BAB6

Setelah selesai mengambil sesuatu dari ruangannya Alan lansung kembali. Alan menemukan Bella sedang duduk sambil memainkan telpon genggam miliknya. Alan dan Bella berjalan menuju mobil Alan yang parkir di depan kafe. Mereka hanya saling diam setelah sempat bicara menanyakan alamat Bella.

Setelah sampai didepan rumah Bella, Bella lansung turun dan mengucapkan terima kasih. Bella lansung masuk kedalam rumah tanpa basa-basi untuk menawarkan Alan untuk singgah. Ia juga tidak melihat lagi kebelakang.

"Dasar, udah diantar nggak ada basa - nasinya." gerutu Alan sambil melajukan mobilnya.

Tanpa Alan sadari, ada mobil yang mengikuti mereka. Feby merasa cemburu dengan kedatangan adik ipar sahabatnya. Ia dari tadi mengikuti Alan dan Bella. Ia agak senang ketika Alan tidak singgah dirumah wanita itu.

Feby melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya. Ia rasa cukup sampai disini ia mengikut sahabatnya itu.

...****************...

Beberapa hari kemudian.

Feby nampak sibuk mengerjakan persiapan proposal skripsi. Ia ingin cepat- cepat menyelesaikan skripsinya setelah selesai mengumpulkan laporan magangnya.

Ia mengerjakan sendirian di kafe miliknya Alan. Feby makin semangat ke kafe tempat favoritnya dan teman - temannya setelah tau pemiliknya. Sebenarnya mereka memang sering mengerjakan tugas di kafe tersebut. Apalagi jika sedang bosan dirumah.

Alan melihat Feby duduk sendirian dengan laptopnya. Ia mendekati sahabatnya itu. Feby anak yang baik, riang dan menyenangkan bagi Alan.

"Hey sendirian aja?" tanya Alan yang lansung duduk di hadapan Feby.

"Iya nih, lagi cari inspirasi." ujar Feby tersenyum kepada laki-laki yang ia sukai.

"Rajin kali, Aku masih cari judul nih, judulku ditolak terus." ucap Alan sambil mengeluarkan Hpnya.

"Yang semangat, aku yakin kamu pasti bisa." ucap Feby memberikan semangat kepada Alan.

"Boleh nanya nggak Lan?" tanya Feby tiba - tiba.

"Kenapa nggak?" tanya Alan meletakkan telpon genggamnya dimeja lalu menatap sahabatnya itu.

"Kamu masih suka nggak dengan Dita?" tanya Feby menatap Alan yang nampak kaget dengan pertanyaannya.

"Kenapa tanya gitu?" tanya Alan.

"Ya pengen tau aja." jawab Feby.

"Sebagai sahabat ya suka, jika maksud kamu suka dalam artian kepada wanita, apa itu mungkin lagi karena dia juga sudah hamil." ucap Alan memberi jawaban yang masih belum memusatkan Feby.

"Apakah kamu siap membuka hati kembali BB untuk perempuan lain?" tanya Feby lagi.

"Kenapa tidak jika dia cocok dengan aku." jawab Alan santai.

"Wanita seperti apa?" tanya Feby lagi.

"Aku penyuka wanita yang manja, overall jika udah klop mungkin hati akan bicara lain." ujar Alan dengan sedikit tersenyum.

"Tapi bukankah semua wanita akan manja pada pasangannya sendiri?" tanya Feby lagi.

"Ada yang iya dan ada yang tidak, kadang ada wanita yang melihatkan kehebatannya kepada pasangannya seperti perlombaan." ucap Alan menatap Feby dengan intens.

"Kamu takut bersaing dengan wanita mu nanti?" tanya Feby.

"Untuk apa bersaing, toh kita pasangan yang seharusnya saling mendukung." ucap Alan sambil tersenyum.

"Jika aku menyukaimu bagaimana?" tanya Feby agak gugup.

"Ya tidak masalah, kamu berhak menyukai siapa saja." ucap Alan yang agak berhati-hati menjawab pertanyaan kali ini. Ia tidak ingin sahabatnya ini sakit hati dengan jawabannya.

"Maukah kamu membuka hatimu untuk ku?" tanya Feby.

"Terimakasih udah jujur dan menyukaiku, aku suka dengan kamu sebagai sahabat, tapi aku akan mencoba membuka hati, biarlah nanti aku yang mengejar kamu jika cinta ini tumbuh." ucap Alan dengan berhati-hati lagi.

"Sekarang gantian, aku yang bertanya, jika ada laki-laki lain yang menyukai kamu, apakah kamu mau membuka hatimu?" tanya Alan.

