Feby hanya diam melihat pemandangan yang ada didepannya. Ia tidak tau harus bereaksi seperti apa karena Dion juga bukan siapa-siapa dirinya. Tapi hatinya hancur berkeping-keping tanpa sisa. Ia mencoba untuk tidak menangis didepan Dion.
Sedangkan Dion juga nampak serba salah berdiri di antara dua gadis yang pernah mengisi hatinya.
"By, ngapain?" tanya Dion melihat tubuh gadis itu agak gemetaran.
"Nggak ngapa-ngapain, maaf tadi lewat sini jadi mampir." jawab Feby berusaha menutupi kebenaran yang terjadi.
"Ini siapa Yon?" tanya Yana kepada Dion.
" Dia sahabat aku, sekalian sahabat istri bos kita." jawab Dion masih menatap Feby.
"Oh kenalkan aku Yana." Yana mengulurkan tangannya.
"Feby." jawab Feby menyambut uluran tangan Yana.
"Kita mau makan, ikut yok." ajak Yana kepada Feby.
"Silahkan, maaf nggak bisa bergabung, mungkin lain kali jika ada waktu." ujar Feby meninggalkan Dion yang masih diam dan Yana.
Dion melihat Feby meninggalkan dia dan Yana. Dion kecewa melihat Feby meninggalkan dirinya tanpa mau bertanya terlebih dahulu.
"Kamu nggak pernah mau berjuang by, itu yang membuat aku sudah tidak yakin memperjuangkan kamu." ucap Dion dalam hatinya.
Dion melangkahkan kakinya menuju mobilnya tanpa mengejar Feby. Ia sudah begitu kecewa dengan sahabatnya itu. Yana merasa ada yang aneh dengan perubahan wajah Dion. Dia curiga bahwa hubungan Dion dan gadis yang baru dikenalnya bukan hanya sekedar teman.
Mobil Dion berhenti di kafe salah satu milik Alan. Entah kenapa Dion memang suka ke sini. Dia tau jika kafe ini juga milik Alan. Karena memang nyaman, kafe ini juga terdekat dengan tempat kerjanya.
Dion duduk di meja yang terletak dilantai 2. Mejanya menghadap lansung ke jalan. Dion duduk menghadap ke jalan sedangkan Yana duduk dihadapannya. Setelah memesan makanan Dion nampak masih banyak diam. Yana berinisiatif untuk bertanya agar tidak penasaran.
"Gadis tadi siapa Yon?" tanya Yana menatap Dion.
"Kan tadi udah dijawab, teman kuliah dan sahabat." jawab Dion.
"Kamu ada hati sama dia?" tanya Yana membuat Dion menjadi tambah tidak nyaman.
"Kok tanya begitu?" tanya Dion kepada Yana.
"Gimana ya Yon, aku rasa dengan pertemuan kita kembali mungkin itu tanda bahwa kita berjodoh, aku semenjak putus dari kamu tidak pernah dekat lagi dengan laki - laki lain, aku masih suka dengan kamu." ucap Yana
Dion terdiam tanpa bisa menjawab atau memberikan komentar atas ucapan Yana. Yana membuat pengakuan mengejutkan setelah mereka bertemu satu minggu ditempat kerja yang sama. Dion tampak berpikir agak lama bagaimana rasa untuk gadis didepannya.
"Apa tidak ada rasa yang tertinggal Yon? aku cinta pertama kamu dan aku juga tau bahwa kamu juga belum pernah pacaran setelah kita putus." ucapan Yana membuat mulut Dion terkunci.
Dion memandang ke jalan sambil memikirkan jawaban apa yang akan diberikan kepada Yana. Ia sadar bahwa hatinya sekarang hanya untuk Feby. Ia sadar bahwa Yana sudah tidak ada dalam hatinya. Akan tetapi melihat usahanya sia - sia, ia menjadi patah semangat.
"Kenapa diam aja Yon?" tanya Yana.
"Aku bingung mau jawab apa, hati aku sudah ada yang mengisi." jawab Dion dengan yakin.
"Kasih aku kesempatan Dion, aku akan kembali mengejar Cintamu, aku yakin bahwa kita memang berjodoh." ucap Yana dengan yakin.
