Bella cukup terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Alan. Ia tidak menyangka bahwa laki-laki itu menyakiti dia dengan membentaknya. Bella lansung menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya. Alan terkejut melihat gadis itu menangis didepannya. Ia bingung apa yang membuat gadis itu menangis. Ia juga tidak tau harus berbuat apa.
Alan langsung mendekap gadis itu dengan lembut. Ia mengusap punggung gadis itu dengan lembut. Hatinya terasa sakit melihat gadis itu menangis sesenggukan dipeluknya.
" Maaf, jangan menangis lagi." ucap Alan mengusap kepala gadis itu.
Seketika Bella merasa nyaman berada dalam pelukan Alan. Akan tetapi ia sadar kembali bagaimana posisi dia dalam hati Alan. Bella kembali melepaskan pelukan Alan. Cukup lama setelah itu mereka saling diam akhirnya Bella membuka pembicaraan terlebih dahulu.
" Untuk sementara kita tidak usah dulu, aku pengen sendiri." ucap Bella.
" Tapi Bel ini sangat menyiksa aku." ucap Alan memandang gadis itu dengan memohon.
" Lebih baik kita berjauhan agar kamu yakin apakah itu cinta atau pelarian semata." ucap Bella meyakinkan hatinya.
" Bel aku cukup sakit belakangan ini tanpa kamu, jangan kamu siksa aku lagi, aku mohon." ucap Alan memohon.
" Tapi aku tidak yakin dengan cintamu." ucap Bella dengan wajah dingin.
" Silahkan kamu menjauh dari aku, semakin kamu jauh maka semakin gencar aku mengejar kamu." ucap Alan mengakhiri perdebatan mereka yang tidak ada habisnya.
" Sekarang antarkan aku kembali ke kafe tadi, aku mau ambil mobil." ucap Bella.
" Kamu jangan menyetir dalam terguncang, nanti orang suruhan aku yang akan mengantarkan, sini kuncinya." kata Alan menadahkan tangannya.
Bella memberikan kunci mobilnya kepada Alan tanpa perdebatan lagi. Setelah itu Alan menancap mobilnya di aspal dengan kecepatan sedang.
" Kita makan dulu." ucap Alan tetap fokus pada jalanan.
" Aku ingin pulang saja, tolong antar pulang saja." perintah Bella.
" Kamu yakin? aku nggak akan mengantarkan kamu dalam keadaan lapar." ucap Alan melirik gadis disebelahnya.
" Aku mau pulang." katanya dengan nada kesal.
Alan tidak menjawab perkataan gadis itu lagi. Dia menghela nafas panjang menandakan dadanya sesak. Ia begitu miris melihat gadis ini ngambek. Alan akan memastikan tidak akan membuat gadis ini ngambek lagi dimasa depan.
Mobil Alan masuk pekarangan sebuah rumah mewah. Bella lansung turun tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Alan hanya bisa menghela nafas beratnya ketika melihat gadis itu membanting pintu mobilnya.
Alan kembali ke kafenya dengan kusut. Hatinya merasa ada yang kosong saat ini. Tapi ia tidak akan menyerah dengan cintanya. Ia akan mengejar cinta Bella sampai gadis itu menerimanya.
Di kafe Feby sedang duduk dimeja biasa yang ia tempati. Feby melihat Alan yang masuk dengan kusut. Ini tidak menggambarkan seorang Alan yang biasanya rapi. Alan lansung duduk dimeja Feby ketika dia melihat gadis itu.
" Hei kenapa kusut begini?" tanya Feby.
" Biasa masalah anak muda." jawab Alan seadanya.
" Ada yang ingin aku sampaikan, waktu terakhir kita ngobrol disini, sepertinya gadis itu mendengar ucapan kita " ucap Feby agak ragu - ragu.
" Iya dia mendengar, dia meminta aku pergi dari hidupnya, darimana kamu tau?" tanya Alan kepada Feby.
" Dion secara tidak sengaja menabraknya dan dia melihat dia menangis." ucap Feby dengan wajah bersalah.
" oh, gimana kamu dengan Dion?" tanya Alan.
" Masih diam ditempat, aku kadang tidak yakin dengan Dion, kadang dia seperti tidak sungguh-sungguh." jawab Feby.
