Bella menangis meninggalkan kafe xx dengan langkah yang cepat. Ia tidak tau kenapa ia merasa sakit hati mendengar pembicaraan Alan dengan gadis yang tadi.
Bella yang terburu-buru tidak sengaja menabrak seseorang. Dia menabrak seorang laki - laki yang akan masuk kedalam kafe xx. Laki-laki itu merasa mengenal gadis yang ditabraknya.
"Maaf." ucap Bella lalu melanjutkan langkahnya dengan cepat.
Laki-laki itu mencoba mengingat siapa gadis yang menabraknya itu. Tapi ia tidak bisa mengingat siapa wanita itu.
"Kenapa dia menangis?" tanya Dion kepada dirinya sendiri.
Dion melangkahkan kakinya menuju tempat tujuannya. Ia melihat Feby dan Alan yang sama-sama terdiam dengan wajah tegang mereka. Hati Dion agak memanas melihat keduanya.
Dion sering cemburu melihat keduanya. Tapi dia tidak bisa egois karena mereka semua bersahabat. Dion selalu mencoba membuang rasa cemburunya jauh - jauh dari hatinya.
Dion berjalan mendekat ke arah kedua sahabatnya. Feby menyadari kedatangan Dion berusaha membuat dirinya rileks. Ia tidak ingin membuat Dion sakit hati melihatnya berduaan dengan Alan. Semenjak dia tau perasaan Dion kepadanya, Feby memang mencoba membuka hatinya untuk sahabatnya itu. Dia juga berusaha agar tidak menyakiti perasaan laki - laki yang sedang mengejar cintanya.
"Hey tegang amat." sapa Dion kepada kedua sahabatnya.
"Nggak apa-apa, apa kabar bro? lama nggak kesini." ucap Alan kepada Dion dengan senyum tenang.
"Baik, biasa sibuk, suami sahabatmu itu banyak kali kasih pekerjaan." ucap Dion tersenyum.
"Hey istri bos kamu juga sahabatmu." ucap Alan tertawa renyah.
"Jangan gosip bos disini, dia juga suami sahabat aku, nanti aku rekam biar kamu dipecat." ucap Feby ikut mencairkan suasana.
"Kafe kamu ini memang tempat orang jatuh cinta dan sakit hati ya Lan." ucap Dion lalu meminum minuman didepan Feby.
"Itu minuman ku, pesan minum sana." ujar Feby mengambil paksa gelas minumannya.
"Pelit kali, berbagi sedikit aja." ujar Dion merebut kembali lalu meminumnya kembali.
"Wah romantisnya." ucap Alan tersenyum mengejek.
"Belajar biar terbiasa." ucap Dion tersenyum menggoda Feby.
Feby memperlihatkan muka kesalnya ketika mendengar ucapan Dion. Dion dan Alan tertawa berbarengan.
"Tadi aku ditabrak cewek cantik sambil nangis, eh belum sempat kenalan dia sudah pergi." ucap Dion kepada Alan.
"Nggak usah sok jadi playboy, nggak cocok." ucap Feby dengan muka mengejek.
"Iya deh, aku cocoknya memang dengan kamu." ucap Dion mencoba menggoda Feby lagi.
"Ahai, dunia milik berdua, udahlah aku cuma numpang." ucap Alan pamit ingin beranjak meninggalkan sahabatnya.
"Mau kemana?" tanya Feby.
"Ada kerjaan di tempat lain, selamat bersenang-senang, semoga sukses bro acara tembak menembaknya." ucap Alan menepuk bahu Dion.
"By, jangan sia - siain sahabat aku ya." ucap Alan sengaja agar Feby tau bahwa ia tidak bisa mencintai gadis itu.
"Dia juga sahabat aku." jawab Feby dengan agak ketus.
"Makasih bro, semoga kamu makin sukses." ucap Alan dengan nada keras karena Alan sudah berjalan menjauh.
Alan hanya melambaikan tangannya mendengar ucapan Dion. Dion menatap gadis yang ada disebelah itu dengan lembut.
"Kenapa Mandang - Mandang kayak gitu?" ucap Feby ketika sadar di pandangi Dion.
"Mau belajar menghafal wajah kamu dengan sempurna." ucap Dion tersenyum tanpa berhenti menatap Dion.
"Lebay." ucap Feby mendorong wajah Dion dengan pelan.
