BAB 12

"Nggak usah dijawab." ucap Bella melangkahkan kakinya meninggalkan Alan.

"Salah lagi." gerutu Alan mengejar Bella yang sudah masuk kedalam kafe miliknya yang lain.

Alan mendudukkan pantatnya dikursi berhadapan dengan Bella. Ia tersenyum tipis ketika melihat Bella yang ngambek sambil memainkan telpon genggam miliknya. Alan tetap memandang gadis itu dengan senyum. Ia merasa saat ini pekerjaan yang menyenangkan adalah memandang wajah gadis itu. Bella sebenarnya menyadari bahwa Alan memandangnya, namun ia tetap pura - pura sibuk dengan telpon genggamnya.

"Apaan sih liatnya kayak gitu?" ujar Bella mulai jengah.

"Pengen aja." ucap Alan tersenyum.

"Jangan memandangnya kayak gitu ah." ucap Bella merasa malu dipandang Alan tanpa jeda. Mukanya mulai memerah karena malu.

"Muka kamu kenapa? kok merah kayak gitu?" tanya Alan pura - pura bertanya.

"Apaan sih." Bella semakin malu dan membuang pandangannya ke arah yang lain.

"Bel, kayaknya kamu harus ke dokter deh." ucap Alan tiba - tiba membuat Bella mengerutkan keningnya karena bingung.

"Kenapa aku harus ke dokter, orang keluarga aku rata - rata dokter." ucap Bella.

"Tapi kamu nggak periksa kan? coba deh periksa, kayaknya kadar gula kamu naik." ucap Alan.

"Sok tau kamu, orang aku cek rutin." ucap Bella dengan manyun.

"Iya percaya sama aku, soalnya tiap liat kamu, kamu makin manis aja." ucap Alan tersenyum.

Bella yang mendengar gombalan Alan lansung tertawa malu - malu. Fenomena menggelitik yang bergejolak dalam perut saat bertemu pandang dengan Alan muncul pada diri Bella. Bella segera memutus kontak mata dengan Alan. Ia memandang penyanyi yang lagi bernyanyi dipanggung. Alan yang melihat Bella grogi dan malu - malu semakin membuat hatinya membuncah.

Tapi kesenangan mereka hanyalah sebentar. Bukannya pelayan yang datang mengantarkan makanan, akan tetapi datang orang yang tidak ingin ditemui oleh Bella.

"Oh, perempuan sok suci." ucap Beni berdiri di meja Alan dan Bella.

"Ternyata kamu punya selingkuhan, makanya ngotot pengen putus." ucap Beni lagi.

"Kamu bisa pergi nggak?" tanya Alan.

"Jika nggak kenapa? aku masih ingin tau, kenapa dia ngotot minta putus ternyata ada laki-laki lain." ucap Benni membuat Bella marah.

"Jangan asal ngomong jika nggak ada bukti, udahlah saya nggak ada waktu buat meladeni anda." ucap Bella dengan agak emosi.

"Kamu selingkuh kan, udah ngaku aja." ucap Beni makin keras sehingga orang - orang mulai melihat mereka.

"Jangan bikin keributan disini." tegur Alan kepada Beni.

"Kamu jangan ikut campur, ini urusan saya dengan wanita ini." ucap Beni.

"Jika itu berhubungan dengan dia maka urusan saya sekarang." ucap Alan berdiri.

"Kamu jangan jadi pahlawan kesiangan ya, saya bisa bikin malu dia dan kamu disini." ancam Alan.

"Silahkan mencoba." ucap Alan menantang ancaman Beni.

"Lan udah, nggak usah diladeni, yok kita pergi aja." ucap Bella sambil menarik tangan Alan.

"Kamu nggak akan bisa pergi dari sini, sebelum kamu mau sama aku lagi." ucap Beni.

"Najis aku balik sama kamu." ucapan Bella membuat Beni emosi.

"Kamu ya." ucap Beni ingin menampar Bella namun tangannya dicekal oleh Alan.

"Jangan coba-coba buat masalah atau menampar dia" Alan memelintir tangan Beni dengan kuat.

Beni meringis kesakitan minta tolong. Tidak lama kemudian datang 3 orang teman - temannya Beni mendekati meja Alan.

"Lepaskan dia, jika kamu nggak mau ada masalah dengan kami." ucap salah satu teman Beni berbadan gempal.

"Saya nggak takut, sekuriti." panggil Alan dengan keras membuat beberapa sekuriti kafe datang.

"Ya bos, ada apa? tanya sekuriti botak yang berbadan berotot.

"Usir mereka dari sini sekarang dan kalian ingat wajah mereka, blacklist mereka dari kafe ini atau yang lainnya." perintah Alan dengan tegas.

"Baik bos." ucap beberapa sekuriti membawa Beni dan kawan - kawannya.

Alan melihat Bella agak shock membawanya masuk kedalam ruangan yang disediakan untuk Alan jika mampir. Alan mendudukkan Bella di sofa ruangan kerja kerja dan ruang istirahat sekaligus buat Alan.

Alan menelpon pelayan untuk dibawakan beberapa makanan dan coklat panas.

"Hei, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Alan dengan lembut.

Bella mengangguk menandakan ia tidak apa-apa. Alan merengkuh tubuh gadis itu kepelukannya. Bella lansung menyandarkan kepalanya ke bahu Alan.

"Aku nggak apa-apa, hanya sedikit shock aja." ujar Bella dengan badan agak bergetar.

"Nggak akan terjadi apa-apa." ucap Alan sambil mengelus punggung gadis itu dengan lembut.

"Makasih ya." ucap Bella mendongakkan kepalanya menatap Alan.

"Nggak ada yang gratis." ucap Alan tersenyum.

Bella yang mendengar ucapan Alan lansung mencubit pinggang laki - laki itu. Alan merintih kesakitan karena cubitan gadis itu.

"Sakit loh bel." ucap Alan memegang pinggangnya sambil merintih.

"Biarin, senang betul menggoda." ucap Bella kesal

"Kan cuma goda kamu, apa salahnya." protes Alan.

"Cuma? dasar penggoda." ucap Bella.

"Tapi suka kan?" tanya Alan.

Tiba-tiba mereka mendengar suara ketukan pintu. Alan membuka pintu, tampaklah pelayan membawa baki makanan dan minuman.

"Apa enaknya makan disini." ucap Bella mendengus.

"Kamu beruntung bisa makan disini dengan pemiliknya lansung, dan tidak akan kamu lupakan seumur hidupmu." ucap Alan mencoba merayu lagi.

"Udah ah, nanti malah nggak nafsu makan pula." ucap Bella berusaha menghentikan gombalan Alan.

...****************...

Beberapa hari kemudian Alan bertemu dengan Febi di kafe xx biasa. Feby memang sengaja nongkrong disana untuk menemui Alan. Alan duduk dihadapan Feby seperti biasa. Akhir - akhir ini Feby lebih sering datang ke kafe Alan. Ia ingin mengejar cinta Alan dengan waktu yang ada.

"Lan gimana?" tanya Feby membuat Alan memandangnya.

"Gimana apanya?" tanya Alan.

"Kamu sudah membuka hatimu untuk aku? kamu tau pasti kenapa aku sering kesini, tujuannya adalah supaya lebih gampang mengejar kamu." ucap Feby sambil menunduk karena agak malu.

"By maaf, ternyata sudah ada gadis lain dalam hati aku." ucap Alan sambil memegang dadanya.

"Siapa lan?" tanya Feby memandang Alan karena kaget mendengar jawaban Alan.

"Kamu memang baik by, tapi hati aku tetap tidak bisa menerima kamu, aku sudah coba memberi kesempatan tapi tetap aku terbiasa dengan kamu sebagai sahabat, aku minta maaf, aku sudah berusaha." ucap Alan dengan hati - hati.

"Siapa gadis beruntung itu Lan?" tanya Feby.

"Dia ipar nya Siska." jawab Alan sambil tersenyum.

"Kamu benar suka sama dia?" tanya Feby menatap sahabatnya itu.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Alan balik.

"Kamu sadar, dia ada kemiripan dengan Dita dari sikap, agak manja, kamu suka sama dia karena kamu nyaman dengan dia karena kemiripan mereka, iyakan lan?" ucap Feby membuat Alan terdiam.

"Kamu aja terdiam, saya yakin kamu hanya menganggap dia adalah Dita atau pengganti Dita karena ada kemiripan, kamu harus move on apapun yang berbaur dengan Dita LAN." ucap Feby.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata melihat mereka. Bella mendengar semua ucapan mereka dari awal karena memang dia sudah lama duduk disana diam - diam. Melihat ekspresi Alan yang hanya diam ketika sahabatnya bilang bahwa dia adalah kemiripan Dita. Membuat Bella sadar dimana posisinya. Entah kenapa hati Bella terasa hancur melihat dan mendengar semuanya. Air matanya tiba-tiba lansung tumpah tanpa aba-aba. Bella berjalan keluar dari kafe tanpa ada yang menyadari sama sekali. Hatinya sakit, hatinya terluka. Ketika cintanya dikhianati, lalu bersemi seketika lalu jatuh lagi di lubang yang semakin dalam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!