Setelah berfoto bersama mereka melanjutkan makan bersama. Keluarga mereka sudah seperti keluarga besar. Alan tersenyum melihat keakraban keluarga dia dan keluarganya Bella. Ia berharap semoga keakraban ini membuat ia dengan muda mendapatkan hati Bella.
Berbeda dengan Bella ia nampak bosan sekali. Jika tidak memikirkan tata Krama, adab dan lain - lainnya maka dari tadi ia sudah meninggalkan acara nggak jelas baginya. Semenjak pagi sebenarnya ia sudah malas untuk ikut acara wisuda kakak iparnya. Akan tetapi karena mamanya memaksa untuk ikut akhirnya disinilah dia dalam kesendirian.
Sedangkan ditempat yang berbeda Dion lansung kerumah Feby. Ketika melihat Feby tidak datang di acara wisuda membuat dia kalang kabut. Sehingga ketika selesai acara foto dengan keluarganya ia lansung mendatangi rumah Feby.
Ia begitu kaget setelah sampai dirumahnya Feby. Di pintu pagar tertulis bahwa rumah itu disita bank. Dion mengernyitkan keningnya karena gadis itu tidak pernah cerita apa - apa. Apalagi tadi malam mereka juga baru ketemu.
Dion tetap menggedor - gedor pintu rumah Feby berharap masih ada penghuni rumah itu. Namun tidak ada satu orangpun yang keluar dari rumah itu. Dion merasa menyesal karena keegoisannya tadi malam. Jika ia tidak egois tadi malam pasti ceritanya tidak seperti ini.
Dion melangkahkan kakinya dengan lemah. Ia tidak tau apa yang harus diperbuatnya. Ia tidak tau harus kemana mencari Feby. Separoh hati Dion rasanya hilang. Dia merasa sangat hancur saat ini. Saat ia benar-benar kehilangan orang yang begitu dia cintai.
Mencintai Feby dari semester awal membuatnya jenuh karena kurangnya respon gadis itu. Dion mencoba menjauhi Feby agar wanita itu merasakan kehilangan dirinya. Ia berharap gadis itu akan mengejar cintanya kembali. Tapi saat gadis itu mulai cemburu, egois Dion muncul. Dan akhirnya terciptalah pertengkaran dan sekarang dia benar-benar kehilangan gadis itu.
"Bodoh." merutuki dirinya sendiri.
Dion mencoba menghubungi Dita berharap dia bisa membantu. Dion yakin suami sahabatnya akan dengan muda melacak keberadaan Feby.
"Halo, Assalamualaikum Yon." sapa Dita.
"Dit bisa kita jumpa sebentar?" tanya Dion.
"Tumben kamu ajak aku jumpa, ini penting banget kayak nya." ucap Dita mengejek dari seberang sana.
"Aku mau minta tolong kamu, dimana kita bisa jumpa?" tanya Dion.
"Di kafe Alan aja, tempat biasa, aku tunggu disitu ya." ucap Dita.
" Oke." jawab Dion.
Di tempat lain seseorang menatap Dita yang sedang menerima telpon. Dia adlah suaminya Abian.
"Ada apa yang? tanya Abian.
"Ini Dion ajak ketemu, kayaknya ada masalah penting." ucap Dita.
"Ketemu dimana? dari tadi dia kemana? pantas nggak jumpa dia." ucap Abian memegang tangan istrinya lalu mengecupnya.
" Kalian ikut nggak?" tanya Dita kepada Alan dan Siska.
"Kemana?" tanya merek serentak.
"Kayaknya Dion ada masalah penting, dia minta ketemuan." jawab Dita.
"Kenapa nggak disuruh kesini aja?" tanya Alan.
"Iya disini, tadi sudah suruh kesini, tapi yok kita kebawah kemeja biasa." ucap Dita.
Mereka berpamitan kepada keluarga dan berjalan menuju meja yang biasa mereka nongkrong. Ketika mereka pamit, ternyata keluarga besar mereka juga pulang kerumahnya masing-masing.
"Bel, kamu ikut aku aja." ajak Siska.
"Biar aja dia pulang sis." ucap Galuh kepada Siska.
"Iya kak, aku capek pengen istirahat, aku pulang bareng mama dan papa aja." ucap Bella dengan sopan.
Alan menatap kepergian Bella dengan terdiam. Dia tau bahwa gadis itu dari tadi menjauhkan diri darinya. Alan melihat dengan mata kepalanya sendiri Bella membangun jarak dengannya. Bahkan tembok raksasa di hatinya agar Alan susah masuk.
Alan melihat gadis yang merupakan sepupu jauhnya. Gadis yang cukup menyusahkan dia hari ini . Gadis itu tampak tidak berniat untuk pulang.
"Kamu pulang juga, ini nggak ada hubungannya dengan kamu." ucap Alan kepada Dinda.
Alan merasa heran juga dengan sikap Bella dan Dinda. Mereka seperti orang yang bermusuhan lama. Jika memang Bella cemburu kepada gadis itu karena dia, tidak mungkin tatapan Bella sangat membenci gadis itu.
Dinda meninggalkan Alan dan sahabatnya dengan agak kesal. Dinda melangkahkan kakinya menuju apartemennya. Dia membuka kode apartemennya dan kagetnya disana sudah ada Beni.
"Darimana kamu?" tanya Beni dengan ketus.
"Bukan urusan kamu." ucap Dinda mencoba mengacuhkan laki - laki itu.