"Jika memang cocok dan baik kenapa tidak." jawab Feby.

"Tapi dia tidak sekaya kamu, tapi dia laki - laki yang bertanggung jawab dan rajin." ujar Alan.

"Masa iya ada? siapa?" tanya Feby dengan mimik penasaran.

"Buka mata kamu lebar - lebar, jangan hanya fokus pada satu cowok." ujar Alan sambil tersenyum.

"Bukannya kita memang harus fokus pada satu cowok, agar bisa mendapatkannya." ucap Febby mengeluarkan argumen.

"Iya tapi itu akan jadi ambisi, padahal jika memang kamu sayang sama dia, kamu akan ikhlas dan bahagia melihat dia bahagia." ucap Alan seketika pandangannya tertuju kepada dua gadis yang baru masuk kedalam kafe miliknya.

"Kamu kenal mereka?" tanya Feby mengikuti pandangan Alan.

"Satukan iparnya Siska, satu nggak kenal." jawab Alan.

"Suka?" tanya Feby.

"Terlalu cepat untuk mengatakan iya atau tidak, toh baru saja kenal." jawab Alan membuat Feby tidak bertanya lagi

Bella menyadari bahwa ada yang memandangnya dari meja lain. Ia tersenyum menunduk kearah sahabat iparnya itu. Bella sebenarnya malas melihat cowok pembawa sial itu, tapi demi etika dan adab.

"Kamu kenal mereka?" tanya Dinda sahabat Bella.

"Dia sahabatnya kakak ipar ku." jawab Bella dengan malas.

"Kayaknya mereka seumur dengan kita, lagian aku juga sering liat mereka nongkrong disini." ucap Dinda.

"Nggak memperhatikan juga." ucap Bella makin malas.

"Kamu kok kayak nggak bersemangat gitu, biasa paling suka disini nongkrong." ucap Dinda sambil duduk.

"Bosan mungkin dengan suasana kafe ini." ucap Bella mulai malas ke kafe langganan mereka karena sudah tau pemiliknya.

Tiba-tiba Bella teringat sesuatu idenya beberapa hari yang lalu sudah disiapkan. Ia mengeluarkan beberapa sebungkus Oreo dari tasnya. Ia juga memesan coklat panas. Setelah coklat panasnya selesai, ia datang menghampiri Alan dan Feby.

"Hey, ini ucapan terima kasih karena sudah berbaik hati kemaren." ucap Bella sambil menyerahkan sebungkus Oreo dengan coklat panas.

"Ini memang tidak seberapa, tapi ini benar dari hati aku yang paling dalam." ucap Bella lagi.

"Terima kasih." ucap Alan menerima bungkusan dari tangan Bella.

Bella meninggalkan meja Alan dan Feby. Ia kembali kemejanya dengan senyum penuh arti.

"By aku keruangan dulu ya, ada yang mau dikerjain." ucap Alan pamit meninggalkan Feby.

Alan meninggalkan Feby sendirian dan tidak lupa membawa Oreo dan secangkir coklat panasnya. Ia masuk kedalam ruangannya ingin memeriksa laporan bulanan dari manager kafenya. Alan membuka oreo lalu memakannya. Tiba-tiba muka Alan berubah karena rasa Oreo sangat aneh bagi lidahnya. Ia dengan cepat memuntahkan makanan yang ada di mulutnya.

" Sialan, dia ngerjain gua, ini mah rasa Pepsodent." setelah melepehkan Oreo yang ada dalam mulutnya dan kumur - kumur, ia lansung duduk menyeruput secangkir coklat panasnya.

Tiba - tiba ia berlari menuju kamar mandi dan menyemburkan minumannya dikamar mandi.

" Sial gua dikerjain, ini coklat pedas sekali." ujar Alan mencari air mineral dalam ruangannya.

Ia meneguk air mineral berharap bisa menghilangkan pedas, tapi masih juga belum hilang. Ia bergegas mencari permen di meja kerjanya. Tapi toples dalam keadaan kosong. Alan berjalan keluar dari ruangan menuju dapur kafe. Tapi ia berpapasan dengan Bella yang senyum - senyum.

"Kamu." ucap Alan berlalu pergi dengan cepat karena ia tidak tahan dengan pedas.

"Ah baru bon cabe level 30 udah kepedasan kayak gitu, Cemen." ucap Bella tersenyum lalu melangkah berjalan meninggalkan kafe mulik Alan.

Terpopuler

Comments

pensi

pensi

Bella iseng

2022-02-28

0

pensi

pensi

🤭

2022-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!