" Tidak sungguh-sungguh darimana? dia begitu mencintai kamu." ucap Alan meyakinkan.
" Tapi aku tidak terlalu merasakan diperjuangkan." ucap Feby.
" Kenapa kamu nggak ikut memperjuangkan, kamu kejar cintanya, terkadang jika proses itu sangat lama membuat laki - laki juga bosan, bisa - bisa dia akan berpaling." ucap Alan mencoba meyakinkan Feby.
" Bukankah laki - laki akan tertantang jika dia benar - benar cinta." jawab Feby.
" Tidak semua lelaki seperti itu, apalagi dengan posisi Dion terlalu lama menyimpan rasa kepadamu." jawab Alan.
" Apakah karena Dion menyukai aku maka kamu tidak pernah menyukai aku sebagai wanita?" tanya Feby.
" Bukan, mohon maaf, aku memang tidak pernah merasa tertarik padamu sebagai lawan jenis." ucap Alan dengan berhati-hati.
" Jika kamu meminta aku mengejar Cintamu maka akan kulakukan." ucap Feby kembali sendu.
" Maka dari itu aku bilang jangan, karena kamu sudah berusaha dari dulu, tapi maaf hatiku tetap tidak tersentuh." ucap Alan menatap wajah sahabatnya yang mulai sendu.
" Ayo move on by, ada lelaki yang baik yang sedang memperjuangkan kamu, ayo buka hati kamu, liat perjuangan dia tidak mudah." ucap Alan menghibur sahabatnya.
" Maaf, biarkan aku menangis kali ini didepan kamu." ucap Feby tidak bisa menahan tangisnya.
Feby menangis di depan Alan dengan menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Alan pindah tempat duduk ke sebelah Feby. Ia meminjamkan bahunya untuk sahabatnya yang sedang bersedih.
" Menangis lah, jika itu buat hati kamu lega, tapi besok kamu harus bangkit dan ikhlas, tidak semuanya bisa kamu miliki, ada Dion yang siap memberikan hatinya kepada kamu dengan tulus, Dion tidak ada kekurangan, dia ganteng, pintar dan baik." ucap Alan mencoba meyakinkan Feby.
Feby mencoba membenarkan ucapan Alan. Selama ini Dion sudah melakukan apapun untuk dirinya. Dion secara diam-diam juga selalu menjaganya dari apapun itu. Bahkan Dion rela mengerjakan tugas kuliahnya. Namun Feby hanya menganggap bantuan dari seorang sahabat.
Alan dan Feby tidak menyadari bahwa tidak jauh dari mereka Dion berdiri dengan tangan di kepal kuat. Hatinya terasa sakit melihat Feby tengah berpelukan dengan laki-laki 6ang dicintai gadis itu. Dia akhirnya melangkah keluar dari kafe. Hatinya sakit dan matanya memanas melihat semua itu.
" Aku kalah." ucap ya sambil mengusap air mata yang meleleh dengan cepat.
Dion melangkah meninggalkan kafe tersebut. Ia masuk kemobil dan memutar lagu Sheila on seven.
" Berhenti Berharap"
"Aku tak percaya lagi dengan apa yang kau beri
Aku terdampar disini tersudut menunggu mati
Aku tak percaya lagi akan guna matahari
Yang dulu mampu terangi sudut gelap hati ini
Aku berhenti berharap dan menunggu datang gelap
Sampai nanti suatu saat tak ada cinta kudapat
Kenapa ada derita bila bahagia tercipta?
Kenapa ada sang hitam bila putih menyenangkan?
Aku pulang tanpa dendam
Ku terima kekalahan ku
Aku pulang tanpa dendam
Ku salutkan kemenangan mu, woo
Kau ajarkan aku bahagia
Kau ajarkan aku derita
Kau tunjukkan aku bahagia
Kau tunjukkan aku derita
Kau berikan aku bahagia
Kau berikan aku derita
Aku pulang (ha-ha) tanpa dendam (ha-ha)
Ku terima (ha-ha) kekalahan ku
Aku berhenti berharap dan menunggu datang gelap
Sampai nanti suatu saat tak ada cinta kudapat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
kavena ayunda
ruwet salah paham.lagi kn semua krna faby terlalu memaksa kehendak dasar nyebelin
2022-12-14
0