Bella sampai rumah tampak kusut sekali. Bella memang tidak biasa naik angkutan umum. Ia merasa lelah sekali hari ini. Bella masuk kekamarnya dengan segera.
"ah pingin berendam" ujarnya sambil masuk kekamar mandi.
Bella mengisi bathtub dengan air hangat dan memberikan aroma terapi. Ia butuh berendam agar tubuh dan pikirannya normal kembali. Tanpa disadarinya ia sudah menghabiskan waktu satu jam berendam. Bella bersiap untuk berangkat ke hotel tempat keluarganya menginap.
Bella berjalan menuju meja keluarganya di hotel xx tempat makan siang. Semua tampak memandang Bella dengan intens. Bella tau jika pandangan keluarganya adalah pandangan menunggunya.
"Lama kali kak, nggak pernah on time deh" gerutu Amar sebal pada kakaknya.
"Biasalah dek, makanya dia nggak bisa jadi dokter karena dia punya jam karet." ujar Galuh sambil tertawa mengejek.
"Bukan berarti jadi guru nggak disiplin juga, jadi guru bahkan harus disiplin." ujar mamanya Bella.
"Hey anda - anda jangan sombong, anda jadi dokter karena peran kami sang guru ini." ujar Bella tidak mau kalah.
"Iya,tapi bukan guru yang nggak disiplin." ujar Galuh.
"Udah, bisa makan siang ini dimulai?" tanya papanya mulai bersuara.
"Ayo Siska makan yang banyak." ujar bu Hesti kepada menantunya.
Mereka mulai makan tanpa suara hanya terdengar suara sendok. Kebiasaan keluarga Kusuma adalah makan tanpa suara. Setelah makan selesai barulah mereka mengobrol bersama.
"Kalian mau bulan madu kemana?" tanya pak Hendra memulai pembicaraan.
"Disini aja pa, karena aku lagi banyak kerjaan, begitu juga dengan Siska,ya kan Sis? tanya Galuh sambil memberikan kode kepada Siska.
"Iya pa, Siska sibuk buat laporan magang." ucap Siska paham arti kode Galuh.
"Oke, baiklah." jawab pak Hendra.
"Bang, itu bang Bian emang benaran udah nikah?" tanya Bella kepada Galuh.
"Apa sih Bel, masih aja nggak move on dari Bian." ucap mamanya.
"Entah, mana mau bang Bian sama dia yang ceroboh dan manja gitu." ucap Amar mengejek.
"Apaan sih, resek banget." ucap Bella kesal sama adiknya yang umurnya cuma berjarak 1 tahun.
"Iya, Abian sudah nikah, yang kemaren istrinya." ucap Galuh.
"Kok dia nggak ngundang ya, anak itu diam - diam udah nikah aja." ucap Bu Hesti tersenyum.
"Memang nggak ada resepsi ma kerena waktu itu mertuanya Bian meninggal." ucap Galuh menerangkan.
"Innalilahi wa innailaihi Raji'un, itu calonnya anak Rama Arkarna itu?" tanya bu Hesti.
"Iya ma, bahkan ternyata Abian juga cucu Arkarna yang menghilang." terang Galuh membuat semua yang disana makin kepo.
"Maksudnya?" tanya papanya Galuh.
"Papanya Abian itu masih cucu Arkarna yang diusir waktu muda karena menikahi ibunya Abian." ujar Galuh.
"Berati Bian cicit konglomerat ya." ujar mamanya.
"Nyesel kan mama nggak jadiin mantu." ucap Bella senyum - senyum.
"Waktu dia nggak punya apa-apa aja nggak mau kamu, apalagi dia tau bahwa dia cicit orang kaya." ujar mamanya tersenyum mengejek.
Semua tertawa menertawakan Bella yang memasang muka manyun. Setelah puas berbincang-bincang, akhirnya mereka pada bubar. Bella baru teringat tentang Hpnya. Ia bingung bagaimana cara bertemu dengan laki - laki menyebalkan.
"Bagaimana aku mau hubungi dia, nomornya aja nggak punya." ucap Bella menggerutu.
"Kenapa kak?" tanya Amar dari belakang Bella membuat Bella kaget.
"Mar pinjam Hp dong." ucap Bella.
"Emang Hpmu dimana?" tanya Amar penasaran.