"Kamu mau menghindar dari aku ha." ucap Beni dengan emosi.
"Bukannya kamu masih cinta mati sama mantan kamu itu." ucap Dinda juga tidak kalah emosi.
"Kamu hanya pelarian, jadi jangan menganggap kamu itu yang pertama." ucap Beni.
"Kamu kira aku benar-benar suka sama kamu? kamu salah besar." ucap Dinda tertawa mengejek.
"Maksud kamu apa?" tanya Beni emosi.
"Aku suka sama kamu karena penasaran aja, gimana sih pacarnya Bella, jika kamu bukan pacar Bella mana mau aku sama kamu." ucap Dinda membuat Beni tampak emosi.
"Lagian kamu juga masih ngejar-ngejar dia, apa kamu benar-benar mulai mencintai dia atau uangnya?" tanya Bella dengan mengejek lagi.
"Mau aku cinta dia atau uangnya bukan urusan kamu." ucap Beni mulai emosi.
"Kamu pikir Bella akan mau lagi sam kamu yang kere begitu?" tanya Dinda.
Mendengar pertanyaan Dinda yang merendahkan dia Beni semakin geram. Di mendekat kearah Dinda lalu menampar wajah mulus gadis itu.
"Jangan berani-beraninya kamu merendahkan saya." ucap Beni sambil mencekek leher Dinda dengan kuat.
Dinda mencoba melawan sekuat tenaga namun tenaganya kalah. Beni melepaskan Dind sehingga Dinda jatuh kelantai dengan nafas terengah-engah. Dindapun batuk ketika mencoba mengatur nafasnya.
"Sekali lagi kamu merendahkan aku, habis kamu." ancam Beni kepada Dinda.
Beni menarik tangan Dinda dengan keras membawa gadis itu kekamarnya. Hatinya bergejolak ingin memberi pelajaran kepada gadis yang berani menghinanya. Beni membuka baju gadis itu dengan paksa. Biasa mereka melakukan hubungan terlarang dengan landasan suka sama suka. Berbeda dengan hari ini, Dinda tidak sudi untuk disentuh oleh Beni lagi. Beni yang merasa ditolak oleh Dinda makin emosi. Dia merasa terhina dan akhirnya menuntaskan hajatnya dengan pemaksaan.
...****************...
Dion telah sampai di kafe milik Alan. Ia nampak terkejut melihat banyaknya orang yang menunggu dia dimeja yang ia janjikan. Dion mendekat ke meja yang biasa mereka pakai.
"Kamu ngundang mereka?" tanya Dion kepada Dita.
"Mereka di sini dari tadi kamu nelpon." jawab Dita.
"Ada apa Yon?" tanya Siska yang memang kepo.
"Feby menghilang." jawab Dion.
"Jangan bercanda Yon, masa Feby diculik." jawab Siska.
"Feby dan keluarga sudah tidak ada dirumahnya, rumah mereka disita bank." ucap Dion menjelaskan.
"Masa?" tanya Alan, Siska dan Dita bersamaan.
"Iya, tadi aku kesana cari Feby, tapi yang aku temukan rumahnya kosong." ucap Dion menerangkan kepada temannya.
"Apa perusahaan papa Feby bangkrut?" tanya Alan.
"Makanya aku minta tolong Dita agar mau meminta tolong kepada suaminya." jawab Dion memandang Abian.
Abian yang dipandang Dion merasa akan dapat pekerjaan tambahan. Ia geram dengan anak buah yang satu ini. Bisa - bisanya dia menyuruh bosnya melalui perantara istrinya. Ia yakin sebentar lagi istri manjanya akan merengek-rengek.
"Mas Abi." ucap Dita dengan manja.
"Benarkan." ucap Abian dalam hatinya.
"Iya nanti mas cari tau, mas akan suruh Deni dan Marcos mencari tau." ucap Abian kesal.
"Mas nggak boleh kesal bantu orang." ucap Dita.
"Nanti aku akan suruh papa agar anak buahnya cari tau juga, dan minta tolong bang Galuh juga." ucap Siska yang membuat Galuh tersedak sedang minum. Melihat Galuh tersedak Abian tersenyum senang.
"Pelan - pelan minumnya bang." ucap Siska sambil mengelus punggung Galuh.
"Dion siap - siap aja bulan depan gajimu di potong separoh untuk gaji orang suruhan saya." ucap Abian dengan aura dingin kepada Dion.
"Loh kok gaji saya pak, kan yang minta tolong bapak istrinya bapak." protes Dion.
"Jangan potong gaji dia mas, jika mas potong kasihan dia." bela Dita.
"Itu profesional kerja sayang, bukan persahabatan lagi." jawab Abian.
"Tapi yang hilang itu sahabat aku juga, walau Dion nggak nyuruh tetap aja aku minta tolong mas." ucap Dita menjelaskan.
"Iya, iya " jawab Abian karena takut istri manjanya ngambek.
"Kapok loh, takut jugakan." ucap Dion yang senang melihat bosnya yang hanya takluk oleh istrinya sendiri.
"Jangan senang kamu Dion." ujar Abian melihat wajah Dion seperti senang.
"Saya biasa aja pak." jawab Dion dengan gelagapan.
Galuh tersenyum melihat tingkah sahabatnya. Ia tau apa yang sahabatnya rasakan. Karena ia juga sering merasakan hal seperti itu. Dulu ketika bujang menjadi buaya lalu sudah menikah seorang lelaki akan menjadi cicak dihadapan istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)
lanjut....
2022-02-20
1