"Biar kayak gini." ujar Dion menangkap tangan Feby lalu menatap wajah Feby kembali sampai puas.
"Jangan kayak gitu, aku malu tau." ujar Feby menundukkan wajahnya.
"Nggak apa-apa." ucap Dion tersenyum senang.
"Alan menolak aku." ucap Feby tiba - tiba membuat Dion agak terkejut.
"Lalu?" tanya Dion.
"Aku akan kasih kamu kesempatan untuk mengejar aku, tapi apa kamu tidak merasa aku jadikan pelarian?" tanya Feby kepada Dion.
"Nggak masalah, aku mau kamu jadikan pelarian saja aku senang sekali." ucap Dion memang senang karena pesaingnya sudah tidak ada lagi. Apalagi pesaing yang hilang adalah pesaing paling berat karena hati Feby hampir penuh dengan nama sahabatnya itu.
"Dia menyukai gadis lain yang mirip dengan Dita " ucap Feby dengan senduh.
"Mirip Dita? memang ada? tanya Dion penasaran.
"Bukan wajah, tapi sifatnya agak mirip Dita." jawab Feby.
"Agak bukan berarti mirip by, kamu ini bisa aja, kadang memang jika sudah punya kriteria maka akan cari wanita yang setipe juga, tapi setipe bukan berarti mempunyai kesamaan yang berarti." ucap Dion menjelaskan.
"Iya juga ya, semoga aja dia bukan menganggap itu sebagai Dita." ucap Feby.
"Nggak mungkin, Alan bukan tipe seperti itu, emang kita kenal gadis itu?" tanya Dion menatap Feby.
"Iya, itu loh adik iparnya Siska yang ketemu sama kita waktu kumpul sama Dita dan suaminya juga." jawab Feby mencoba mengingatkan Dion.
Dion mencoba mengingat kejadian kumpul bersama mereka terakhir kalinya. Ia mengingat gadis itu dan membuat tubuhnya agak menegang karena terkejut.
"Pantas kayak pernah jumpa, ternyata dia adik ipar Siska." ucap Dion setelah ingat gadis yang menabraknya.
"Emang pernah jumpa lagi?" tanya Feby kepada Dion.
"Tadi dia nabrak gua, gadis yang menangis pas masuk kesini tadi." ucap Dion dengan serius.
"Kamu serius?" tanya Feby dengan wajah mulai memucat.
"Serius, emang kenapa?" tanya Dion.
"Apa dia dengar pembicaraan aku dengan Alan nggak ya?" tanya Feby kurang yakin.
"Ucapan apa?" tanya Dion berusaha menyelidik.
"Ucapan aku ke Alan, aku bilang bahwa Alan menyukai gadis itu karena menganggap itu Dita." jawab Feby semakin tidak enak hati.
"Bisa jadi, ah makin berat lah perjuangan Alan." ucap Dion meminum minuman Feby kembali.
"Eh kenapa nggak pesan minuman sih?" tanya Feby sedikit kesal ketika minumannya diminum lagi oleh Dion.
"Biar romantis." ucap Dion tersenyum sambil mengerlingkan matanya.
"Bukan romantis, biar hemat, bilang aja gitu." ucap Feby menyindir sahabatnya.
"Hahaha betul juga, biar cepat nikah, kan butuh modal banyak." ucap Dion merayu lagi.
"Dah ah, pesan sana makan, nanti lambat pula kena marah bos." ucap Feby memanggil pelayan.
"Perhatian sekali calon pacar aku." ucap Dion membuat Feby tersenyum geli.
Ditempat lain Bella sedang duduk disebuah taman. Ketika ia bersedih, ia selalu kesini. Ia tidak ingin melihatkan wajah sedihnya kepada keluarganya.
Bella menatap kedepan dengan pandangan kosong. Hatinya seolah ada yang mencubit sehingga sakit begini. Matanya seakan ada bawang membuat ia ingin menangis.
"Kenapa rasanya sakit begini?" ucapnya pada diri sendiri.
Tiba-tiba lamunannya terhenti ketika ada yang duduk disebelahnya. Ia sangat kesal dan benci melihat orang yang duduk disampingnya. Bella tidak ingin bertemu dengan orang disampingnya itu. Ia juga malas melayaninya sehingga bersiap untuk meninggalkannya. Akan tetapi langkahnya terhenti kerena tangannya dicekal agar berhenti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Elwi Chloe
lanjut
2022-02-16
0