"Lupa, pinjam sebentar ya." ucap Bella.
Amar memberikan telpon genggam miliknya kepada Bella. Ia paham jika Bella lupa jika Hp miliknya dimana karena itu sering terjadi.
"Nanti antar ke kamarku ya 403." ucap Amar berlalu.
"Sampai kapan kamu disini?" tanya Bella.
"Sampai bosan." ujar Amar pergi meninggalkan Bella.
Bella mencoba menghubungi nomor telepon genggam miliknya sendiri. Tapi tidak kunjung diangkat juga oleh lelaki menyebalkan tadi pagi.
"Halo, Assalamualaikum." ujar pria diseberang sana.
"Hey ayo jumpa hari ini." ujar Bella geram.
"Ohw udah kangen ya?" tawa laki - laki disana dengan tertawa.
"Cih najis, hati ini saya tunggu di kafe xx jam 3 sore." ucap Bella memutuskan teleponnya.
Ditempat lain Alan sedang duduk memeriksa laporan dari kafenya. Selain kuliah Alan juga mengelola kafe yang didirikannya. Teman - teman Alan tidak ada yang tau bahwa kafe tempat ia nongkrong adalah milik Alan.
Setelah 1 jam memeriksa laporan keuangan kafe miliknya, Alan keluar dari ruangannya. Ia berjalan keluar menuju meja yang sudah duduk gadis tadi pagi yang membuat Hpnya rusak. Gadis itu nampak sewot melihat Alan mendekati mejanya.
"Lama kali sih." ucap Bella sewot.
"Kamu udah bawa uang untuk ganti Hpnya." ucap Alan sambil duduk dikursi didepan Bella berhadapan langsung dengan Bella.
"Berapa sih harga HPmu itu?" tanya Bella sudah malas berbasa-basi.
"Nggak mahal sih, tapi karena data disana penting maka harganya jadi mahal." ucap Alan santai.
"Berapa?" tanya Bella.
"30 juta." jawab Alan santai.
"Ah mahal kali, hpmu paling hp secend kan? gk mungkin kamu punya Hp sebagus itu." ucap Bella merendahkan Alan.
"Iya, itu memang bukan Hp aku, tapi hp bosku yang kamu pecahkan, makanya minta ganti sama kamu." ucap Alan masih santai.
"Tapi aku mana ada duit sebanyak itu." ujar Bella.
"Ya udah, Hpmu aja jaminannya." ucap Alan berdiri.
"Ok gua ganti, mana no rekening mu?" tanya Bella.
"Saya bayar separoh dulu, saya janji akan bayar 2 Minggu lagi, ini tabunganku habis semua." ujar Bella manyun.
"Ok, saya tunggu,ini nomor rekening gua." ucap Alan meninggalkan Bella dalam keadaan kesal.
Alan berjalan menuju keluar dari kafe miliknya menuju rumah Feby karena Da yang dikerjakannya. Ia mencoba menelpon Siska tapi telpon tidak diangkat. Semenjak Dita menikah, Alan sudah jarang bertemu dengan pujaan hatinya.
Alan sudah sampai dirumah Feby. Feby membuka pintu dengan baju santai. Rambutnya digerai panjang membuat tampak lebih cantik.
"Yang lain pada belum datang?" tanya Alan kepada Feby.
"Belum, Siska nggak datang, nggak tau sibuk kenapa dia, kamu tau nggak?" tanya Febby hanya dijawab dengan Alan mengangkat bahunya.
"Ayo masuk." ucap Febby dengan ramah.
Alan masuk kerumah Febby dan lansung duduk diruang nonton Febby. Sedangkan Febby lansung kedapur untuk membuatkan minuman. Feby membawa dua cangkir Oren jus dan serba serbi makanan.
"Minum dulu." ujar Feby meletakkan minuman di meja ruang nonton.
Alan yang asik menonton hanya mengangguk sambil tersenyum. Alan memang sudah sering kerumah Feby. Mereka jika dirumah siapa aja diantara mereka sudah seperti rumah sendiri. Begitu juga Alan sore ini, dia tampak biasa saja. Berbeda dengan Feby, berduaan dengan Alan dalam satu ruangan membuat dia grogi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Lily Lay
bab 68
2022-04-11
0