"Baik, silahkan." ucap Dion
Yana sangat senang dengan kesempatan yang diberikan oleh Dion kepadanya. Yana sangat yakin bahwa dia bisa mengembalikan cinta Dion kepadanya.
Sedangkan ditempat lain, Feby juga duduk dalam kafe. Ia menghampiri Alan di kafenya. Feby hanya bisa menghubungi Alan karena sahabat yang lain sudah menikah. Ia merasa tidak enak menghubungi Dita ataupun Siska.
Alan yang memang sedang di kafe menyuruh Feby datang ke tempatnya. Alan tersenyum melihat sahabatnya sedang bersedih. Ia senang karena akhirnya Feby merasakan yang namanya galau karena Dion.
"Kenapa? " tanya Alan.
"Kesal aku sama sahabatmu." ucap Feby dengan muka kesal.
"Kenapa kesal - kesal? malam Minggu kok kesal?"tanya Alan.
"Dia aja malam Minggu sama yang lain, katanya suka aku tapi mana perjuangan dia." kata Feby.
"Hey jika kamu cemburu dan juga suka dia buktikan donk, dia sedang menguji seberapa besar cinta kamu ke dia." ucap Alan menasehati Feby.
" Bukannya jika cinta, mendapatkan saja sudah senang tanpa harus ada embel-embel balasan cinta." ucap Feby membuat Alan makin tersenyum.
"Kamu suka membantah, kalau gitu biar aja Dion sama cewek itu." ucapnya Alan.
"Kok kamu gitu? nggak dukung aku." ucap Feby kesal dengan Alan.
"Biarin aja, laki - laki juga punya rasa, jika dia yang berjuang terus buat apa, kami juga punya hati." ucap Alan meyakinkan Feby.
"Coba aja jika dia berani ninggalin aku, aku potong - potong dan cincang sahabatmu itu." ucap Feby masih dengan kesal.
"Silahkan cincang dia, aku dukung kamu loh , sekarang dia diatas." ucap Alan tersenyum lagi.
"Benaran?" tanya Feby kaget mendengar Dion ada di lantai atas.
"Katanya tadi mau cincang dia, ah ternyata kamu cuma omdo aja." ucap Alan masih tersenyum.
"Apa omdo?" tanya Feby.
"Omong doang, ayo keatas cincang dia sebelum diambil oleh mantan pacarnya." ucap Alan.
"Mantan pacar?" tanya Alan.
"Iya, itu mantan pacarnya waktu SMA dan cinta pertamanya, bahaya loh nanti mereka CLBK." ucap Alan mencoba memanasi Feby.
Tanpa Alan suruh lagi Feby sudah bergerak menuju lantai atas. Ia nampak emosi mengetahui bahwa wanita yang sedang jalan bersama Dion adalah mantan pacarnya. Ia juga takut jika Dion lebih memilih mantan pacarnya.
Feby mengedarkan pandangannya setelah sampai dilantai dua. Tiba-tiba dia menemukan dimana lelaki yang telah mengusik hatinya duduk. Ia berjalan menuju meja Dion dan Yana. Feby lansung duduk disebelah Dion yang telah siap makan.
Dion agak terkejut melihat kedatangan Feby tiba-tiba. Wanita yang menolak ketika diajak makan bersama, sekarang ada disebelahnya. Bahkan wanita itu memandangnya dengan tatapan melotot. Hati Dion agak takut ketika melihat tatapan melotot.
" Jika udah siap ayo pulang." ucap Feby masih melotot.
"Tapi...." ucap Dion dipotong oleh Feby lagi.
"Mau ikut atau tidak usah ikut selamanya." ucapan Feby bagai cambuk bagi Dion.
"Ya udah ayo, maaf yan aku duluan ya." pamit Dion kepada Yana.
"Tapi aku nggak bawa mobil." ucap Yana membuat Dion terhenti.
"Belum terlalu malam, bisa aku pesanin taksi online atau pesan sendiri." ucap Feby menarik tangan Dion. Ia tidak ingin Dion mengantarkan mantan pacarnya pulang.
Dion berjalan bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya. Ia hanya berjalan tanpa membantah. Alan yang melihat temannya hanya tersenyum.
"Kapoklah kamu Yon, siap - siap jadi kucing diterkam singa buas kamu." ucapnya lalu berjalan meninggalkan kafe miliknya yang baru diresmikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments