlihat cantik.
"Maaf pak, saya main nyelonong saja, cuma mau kasih kopi buat temen lembur bapak "kata Menik seraya meletakkan kopi di meja ruang kerja Willdan.
Willdan tak menanggapi hanya melirik saja, hingga Menik melancarkan aksi berikutnya.
"Maaf pak, jika bapak butuh apa-apa bisa ngomong saja ke saya, pasti saya bantu bapak " katanya dengan gaya centilnya.
Willdan berhenti sejenak dari aktifitasnya, seraya menatap Menik dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Hhemm, kamu bisa mijitin nggak? tolong pijitin, pundakku sakit " kata Willdan seraya menepuk-nepuk pundaknya.
"Baik pak, apa sih yang nggak bisa aku lakukan buat bapak ?" kata Menik seraya memijat pundak Willdan.
"Pak, maaf ya sebelumnya, kok bapak bisa bertahan sama bu Kristin yang kondisinya parah. Bapak kan ganteng dan sukses, kenapa nggak cari istri baru saja?" kata Menik masih dengan memijit bahu Willdan.
"Aku sangat mencintai istriku, dia menjadi cedera juga karena menolongku beberapa bulan yang lalu " jawab Willdan sekenanya.
"Hemm cinta ya pak, tapi kalau bapak cinta, kenapa juga sering marah-marah dan jutek ke bu Kristin?" tanyanya lagi.
"Aku cuma manusia biasa, kadang merasa bosan juga. Pulang kerja cape-cape di suguhi wajah monster, padahal dulu wajah istriku sangatlah cantik tak tertandingi "kata Willdan.
Sejak saat itu, hubungan Menik dan Willdan sudah semakin dekat. Bahkan di bilang sudah berpacaran secara diam-diam.
"Mas, kapan kamu nikahi aku?" tiba-tiba Menik bertanya seraya duduk di pangkuan Willdan di taman belakang.
"Menikah? apa aku pernah menjanjikan akan menikahimu? kamu sendiri yang bersedia jalin hubungan dengan pria beristri seperti aku " Willdan berkata ketus.
"Jadi selama ini mas Willdan nggak cinta sama aku?" tanya Menik seraya meraba-raba dada Willdan.
"Sudah ku bilang, aku hanya mencintai istriku. Tapi aku sebagai lelaki juga tak munafik, butuh kehangatan dari seorang wanita yang beberapa bulan tak aku dapatkan dari istriku " kata Willdan jujur.
"Setiap aku berdekatan dengan istriku, aku malah jijik melihat wajahnya " ucapnya kembali.
Sementara Kristina mulai merasakan ada yang aneh dengan sikap Willdan dan Menik. Beberapa kali Kristina sering memergoki suaminya berduaan dengan Menik.
"Akhir-akhir ini aku sering melihat kebersamaan Mas Willdan dan Menik, kok aku merasa ada yang nggak wajar dengan kedekatan mereka " gumamnya dalam hati.
"Oh iya, setiap aku memergoki mereka berdua, pasti di ruangan yang tak terpasang CCTV. Alangkah baiknya aku pasang CCTV tanpa sepengetahuan orang rumah " gumamnya kembali.
Hingga di suatu hari, di mana di rumah sedang sepi. Kristina meminta tolong seseorang untuk memasang CCTV di beberapa tempat yang belum ada kamera CCTVnya.
Hingga suatu malam di saat Kristina terbangun, tidak mendapati suaminya ada di sisinya.
"Ini saatnya aku cek CCTV, supaya aku tahu di mana keberadaan suamiku saat ini "gerutunya seraya mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Nonny
jambaken ka, aku rela🤭🤭
2022-03-30
1
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
kok gitu sih, paling ga suka jika suami maen belakang 😭
2022-03-30
1
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
ya ampun pengen jambak suaminya
2022-03-30
1